Istri Kecil Tuan Ju

Aku Sudah Menikah!



Aku Sudah Menikah!

0Mendengar apa yang dikatakan Vega. Qiara pun langsung menoleh keatas panggung melihat lelaki dingin dan tampan yang tidak lain adalah Julian suaminya itu dengan tatapan yang rumit.     

Dia memperhatikan bagaimana Julian berbicara dengan beberapa dosen dan Dekan yang duduk sejajar dengannya. Sementara itu, Gibran sebagai pembawa acara masih terdengar jelas di telinga Qiara tentang apa yang Gibran bacakan.     

"Ra, kenapa kamu melotot kearah Tuan Ju? Apa kamu juga sedang berharap bisa bercinta dengannya? Tapi, sebaiknya kamu jangan mimpi terlalu tinggi karena orang seperti Tuan Ju hanya akan tidur bersama wanita berkelas dan setara dengannya." Kata Vega lagi sambil menyenggol bahu Qiara. 'Kenapa aku merasa jijik dengan apa yang di bahas Vega? Rasanya tidak pantas seorang mahasiswi membicarakan ini. Dia fikir aku tidak tau rasanya? Lelaki diatas panggung itu sudah mengajarkanku soal itu. Dan tentang rasa, mungkin aku lebih tau dari dia yang hanya bisa melakukan diam - diam. Ahhh ... Aku merasa mau gila bicara dengan gadis ini.' Batin Qiara dengan ekspresi yang jelek.     

"Ra, kenapa kamu menatapku begitu?" Tanya Vega sambil bergidik ngeri.     

"Jangan banyak bicara lagi! Sebaiknya kita fokus pada acara!" Setelah mengatakan itu Qiara langsung memalingkan wajahnya tanpa emosi apapun. Karena dia benar - benar tidak menyukai apa yang dibicarakan oleh Vega. Tanpa berkata apapun. Vega langsung fokus menatap ke depan karena dia merasa tidak nyaman dengan sikap dingin Qiara.     

Di tempat tertentu dari sudut Aula itu. Jhonatan menyilangkan kedua tangannya sambil menatap kakak nya yang duduk diatas panggung.     

"Natan ... Tumben kakakmu datang di acara seperti ini. Ada apa?" Tanya sahabat Jhonatan sambil menatap heran Julian yang duduk tanpa emosi. Ia juga masih ingat kalau Julian tidak pernah datang di acara seperti ini di tahun-tahun sebelumnya. Kecuali mengirim asistennya.     

"Aku juga tidak tau. Kamu tau sendiri kalau aku tidak akur dengannya." Jawab Jhonatan sambil mendesah kesal.     

"Kamu saja yang merasa begitu. Padahal kakak mu selalu membersihkan kekacauan yang kamu buat. Dia datang setiap kali kamu bermasalah. Juga, kamu takut kan kalau dia marah!" Kata temannya itu sambil tersenyum mengejek Jhonatan.     

"Oh .. Iya, aku masih ingat waktu kita liburan di London waktu itu. Kamu tidak memberitahu orang tuamu. Dan pada saat itu, kamu juga membuat adikmu Jihan menangis. Tiba-tiba, kak Julian datang dan memintamu pulang. Kamu hanya mengangguk seperti ayam sayur." Kata teman Jhonatan yang satu nya lagi.     

"Diam kalian! Aku bukan pengecut. Kakak ku hanya orang yang bisa mengatur dan cukup berkuasa. Sehingga, aku tidak bisa melawannya. Itu saja." Kata Jhonatan dengan geram.     

"Sudahlah! Ngapain kita disini. Aku sudah muak sama wajahnya yang datar itu. Ayo ke kantin!" Lanjut Jhonatan dengan kesal. Setelah itu ia pun langsung pergi meninggalkan Aula itu dan dikuti oleh dua temannya.     

"Serangkaian acara sambutan sudah di sampaikan oleh semua orang yang bersangkutan. Dan sambutan terakhir akan di bawakan oleh Tuan Ju sebagai Donatur terbesar di kampus ini. Kepada Tuan Ju di persilahkan!" Kata Gibran yang memandu acara itu. Mendengar nama Julian di panggil menggunakan pengeras suara itu. Jantung Qiara berdetak kencang. Itu suaminya, juga idola para teman perempuannya. Namun di waktu yang bersamaan, Qiara melirik Qiano yang duduk tenang meski banyak pasang mata mencuri pandang dengannya. Termasuk Orlin yang sedari tadi menatapnya tanpa menoleh kemana pun.     

'Aduhhh ... Kenapa hatiku plin-plan begini sih? Di satu sisi aku merasakan jantungku berdetak saat bersama Qiano. Tapi, di sisi lain jantung ku juga berdetak sekaligus rasa bahagia tumbuh di hatiku saat melihat Julian. Ada apa dengan hatiku? Kenapa bisa begini?' Batin Qiara dengan raut wajah yang frustasi.     

"Selamat datang Mahasiswa dan Mahasiswi baru di Universitas Kemas yang tercinta ini. Sebagai donatur tetap disini, saya merasa senang melihat semangat kalian saat mengikuti ospek. Oleh karena itu, saya berencana untuk membuat kontes pemilihan putra dan putri terbaik kampus. Pemenangnya tidak hanya akan mendapatkan hadiah melainkan akan menjadi model iklan produk saya. Kontes ini terbuka buat seluruh mahasiswi dan Mahasiswa yang ada di kampus ini. Sarat dan ketentuan bisa kalian dapatkan di panitia penyelenggara. " Kata Julian dengan nada yang teratur dan senyum yang menawan walaupun sedikit. Mendengar apa yang Julian sampaikan, semua orang langsung bertepuk tangan kegirangan. Mereka tidak sabar untuk mengikuti kontes bergengsi itu dan bersaing langsung dengan senior mereka. 'Apa - apaan Julian? Apa maksud dia membuat kontes ini? Apa dia ingin pamer? Atau dia ingin menunjukkan sesuatu padaku? Tapi, kenapa sedari tadi dia tidak melirikku? Apakah dia juga tidak mau ketahuan kalau sudah menikah?' Batin Qiara dengan raut wajah cemberut.     

"I love yu Tuan Julian ... " Teriak salah seorang mahasiswi sambil berdiri dengan malu - malu. Semua orang pun termasuk Qiara menoleh kepada sumber suara itu.     

"Siapa dia? Berani sekali dia mengatakan itu pada Tuan Ju. " Bisik para senior yang ada disana.     

"Wahhh ... Ada yang mengungkap perasaanya secara langsung. Tapi, kita lihat apa akan dikatakan oleh Tuan Ju!" Bisik yang lainnya.     

"Pastilah di tolak. Atau, diabaikan. Karena ini bukan kali pertama ada mahasiswi yang mengungkap cinta nya pada Tuan Ju." Kata gadis yang di sebalah nya.     

Mendengar bisik-bisik itu. Qiara pun melempar tatapannya kembali ke atas panggung menunggu respon Julian. 'Kenapa dia diam saja? Apakah dia akan menanggapi ungkapan perasaan gadis tadi? Ohhh ya ampun. Kenapa aku merasa kepanasan berada di situasi ini?' Batin Qiara.     

"Terimakasih atas ungkapan cinta itu. Saya sangat menghargainya. Tapi, saya sudah punya istri." Ucap Julian sambil tersenyum manis melirik kearah Qiara. Seketika itu wajah Qiara langsung memerah mendengar jawaban Julian.     

Sedangkan semua orang langsung kaget dan tidak percaya. Karena setau mereka kalau Julian tidak pernah menggelar pernikahan, juga tidak ada kabar kedekatannya sama wanita manapun. Lalu, siapa istrinya?     

"Apa? Tuan Ju sudah menikah? Bagaimana mungkin? Dengan siapa?" Tanya para dosen dan para wartawan yang juga ada di acara itu.     

Setelah mengatakan itu, Julianpun pamit kepada semua orang. Tidak lama kemudian dia dan Andi segera turun dari panggung dan meningalkan acara karena mereka harus segera kembali ke kantor.     

Melihat Julian pergi. Beberapa wartawan berusaha mengejarnya karena berita tentang pernikahan Julian adalah topik menarik buat mereka bahas. Namun, mereka tidak bisa mewawancarai Julian, karena Julian di jaga ketat oleh dua orang pengawalnya. Sementara itu, para wartawan merasa kecewa dengan hal itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.