Istri Kecil Tuan Ju

Tunggu Sampai Di Rumah!



Tunggu Sampai Di Rumah!

0"Nona, apa anda tidak mau duduk? Atau pergi saja agar tidak menggangu pemandangan kelas ini! " Kata Julian lagi sembari menebak apa yang Qiara fikirkan.      

Semua orang langsung memberikan tatapan sinis mereka kepada Qiara. Sehingga ia tidak punya pilihan selain segera duduk.      

"Ra, kamu kenapa? Kalau terpesona itu tidak kayak gitu juga kali. Katanya tidak doyan dengan lelaki ganteng, tapi bola matanya seperti mau melompat. Bilang saja kalau kamu ingin memeluknya kan? Kayak aku yang ingin menggigit bibirnya dan merayap di tubuhnya yang sepertinya kotak-kotak. Dadanya bidang sekali. " Bisik Vega sembari menjukurkan lidahnya beberapa kali setelah Qiara sudah duduk di sampingnya.      

'Ya Tuhan. Aku bisa gila kalau begini. Mempunyai teman duduk yang mesum itu rasanya kutukan.' Batin Qiara sambil mengeluarkan buku dari tas nya dengan kesal.      

Tidak lama kemudian. Julian pun memulai pembelajarannya. Semua mahasiswi senyum-senyum sendiri melihat Julian yang sedang menjelaskan dengan singkat materi yang dia bawakan.      

"Ada yang mau bertanya? " Kata Julian setelah memberi penjelasan.      

"Aku! " Kata salah seorang mahasiswi sambil mengacungkan jarinya.      

"Ya kamu! " Sahut Julian tanpa melirik Qiara.      

Qiara pun langsung menoleh kepada mahasiswi itu dengan ekspresi yang rumit.      

"Saya mau bertanya. Apakah Tuan Ju benar-benar sudah menikah? " Tanya Mahasiswi itu dengan lancang.      

Seketika itu seluruh mahasiswi memasang mata dan telinga menunggu jawaban Julian walaupun itu menyimpang dari materi.      

'Ahhh... Julian.. Tunggu sampai kita bertemu di rumah. Aku akan memastikan tidurmu tidak tenang. Kamu membuat masa muda ku menegangkan. Ini juga para cewek kenapa semuanya ganjen sih pada lelaki tua? ' Batin Qiara sambil nenutup wajahnya. Dia merasa kesal melihat Julian tiba-tiba berada di depannya sebagai dosen.     

"Ummm ... Saya harap semua bertanya sesuai materi. Sekarang, mahasiswi yang duduk di pojok, silahkan bertanya!" Kata Julian sembari mengabaikan pertanyaan mahasiswi sebelumnya.      

Julian tersenyum licik, ketika menunjuk kearah Qiara.      

"Ra, kamu di tunjuk tuh sama Tuan Ju! " Kata Vega sambil menggoyang bahu Qiara.      

"Tidak mau! "Jawab Qiara sambil memalingkan wajah dengan ekspresi jelek.      

"Yaaa... Ra! Kamu menghilangkan kesempatam untuk bicara dengan Tuan Ju. Kalau kamu tidak mau! " Kata Vega denran heran.      

"Enggak mau. Aku tidak punya pertanyaan. " Kata Qiara dengan ketus.      

"Katanya dia tidak punya pertanyaan pak! " Kata Vega mewakili Qiara.      

"Ohhh ... Jadi, dia sudah mengerti. Kalau begitu aku akan memberikan pertanyaan kepadanya." Kata Julian seraya melemparkan pandangannya kepada Qiara.      

Medengar perkataan Julian. Qiara pun langsung melotot kepadanya.      

'Julian... Apa kamu bercanda? Tunggu sampai kita ada di rumah. Aku akan mencampurmu dengan telur dan tepung. Setelah itu, aku akan menjadikanmu adonan kering sebagai makanan ayam. Aaarggg... Aku kepanasan. ' Grutu Qiara seraya menatap sinis kepada Julian.      

"Ahhh... Waktu saya sudah habis. Pertanyaan ini akan saya tahan hingga minggu depan. Baiklah saya akhiri sekarang! " Setelah mengatakan itu Julian pun keluar dari kelas sambil tersenyum karena berhasil membuat Qiara merasa kesal.      

'Julian, tidak akan ada hari esok untuk mengajar lagi!' Batin Qiara lagi. Setelah itu ia bersiap-siap untuk mata kuliah berikutnya.      

Di waktu yang sama. Orlin, terlihat gugup ketika melihat Qiano berjalan menghampirinya.      

"Ah, bagaiman ini?" kata Orlin sambil mondar-mandir.      

Sedikit lagi Qiano akan sampai di depannya. Orlin pun rasanya semakin gugup, namun Orlin mencoba untuk menenangkgan hatinya.      

"Qiano?" Sapa Orlin dengan malu-malu.      

"Ohh.. Orlin. Ada apa? " Tanya Qiano dengan heran ketika ia berdiri tegak di depan Orlin.      

"Aku ingin bicara sesuatu sama kamu. Apa ada waktu sebentar? " Kata Orlin dengan ragu.      

"Ummm... Baiklah. Ayo bicara di sana. " Sahut Qiano. Orlin pun langsung mengangguk lalu mengikuti Qiano duduk di kursi taman yang ada di kampus itu.      

"Kamu mau ngomong apa?" tanya Qiano ketika mereka sudah duduk dengan tenang. Qiano semakin penasaran dengan sesuatu yang ingin Orlin bicarakan karena ia bisa melihar raut wajah serius dari Orlin.     

"Ummm... Sebenarnya aku sangat gugup. " Ucap Orlin dengan sungguh- sungguh.     

"Santai saja! " Kata Qiano sambil tersenyum. Dia tau kalau Orlin adalah sahabat Qiara, oleh karena itu dia berusaha untuk tetap sopan dan membuat Orlin nyaman.     

"Sebenarnaya. Saat pertama kali aku melihatmu, sejak sat itu pula aku merasa kalau aku cinta padamu" Ucapan Orlin seketika itu membuat suasana menjadi hening.      

Qiano hanya terdiam dengan tatapan yang rumit. Melihat ekspresi Qiano. Orlin pun mulai penasaran dengan respon Qiano.      

"Qiano... Kenapa kamu diam saja? Katakan apa jawabanmu! " Kata Orlin dengan khawatir.      

"Maafkan aku!" Jawab Qiano dengan eskpresi yang menyesal.      

"Maaf ? Apa itu artinya kamu menolak cintaku? " tanya Orlin untuk meluruskan maksud dari Qiano.     

"Maaf karena aku tidak bisa menerima cintamu! "Jelas Qiano tanpa emosi.      

Mendengar jawaban Qiano. Orlin merasa dadanya sesak.     

"Kenapa? Apa kamu sudah punya pacar? " Tanya Orlin dengan bibir yang gemetaran.      

"Bukan punya pacar. Tapi, aku menyukai perempuan lain."Jawab Qiano meluruskan maksudnya.      

"Siapa? " tanya Orlin lagi.      

"Qiara. Dia adalah gadis yang aku cintai. " kata Qiano dengan spontan.      

"Qiara? Bagaimana mungkin? " Orlin tidak bisa mempercayai pendengarannya. Dia fikir Qiara sudah menghiantainya dengan membuat Qiano menyukainya terlebih dahulu.      

"Orlin, maaf karena aku harus pergi ke perpustakaan. Sampai ketemu nanti!" setelah mengatakan itu Qiano pun segera melarikan diri dari Orlin karena suasananya mulai canggung.      

'Lelucon macam apa ini? Kenapa kalian berbohong padaku? Katanya teman tapi taunya mereka saling menjalin hubungan.' Batin Orlin sambil menyeka air matanya yang terus mengalir.      

Setelah pulang kuliah. Orlin menunggu Qiara keluar dari kampus. Tidak lama kemudian. Qiara pun muncul dan berlari memghampiri Orlin.      

"Orlin, apa kamu sedang menungguku? "Tanya Qiara dengan senyum yang merekah.      

Tanpa mengatakan apapun. Sebuah tamparan hebat mendarat mulus di pipi Qiara.      

"Auhhh... " Ringis Qiara dengan ekspresi terkejut sambil memegang pipinya.      

"Yaaa ... ! Orlin... Kenapa kamu menamparku? " Tanya Qiara dengan edikit berteriak.     

"Sahabat macam apa yang sudah membohongi sahabatnya. Kamu emang pantas dapat tamparan itu." Jawab Orlin dengan emosi.     

"Aku tidak mengerti dengan apa yabg kamu katakan. Namun, kamu juga harus sadar kalau Ini kampus bukan tempat untuk berantem. Tidak bisakah kamu ngomong dulu baru nampar? " kata Qiara yang berhasil mengendalikan emosinya. Qiara berusaha membuat dirinya untuk lebih sabar karena dia tidak ingin membawa citra buruknya di SMA terulang lagi di Universitas.      

"Aku tidak perduli. Mau ini kampus atau tempat apapun, aku tidak perduli. Yang penting aku puas karena bisa menampar pembohong sepertimu. " Teriak Orlin Dengan kesal. Dia benar-benar tidak bisa mengendalikan emosinya karena di dorong oleh patah hati yang baru saja dia alami.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.