Istri Kecil Tuan Ju

Dia Adalah Suamiku.



Dia Adalah Suamiku.

0"Baiklah! karena orang spesial kita sudah datang. Acara pun akan kita mulaikan. Untuk itu, mari kita sambut Presiden Direktur PT Royal Grup. Beliau juga donatur terbesar di kampus ini. Dialah, Tuan Julian Al Vero." Ucap Gibran sambil bertepuk tangan dengan sangat meriah.     

Seluruh dosen dan Dekan kampus itu langsung berdiri menyambut kedatangannya yang sedari tadi berdiri di depan pintu bersama Andi asistennya.     

Mendengar nama Julian. Jantung Qiara terasa mau copot. Matanya membulat sempurna namun dia tidak berani menengok karena gemetaran dan takut teman-teman nya akan tau jika itu memang Julian. 'Julian? Apakah itu suamiku? Kenapa dia ada di sini? Apa dia mau menjual dagangannya?' Batin Qiara dengan gemetaran.     

"Waoo ... Tampan banget. Jadi, begini tampang aslinya Tuan Julian?" Bisik Vega dengan tatapan yang terpesona.     

"Gila ... Dia terlihat sempurna dengan stelan jas hitam dan potongan rambut yang menggemaskan. Ahhh ... Aku ingin menikah dengannya." Kata perempuan yang ada di belakang Qiara.     

"Aku juga. Tapi, kabarnya dia sangat dingin pada wanita. Dia tidak tertarik menjalin hubungan. Sayang sekali dengan ketampanannya. Tapi, tidak apa-apa sih jika pun dia tidak doyan perempuan. Yang penting dia mau membagi kekayaannya denganku." Sahut gadis lainnya.     

Mendengar bisik-bisik para gadis. Qiara pun mengepalkan tinjunya. Dia tidak terima ada perempuan yang berniat begitu pada Julian. Bagaimana pun juga dia adalah suaminya yang lelaki tulen dan dia sudah membuktikannya. 'Dasar para gadis yang tidak sopan. Beraninya mereka membuat kesimpulan begitu terhadap suami orang. Tidakkah mereka tau kalau orang yang mereka bicarakan adalah suamiku? Andai saja aku tidak lagi dalam mode baik, pastinya aku akan menampar mulut mereka.' Batin Qiara yang tanpa sadar sangat emosi mendengar dugaan yang tidak jelas itu.     

"Ra, kenapa kamu menunduk saja? Rugi loh kalau kamu tidak melihat lelaki sempurna ini!" Tanya Vega sambil menyenggol bahu Qiara.     

"Aku tidak mau dan tidak tertarik sama lelaki tua." Sahut Qiara seraya mempertahankan poisi nya. Tanpa mengatakan apapun lagi. Vega langsung mengarahkan wajah Qiara kepada Julian yang berjalan menghampiri panggung bersama asistennya. 'Ya ampun. Itu memang Julian, tapi dia tampan banget hari ini. Atau, aku saja yang tidak bisa melihat betapa tampannya aku punya suami. Jadi, dia siapa sebenarnya? Presiden Direktur PT Royal Grup? Jadi, aku adalah istri dari seorang Presiden Direktur? Apa aku mimpi? Apa aku tidak salah dinikahi oleh orang seperti Julian. Kenapa, dia tidak pernah bilang kalau dia adalah pemimpin perusahaan besar?' Batin Qiara seraya menelan ludah nya dalam-dalam.     

Tepat saat itu, ia tiba-tiba mengingat kejadian semalam waktu dia bercinta di kamar Julian.     

"Katanya tidak menyukai lelaki tua. Tapi, matanya tidak berkedip sedikit pun ketika melihat Tuan Ju. Kamu terpesona juga kan!" Kata Vega mengejek Qiara.     

"Khem ... Siapa yang terpesona. Dia tidak terlihat begitu bagus di mataku. Lagi pula, dia hanya orang dewasa yang tidak mungkinlah menyukai anak-anak seperti kita ini. " Ucap Qiara setelah berdehem dan memalingkan wajahnya dari Julian. 'Kenapa Julian yang aku lihat sekarang sangat berbeda dari Julian yang selalu aku temui di rumah. Dia yang sekarang sangat menyeramkan karena tidak memiliki senyum serta wajahnya begitu dingin. Apakah dia memiliki keperibadian ganda?' Batin Qiara seraya mencuri pandang dengan Julian yang sudah duduk di sofa yang ada di atas panggung.     

Julian duduk dengan santai sambil menyilangkan kaki nya. Lalu, tatapannya lurus kedepan. "Dia seperti raja. Auranya sangat kuat sehingga aku merasa ingin melempar diriku ke pelukannya. Duhhh ... Pasti betah nih jadi istrinya. Bercinta tiap malam juga aku jabanin." Ucap Vega dengan keranjingan.     

Mendengar apa yang Vega katakan. Entah kenapa Qiara merasa jijik. Bagaimana mungkin seorang anak gadis mengatakan hal seperti itu. Dari awal, Qiara memang tidak begitu srek sama Vega. Tidak seperti waktu sama Orlin yang polos dan sering di panggil culun itu.     

"Kamu ini seperti orang yang sudah bercinta saja." Kata Qiara seraya menyeringai kepada Vega. "Kenapa? Apa kamu ingin tau rasanya? Ummmm ... Kalau kata orang sih, bercinta itu surga nya dunia. Dan, aku sangat setuju soal itu." Bisik Vega sambil mengedipkan matanya yang sebelah.     

"Jadi, kamu sudah ..." Qiara langsung menutup mulutnya karena kaget dengan pertanyaan nya sendiri. Bagaimana tidak? Setau nya Vega belum menikah. Namun, dia punya pacar sejak SMA hingga sekarang. Itu yang Vega pernah ceritakan padanya.     

"Tebakanmu itu benar. Beberapa kali aku melakukannya bersama pacarku. Dan itu membuatku ketagihan." Ungkap Vega dengan blak-blakan. Qiara kaget mendengar cerita Vega.     

Dia tidak menyangka kalau temannya itu bisa bercerita seterbuka itu.     

"Apa kamu tidak hamil?" Tanya Qiara setelah sadar dari keterkejutannya.     

"Kami menggunakan pengaman. Tapi, pacarku berjanji akan menikahi ku setelah kami selesai kuliah." Jelas Vega masih sambil berbisik karena dia tidak mau di dengar orang lain selain Qiara.     

"Syukurlah kalau begitu. Setidak nya dia mau bertanggung jawab. Oh iya, apakah orang tua mu tau?" Kata Qiara lagi dengan heran.     

"Apa kamu fikir aku gila? Jika orang tuaku tau, kemungkinan mereka akan membunuhku. Tapi, jika pun mereka tau sepertinya mereka tidak perduli. Karena bagi mereka, pekerjaan itu jauh lebih penting dari segalanya. Aku masuk kampus ini juga karena Papa punya uang. Padahal aku sudah dua tahun tidak naik kelas, lulusnya pun pakai uang Papa lagi."Jawab Vega dengan raut wajah sedih.     

"Maaf! Apa aku sudah menyinggung perasaanmu?" Tanya Qiara dengan perasaan bersalah. Namun, dia tidak menyangka akan bertemu orang seperti Vega yang begitu santai menceritakan soal hidupnya yang berantakan. 'Ya Tuhan. Ternyata ada orang yang hidupnya lebih berantakan. Dan aku masih bersyukur karena punya Mama yang setiap hari mengomeli ku, sehingga aku tidak jatuh pada perbuatan yang melampaui batasan ku. Juga, aku menikah dengan lelaki yang mau menghargai ku. Kasian Vega, apa mungkin ini bentuk protes nya dia pada kedua orang tuannya yang tidak pernah memperhatikannya?' Batin Qiara yang bersyukur sangat banyak karena memiliki Mama yang tidak pernah lelah menasehatinya dan selalu ada disetiap dia membutuhkan nya.     

"Tidak. Aku memang sudah terbiasa begini. Terbuka pada orang yang dekat denganku. Oh ya, kalau kamu penasaran dengan kata-kataku. Coba aja buktikan sendiri! Kalau bercinta itu memang enak. Soal dosa bisa tanggung belakangan deh." Kata Vega sambil tersenyum licik.     

Mendengar apa yang dikatakan Vega. Qiara pun langsung menoleh keatas panggung melihat lelaki dingin dan tampan yang tidak lain adalah Julian suaminya itu dengan tatapan yang rumit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.