Istri Kecil Tuan Ju

Hari Pertama Kuliah



Hari Pertama Kuliah

0"Ummm ... Akhirnya kamu membuka pintunya juga! " Kata Julian sambil memeluk Qiara dari belakang.     

Seketika itu Qiara terkejut karena tidak menyangka kalau Julian malah bersandar di tembok untuk berusaha menipunya.     

"Yaaa... Julian. Lepasin aku! Kenapa kamu membohongiku?" Kata Qiara dengan kesal sambil berusaha melepaskan diri dari Julian.     

Tanpa menjawab pertanyaan Qiara. Julian tersenyum licik lalu mengangkat tubuh Qiara ke gendongannya.      

"Julian ... Apa yang kamu lakukan? Lepasin aku!"     

Ucap Qiara dengan sinis.      

"Tenanglah istri kecilku sayang! Jadilah baik! " Sahut Julian sambil membawa Qiara masuk ke kamarnya dan menutup pintu.      

"Aku tidak mau bicara denganmu karena aku masih marah padamu" Kata Qiara sambil memalingkan wajahnya dari Julian.      

Tidak lama kemudian. Julian membaringkan tubuh Qiara di atas tempat tidur. Setelah itu ia menyusul berbaring dan memeluk Qiara diatas ranjang empuk itu.      

"Julian... Lepasin! " Kata Qiara sambil berbalik untuk mendorong Julian pergi. Namun, Julian malah mencium lembut bibir Qiara. Seketika itu Qiara membeku dengan mata yang berkedip-kedip.      

Beberapa detik kemudian Julian melepas ciumanya dan merasa lucu melihat ekspresi Qiara yang terdiam kaku.      

"Ayo tidur! Besok pagi kamu kuliah hari pertama kan. " Bisik Julian di telinga Qiara.      

Medengar suara Julian, Qiara tersadar dari keterkejutanya. Pipinya memerah karena ia berharap lebih dari sekedar ciuman.      

Setelah itu, Qiara pun kembali menoleh. Seketika itu Qiara langsung terjebak ketika melihat bibir Julian yang tampak memerah.      

'Ya ampun. Apa yang aku fikirkan? Kenapa aku mesum beginu?' Batin Qiara sambil menelan ludahnya dalam-dalam. Dia benar-benar di buat salah tingkah oleh godaan tubuh dan bibir Julian.     

"Kamu bisa tidur sendiri disini. Aku akan kembali ke kamarku. " ucap Qiara dengan grogi. Setelah itu ia mencoba melepaskan dirinya dari pelukan Julian. Sayangnya, Julian malah semakin mempererat pelukanya dan mencium rambut Qiara.      

"Tidurlah! Jangan kemana-mana agar aku bisa tidur dengan nyenyak." Bisik Julian sambil memejamkan matanya.      

Mendengar perkataan Julian. Qiara tersenyum sambil membenamkan wajahnya di dada Julian sambil mencium bau khas tubuh Julian dengan rakus. Sekarang Qiara merasa kalau dia ingin selamanya berada dalam pelukan hangat Julian dan tidak akan pernah melepaskanya.      

Keesokan paginya. Seperti biasa Qiara dan Julian duduk berseberangan di meja makan. Tepat saat itu. Qiara melirik Julian yang tampak sedikit lesu karena kurang tidur.      

"Oh iya. Apa aku boleh bertanya tentang Natan? " Tanya Qiara dengan ekspresi yang rumit.      

Mendengar pertanyaan Qiara. Julian menyesap minumannya sampai habis. Setelah itu ia menatap Qiara tanpa ekspresi.      

"Mau tanya apa? " Tanya Julian.      

"Ummm... Natan itu sifatnya kayak apa sih? Aku merasa dia agak sedikit aneh. " Tanya Qiara.      

"Natan? Dia sama sepertiku. Jika kamu mengenali diriku maka begitulah dia. "Jawab Julian.      

"Ohh... He.. " Qiara cuma nyengir karena dia tidak ingin Julian menjabarkan karakternya yang menyebalkan.      

"Jangan terlalu bingung dengan sikapnya. Nanti, jika kamu sudah cukup mengenalnya kamu pasti mengerti. Ya sudah, aku akan berangkat ke kantor. Apa kamu mau aku antar kuliah di hari pertama ini? "Kata Julian sambil menyeka mulutnya.      

"Tidak perlu! Aku masih senang menggunakan Bis." Kata Qiara seraya berdiri setelah menyelesaikan makannanya.      

"Baiklah! " Setelah mengatakan itu. Qiara dan Julian pun keluar bersama.      

Tidak lama kemudian Qiara naik taxi, sedangkan Julian masih berdiri melihat taxi hingga menghilang dalam pelupuk matanya.      

'Gadis kecil itu terlalu polos. Walaupun dia bisa menjaga diri, tapi dia sangat ceroboh. Dia boleh melakukan apa saja. Asal jangan pindah ke Asrama. Aku tidak akan terbiasa tanpa dia.' Batin Julian.      

Seusai membatin. Julian pun segera memasuki mobilnya karena pagi ini dia ada rapat.      

Waktu terus berjalan. Tidak lama kemudian, sosok manis dengan rambut yang di kuncir itu berjalan memasuki pintu utama kampus.      

Tepat saat itu dia mendengar pengumuman dari pengeras suara.      

"Perhatian untuk semuanya! Bagi seluruh Mahasiswa baru harap berkumpul di Aula sebelum memasuki kelas masing-masing! "     

Mendengar pengumuman itu. Qiara pun langsung bersiap untuk berlari. Namun, dia mengrungkan niatnya saat menderang suara ' Bruckkkk'     

Dari arah belakangnya. Ia pun langsung menoleh ke belakang dan menemukan dua orang dengan wajah kesal.      

"Hei! Apakah kamu Gila! Punya mata dipake dong! Jangan main tabrak begitu saja! " Gerutu seorang mahasiswi sambil mengibas-ngibas pakaiannya yang ia fikir kotor waktu terjatuh di lantai.      

"Oh, maafkan aku! Apakah kamu baik-baik saja?" Ucap lelaki itu dengan penuh penyesalan.      

Lelaki itu merasa buruk melihat mahasiswi itu terus menggrutu dan tidak menghiraukan perminta maafannya. Dia benar-benar tidak sengaja menabrak mahasiswa itu. Iapun meyesali perbuatanya itu.     

"Orlin... Qiano... ?" Sapa Qiara kepada mereka berdua sambil melambaikan tangan dan tersenyum.      

"Ohhh... Qiara?" kata Orlin sambil membalas lambaian tangan pada Qiara.     

Qiara pun tiba diantara mereka berdua.      

"Qiano ... Kenalin, ini temanku Orlin! " Kata Qiara memperkenalakan Orlin pada Qiano.      

Menyadari siapa yang menabraknya. Orlin pun hanya diam sambil menatap Qiano. Untuk sesaat keadaan menjadi hening.     

"Ohhh ... Hae... Qiano. Aku Orlin mahasiswi baru juga." Kata Orlin sambil mengulurkan tangannya ke pada Qiano setelah ia terdiam.      

"Qiano. Aku juga mahasiswa baru disini. Ya sudah, aku anggap kita tidak ada masalah lagi. Kalau begitu ayo kita ke Aula! " Kata Qiano sambil menarik tangan Qiara dan berlari meninggalkan Orlin. Seketika itu Qiara berlari mengikuti Qiano denngan kaget. Sementara Orlin merasa kesal di tinggal sendiri. Ia pun berlari menyusul Qiara dan Qiano.      

"Orlin... Ayo cepat! " teriak Qiara sambil mengulurkan tangan kanannya ke belakang karena Qiano tidak mau berhenti sebab dia memang ingin segera berkumpul.     

Semenjak kejadian itu, mereka bertigapun mulai akrab di kampus, tak lupa pula Orlin terus berusaha untuk dekat dengan Qiano.      

Bagi Orlin. Qiara merupakan sahabat pertamanya di kampus. Sahabat dimana mereka akan menjalani masa terindah di kampus bersama, baik suka maupun duka. Dan tentunya, dia berharap Qiara tidak akan mengecewakannya.      

"Qiara... Kamu memang sahabat terbaikku. Terimakasih sudah mengajakku bermain bersama setiap hari dengan Qiano juga." Bisik Orlin sambil menyantap soto nya di kantin mewah itu.      

"Hahaha... Sama-sama! Semoga kita bertiga jadi teman yang baik." Ucap Qiara dengan senyum yang merekah.      

"Iya. Tapi, aku benar - benar menyukai Qiano. Apa kamu mendukungku? " Mendengr pernyataan Orlin yang terkesan blak-blakan itu. Qiara terdiam lalu menghentikan makannya. Entah kenapa dia merasa ada bagian yang tidak nyaman di hatinya. Meskipun dia mencintai Qiano, akan tetapi dia sudah menghianati cintanya itu dengan memberikan kesuciannya pada Julian yang memang berhak mendapatkannya.      

"Qiara, aku benar - benar suka sama Qiano. Jadi, tolongin aku ya agar bisa jadian dengan Qiano! " kata Orlin lagi sembari memohon pada Qiara dengan ekspresi memelas.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.