Istri Kecil Tuan Ju

Apakah Dia Perempuan?



Apakah Dia Perempuan?

0"Ini tempat apa? Apakah ini sirkus? Atau pertunjukam kembang api? Tapi, Ini kan bukan tahun naru." Kata Qiara yang balas bertanya pada Julian dengan ekspresi yang datar.      

"Pertunjukan sirkus? Bagaimana mungkin kamu bisa berfikir kalau ini adalah pertunjukan sirkus? Apa kamu tidak tau arti dari kejutanku ini?" Tanya Julian dengan heran. Dia tidak habis fikir dengan cara berfikir Qiara.     

Seketika itu ekspresi Julian langsung jatuh mendengar pertanyaan Qiara yang menunjukkan kalau dirinya tidak tersentuh dengan apa yang dia lakukan?     

"Tidak." Jawab Qiara sambil menggelengkan kepalanya.      

'Apa Alvin sudah membohongiku? Katanya istrinya sangat terkesan lalu menciumnya. Tapi, kenapa istriku malah bingung dan terlihat biasa saja? 'Batin Julian dengan ekspresi bingung.      

"Julian ... Kenapa kamu diam? Katakan kalau ini tempata apa? " Tanya Qiara lagi dengan kesal     

"Ahhh... Kita sedang berada di sebuah taman yang ada di restauran yang kamu lihat tadi."Jawab Julian tanpa ekspresi.      

"Ohhh... Ya sudah. Ayo kita makan! " ucap Qiara dengan cemberut.      

Julian merasa putus asa karena kejutan yang dia siapkan tidak berhasil membuat Qiara terkesan. Tidak lama setelah itu, Julian pun langsung menuntun Qiara ke kursi lalu menarik kursi tersebut lalu mempersilahkan Qiara duduk.      

"Silakan duduk istriku! " ucap Julian setelah berhasil mengendalikan emosi dan kebingungannya.      

"Terimakasih!" ucap Qiara sambil duduk di kursi yang di sebelahnya. Julian menghela nafas panjang melihat kelakukan Qiara yang tidak mau duduk di kursi yang sudah dia tarik agar Qiara bisa duduk di kursi itu.      

'Perempuan jenis apa sih dia? Kenapa dia tidak suka di perlakukan istimewa? Kata orang kalau perempuan sangat suka diberikan kejutan semanis ini. Tapi, gadis kecil ini benar-benar aneh dan berbeda.' Batin Julian sambil menatap istrinya dengan ekspresi yang rumit.      

"Kamu kenapa masih berdiri? Ayo makan! " Kata Qiara lagi.      

"Ya. " Sahut Julian setelah selesai membatin. Tidak lama setelah itu, ia pun duduk di kursinya.      

Qiara merasa senang dengan makanan yang tersaji diatas meja nya.      

Setelah selesai makan mereka pun langsung pulang. Sepanjang perjalanan, Julian terus melirik Qiara yang tertidur pulas dengan ekpsresi penasaran. Ia bertanya-tanya dalam hatinya tentang apa yang disukai istri kecilnya itu. Berulang kali Julian membelai wajah Qiara dengan lembut.     

"Vania, apa kamu lihat bagaimana adikmu hari ini? Dia membuatku kebingungan. Bahkan, aku tidak bisa menebak apa yang dia fikirkan. ' Batin Julian sambil menikmati pemandangan malam hari dari luar jendela mobil.      

Tidak lama kemudian. Mereka sampai di rumah megah Julian. Karena tidak ingin membangunkan Qiara. Julian pun langsung mengangkat tubuh Qiara menuju kamarnya.      

Setelah membaringkan Qiara. Julian langsung keluar dari kamar nya menuju ruang kerja. Walaupun sudah larut malam, dia tetap ingin bekerja menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.      

Waktu terus berlalu. Tidak terasa sudah sudah jam 3 pagi. Tepat saat itu Qiara pun membuka matanya lalu menemukan dirinya berada di kamar Julian.     

'Ya ampun. Aku di kamar Julian? Kenapa bisa begini? Tapi, dimana Julian? Kenapa tidak ada tanda-tanda dia tidur di sampingku? Apa ada yang terjadi dengannya? ' Batin Qiara seraya menengok ke seluruh penjuru kamar Julian.      

Tepat saat itu. Tiba-tiba Qiara      

mendengar suara birisik dari luar. Seketika itu Qiara turun dari tempat tidur setelah mengucek matanya.      

Setelah itu, Qiara keluar dari kamar lalu berjalan pelan menghampiri sumber suara.      

Dari balik tembok. Qiara melihat sosok tinggi berjalan dalam remang - remang menuju ruang kerja Julian.      

'Apa itu Julian? Kenapa dia tidak menyalakan lampu? Apa dia tidur di ruang kerjanya?' Batin Qiara seraya bertanya-tanya dalam hatinya.      

Karena penasara. Qiara pun berjalan menuju ruang kerja Julian. Tidak lama kemudian, Qiara pun masuk dan menemukan Julian sedang fokus dengan leptop dan beberapa dokumen di mejanya serta segelas air di samping leptopnya yang baru saja dia ambil dari dapur.      

"Qiara... Kenapa kamu ada disini?" Tanya Julian ketika menyadari Qiara berdiri di depannya.      

"Aku cuma penasaran. Apa kamu tidur di sini? " Sahut Qiara tanpa ekspresi.      

"Aku tidak mungkin tidur disini tanpa kamu ada di sampingku. Karena aku sudah terbiasa tidur bersamamu."Jawab Julian sambil tersenyum.      

"Jadi, Kamu belum tidur dari tadi? " Tanya Qiara dengan ekpsresi yang gelap.      

"Setelah beberapa pekerjaan lagi" Kata Julian sambil kembali fokus pada laptopnya.      

"Yaaa... Apa kamu gila? Kenapa kamu memaksakan diri bekerja seperti ini? Bagaimana kalau kamu sakit? Siapa yang akan menemaniku? "kata Qiara dengan geram.      

"Aku sudah biasa. Jadi, aku tidak akan sakit. Lebih baik kamu tidur lagi, karena pagi sebentar lagi tiba!" Ucap Julian tanpa melihat kepada Qiara.      

'Dasar gila kerja. Dia memang sama kayak kak Vania. Sama-sama gila kerja sampai lupa waktu.' Batin Qiara sambil menggertakan giginya.      

"Julian... Sekali lagi aku katakan padamu. Ayo kita istirahat dulu! Karena sebentar lagi subuh tiba. Kamu bisakan melanjutkannya besok? Kan kamu bos nya" Kata Qiara dengan tatapan yang rumit.      

Mendengar apa yang dikatakan oleh Qiara. Julian pun langsung mendongak melihat Qiara yang mulai menjadi istri yang cerewet.      

"Kamu duluan ya! Aku akan menyusul setelah ini! " Kata Julian.      

"Terserah sudah. Aku tidak akan perduli lagi sama kamu. Kalau begini, besok aku akan pindah ke Asrama." Ucap Qiara dengan kesal. Setelah itu ia pun berbalik menuju pintu keluar.      

Qiara kehilangan kesabaran menghadapi Julian yang keras kepala.      

Julian langsung tercengang mendengar apa yang Qiara katakan.      

"Qiara tunggu!" teriak Julian yang mulai keranjingan mendengar Qiara yang mau pindah besok.      

Sayangnya Qiara tidak perduli dengan teriakan Julian karena dia sudah terlanjur kesal.      

Melihat Qiara yang tidak berhenti. Julian pun segera membereskan pekerjaannya. Setelah semua selesai Julian pun langsung kembali ke kamarnya. Tapi, sayang pintu di kunci oleh Qiara.      

"Istriku sayang! Buka pintu nya dong! Maafin aku ya! Aku akan tidur sekarang. " Kata Julian dengan lembut.      

Tapi, Qiara tidak juga membukannya. Namun, Julian tidak putus asa. Ia terus saja mengetuk pintu.      

"Baiklah! Aku tidak akan menggangumu. Aku akan tidur di lantai." Kata Julian dengan suara sedih.      

Mendengar apa yang dikatakan oleh Julian. Qiara langsung melotot karena tidak tega membayangkan Julian akan tidur di lantai.      

Tidak lama kemudian. Suara Julian tidak terdengar lagi. Qiara pun mulai penasaran, sehingga ia dengan pelan turun dari tempat tidurnya lalu membuka pintu kamar dan keluar sambil mengendap endap.      

"Ummm ... Akhirnya kamu membuka pintunya juga! " Kata Julian sambil memeluk Qiara dari belakang. Seketika itu Qiara terkejut karena tidak menyangka kalau Julian malah bersandar di tembok untuk berusaha menipunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.