Istri Kecil Tuan Ju

Hanya Karena Paha Ayam.



Hanya Karena Paha Ayam.

0"Qiara... " Teriak Julian sembari memeluk tubuh Qiara yang mulai panas. Seketika itu ekspresi Julian berubah panik.      

"Tubuh nya panas. Aku akan membawanya ke rumah sakit!" Jawab Julian sambil mengangkat tubuh Qiara ke gendongannya.      

"Baiklah! Sebaiknya kamu bawa istrimu ke rumah sakit. Kita akan bicara besok saja! " Seru Jasmin.      

Julian pun langsung mengangguk dan segera membawa Qiara pergi.      

'Dasar serangga kecil. Pintar sekali dia mencari perhatian. Tapi, jika dia benar-benar sakit. Itu malah bagus. Karena dia memang pantas mendapatkannya setelah membuatku sakit hati. 'Batin Sherly sambil tersenyum licik.      

Hati Sherly benar-benar bahagia melihat Qiara jatuh sakit. Karena dia masih ingat bagaimana tadi ketika dia menyaksikan tampilan kasih sayang Julian dan Qiara yang membuat ekspresinya berubah gelap sehingga butiran bening mengalir di pipinya.     

'Mati kamu sekalian gadis udik! Rasakan kamu kemarahan Tuhan. Lain kali jangan membuatku sampai marah-marah. ' Batin Sherly lagi sambil mengikuti Jasmin pergi meninggalkan ruangan Julian.      

Sherly pun tidak lupa membawa makanan yang dia bawa tadi. Karena sangat sayang jika di buang. Fikir Sherly.     

Sementara itu. Julian sudah berada di dalam mobilnya bersama Qiara yang ada di pelukannya. Pak Joni juga terlihat panik melihat Qiara yang terlihat lemah di pelukan majikannya.      

Sepanjang jalan Julian hanya terdiam agar tidak membuat Qiara ikut panik.      

"Kenapa tubuhmu gemetaran? " Mendengar suara Qiara. Julian pun langsung melihatnya yang mendongak dengan ekspresi bingung.      

"Kenapa kamu menatapku begitu?" tanya Qiara lagi.      

"Apa kamu sudah baikan? " Tanya Julian balik sambil mengamati wajah Qiara.     

"Aku cuma lapar. Kenapa kamu begitu heboh? " Kata Qiara dengan cemberut.      

Mendengar ucapan Qiara. Julian pun langsung menarik nafas lega.      

"Tapi, tubuhmu panas. Oleh karena itu kita harus ke rumah sakit. " Kata Julian sambil memeluk erat Qiara.      

"Percayalah, kalau semua akan baik-baik saja!" Kata Julian lagi sambil mencium kening Qiara.      

Qiara mulai merasa geram karena Julian terus memeluknya. Ia pun dengan segera melepas pelukan Julian dengan kasar.     

"Yaaa... Dasar lelaki mesum! Tidak bisakah kamu tidak memelukku? Ada Pak Jono yang lihat kita. Malu tau! " Bisik Qiara dengan sinis.      

"Kenapa harus malu sama Pak Jono? Bukankah kita sudah menikah? Jadi, sah-sah saja dong kalau kita mau pelukan atau lebih dari itu. Iya kan Pak Jono? " Kata Julian sambil tersenyum licik kepada Pak Jono.      

"Betul Tuan."Jawab Pak Jono seraya menganggukkan kepalanya. Karena, dia fikir itulah jawaban aman agar dia tidak terlihat memihak sipapun.      

Qiara menjadi semakin kesal dengan jawaban Julian. Dengan sepontan Qiara pun langsung memukul bahu Julian dengan cukup keras.      

"Aaauu .... Sakit Qiara. Sepertinya kita memang tidak perlu ke rumah sakit kalau tenagamu sudah sekuat ini" Ringis Julian sambil memegang bahunya dengan ekspresi yang teraniyaya.      

"Ahhh... Maaf! Apakah bahumu benar -benar sakit? Juga, aku tidak ingin ke rumah sakit. Aku hanya sedang lapar saja." kata Qiara dengan perasaan bersalah.      

"Iya sakit. Apa kamu mau tanggung jawab? " Jawab Julian dengan ekspresi kesakitan.      

"Iya. Katakan saja apa yang harus aku lakukan! Silahkan minta orang yang lagi kelaparan ini untuk melayanimu. Aku pasrah." Kata Qiara sembari menunduk karena mengasihani dirinya.      

Melihat ekspresi Qiara. Julian pun tersenyum karena berhasil membuat Qiara mati kutu.      

"Aku tidak mungkim memintamu melakukan apa yang membuatmu kelelahan. " Ucap Julian sambil memeluk erat Qiara.      

"Aaargggg... "Tiba-tiba Qiara menangis tersedu. Sehingga Julian pun kembalik panik.      

"Kenapa kamu menangis? Apa ada perkataanku yang membuatmu sakit hati? " Tanya Julian sambil menyeka air mata di pipi Qiara.      

Mendengar pertanyaan Julain. Qiara pun menatapnya dengan tatapan yang rumit.      

Pak Jono juga ikut panik mendengar suara tangis Qiara yang memilukan.      

"Istriku sayang! Ada apa adenganmu? Ayo bicara! Aku akan mengabulkan semua keinginanmu apapun itu. Kecuali cerai." Tanya Julian lagi yang mulai tidak sabaran melihat Qiara terus saja menangis.     

"Aku ingin makan paha ayam yang banyak. Sama nasi putih dengan es krim coklat. Secepatnya! " Jawab Qiara dengan sesegukan.     

Pak Jono dan Julian langsung terdiam mendengar apa yang Qaira minta.      

'Ampunnn deh. Istri bos memang sesuatu. Di saat dia bisa meminta mobil dan rumah mewah. Dia malah hanya meminta paha ayam yang banyak. ' Batin Pak Jono sambil menggelengkan kepalanya.      

"Ummmm... Apa kamu yakin kalau kamu hanya ingin paha ayam? Apa kamu suka makan paha Ayam? " Tanya Julian dengan ekspresi bingung.      

"Iya... Aku ingin makan itu. Aku lapar. Julian... Aku lapar. " Teriak Qiara sambil menangis sesegukan.      

'Ahhh... Aku lupa cerita Vania tentang adiknya yang akan menangis ketika dia benar-benar kelaparan. Haduhhh... ' Batin Julian sambil menghela nafas berat.      

Tidak lama kemudian. Julian pun membuat panggilan kepada asistenya. Setelah mendengar suara tut. Panggilan pun akhirnya tersambungkan.      

"Halo bos! " Terdengar suara berat Andi dari seberang telpon.      

"Andi, aku butuh bantuanmu! " Kata Julian tanpa basa basi.      

"Apa itu bos? " tanya Andi.      

"Beli Toko Ayam yang lebih dekat dengan jarakku sekarang! Setelah itu, kosongkan Toko Ayam itu karena aku akan makan disana bersama istriku. Aku akan Shere lokasiku padamu sekarang! " Seru Julian.      

"Baik bos." Setelah mengatakan itu. Andi pun menutup telponnya dengan segera. Tidak lama kemudian, dia langsung menghubungi Toko itu setelah melihat lokasi Julian.      

Setelah toko itu terbeli. Andi pun langsung mengirim pesan kepada Julian alamat dan jarak terdekatnya dengan Toko itu.      

"Tenang saja! Kita sudah dekat. Dan aku sudah menemukan toko ayam yang paling enak. " Kata Julian sambil tersenyum kepada Qiara.      

"Apa kamu harus membeli toko nya? Bukakanlah aku hanya ingin memakan beberapa paha ayam? " Tanya Qiara seraya menyeringai dengan kesal.      

"Tentu. Jangankan toko Ayam, kapal pesiar pun akan aku belikan untukmu."Jawab Julian dengan bangga.      

Mendengar perakataan Julian yang sombong akan uang dan kekuasaanya. Ekspresi Qiara berubah sinis.      

"Kenapa lagi? Kenapa kamu menatapku seperti itu lagi? Apa ada yang kurang? Atau, kamu sedang terpesona padaku?" Tanya Julian sambil memicingkan matanya.      

"Lain kali, sebelum kamu melakukan sesuatu. Kamu harus mendiskusikan nya terlebih dahulu denganku. Karena kamu sangat boros. Mengerti?" Kata Qiara dengan ketus.      

"Ya. "Jawab Julian dengan patuh sembari menganggukkan kepalanya.      

"Bagus deh kalau kamu mengerti." Setelah mengatakan itu Qiara pun kembali merebahkan kepalanya di dada bidang Julian dengan sangat manja dan senyum manis. Melihat sikap itu, Julian tersenyum gemas.      

'Kemarin dia bilang kalau dirinya adalah perempuan yang sangat matre, tapi sekarang dia malah terlihat seperti istri yang sangat irit. Hehehehe ...' Batin Julian sembari melepas jas nya untuk menyelimuti tubuh Qiara yang terlihat kedinginan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.