Istri Kecil Tuan Ju

Di Katakan Pembohong



Di Katakan Pembohong

0"Aku tidak perduli. Mau ini kampus atau tempat apapun, aku tidak perduli yang penting aku puas karena bisa menampar pembohong sepertimu." Teriak Orlin Dengan kesal. Dia benar-benar tidak bisa mengendalikan emosinya karena di dorong oleh patah hati yang baru saja dia alami.     

"Pembohong? Bagaimana bisa kamu mengatakan aku seorang pembohong? Bukankah aku selalu berusaha jujur sama kamu? " Ucap Qiara sambil menggertakan giginya.      

"Kamu bohong, soal kamu yang tidak punya hubungan dengan Qiano. Nyatanya dia menolakku. Karena dia mencintaimu. Itu yang dia katakan. "Jelas Orlin dengan emosi yang mulai memuncak.     

Qiara terkejut mendengar penjelasan Orlin. Dia tidak menyangka kalau Qiano akan semudah itu mengatakannya pada Orlin. Sedangkan pada dirinya, tidak sama sekali.      

"Kamu menyatakan perasaanmu padanya?" Tanya Qiara lagi untuk memastikannya.      

Orlin pun langsung mengangguk dengan wajah malu. Dia menangis karena tidak bisa mengontrol emosinya.      

"Tolong maafin Qiano!" Kata Qiara dengan nada lemah.      

"Maaf kamu bilang? Jadi, kamu mau mewakili Qiano untuk meminta maaf? Betapa baiknya kamu. Akan tetapi, kamu fikir aku akan segampang itu memaafkan pembohong seperti kamu? " kata Orlin lagin yang masih saja di kuasai emosinya. Belum sempat Qiara bicara lagi, Orlin langsung memberikannya isarat.      

"Sekarang kamu boleh pergi! Aku tidak ingin melihatmu lagi! "Kata Orlin tanpa menoleh kepada Qiara.      

Melihat Orlin mengusirnya. Qiara pun menatapnya dengan sinis. Walau pun Orlin berlebihan menurut Qiara, juga dia tidak pernah membohongi Orlin, dan dia paling benci di panggil pembohong. Qiara pun pergi meninggalkan Orlin dengan perasaan yang kacau. Matanya pun mulai memerah karena dia tidak menerima tuduhan yang keluar dari mulut sahabat nya itu.      

Tidak lama kemudian. Tanpa sadar Qiara malah berlari ke fakultas ekonomi. Gedung berwarna keemesan itu tampak megah dan sangat elit. Karena di Universitas Kemas. Hanya fakultas Ekonomi lah yang paling mewah.      

'Ahhh... Kenapa aku malah nyasar di sini? Aku kan mau pulang. ' Batin Qiara sambil menjambak rambutnya saking kesalnya.      

Qiara merasa frustasi karena hari ini tidak ada hal yang menyenangkan baginya. Di mulai saat Julian yang tiba-tiba menjadi dosennya, setelah itu di tampar oleh Orlin karena alasan yang tidak masuk akal. Sekarang, dia malah ke fakultas orang.      

Tepat saat dia akan berbalik. Beberapa mahasiswi Ekonomi terdengar heboh. Qiara pun langsung menoleh ke sumber suara.      

'Ada apa itu? Kenapa fakultas ini begitu ramai melebihi kandang ayam.' Batin Qiara sembari mengendap-ngendap untuk mencari penyebab kehebohan, Karena dia paling tidak suka penasaran.      

Tidak lama setelah itu. Qiara pun bisa melihat dengan jelas kalau penyebabnya adalah sang adik iparnya itu.      

Untuk sesaat Qiara terdiam melihat penampilan Natan yang berbeda dari sebelumnya.      

Memang, Natan itu sagat berbeda. Sehingga di mata para mahasiswi baik di fakultasnya atau di falkustas yang lain. Dia di pandang seperti seorang pangeran yang sempurna. Siapapun yang dapat dekat dengannya dan menjadi kekasihnya adalah orang yang paling beruntung. Tidak ada yang tidak mengenal Natan. Hampir semua mahasiswi sudah tahu siapa Natan dan bagaimana bentuk rupa wajahnya yang bagaikan pangeran negeri dongeng.      

Akan tetapi, Natan termasuk lelaki yang rumit emosinya. Kadang mudah senang, juga mudah marah apalagi di saat dia di paksa.      

Natan, berbeda dengan Julian yang jarang tersenyum. Natan sangat suka kehidupan yang gelamor.      

Soal wanita. Dia belum pernah merasakan patah hati, karena dia tidak pernah di tolak atau di tinggalkan. Tidak ada kesedihan yang paling melelahkan kecuali saat sang Papa yang selalu menghalangi mimpinya. Selain dari itu, dia menghabiskan waktu nya untuk bersenang-senang bersama teman-temannya.     

"Natan.. " Qiara melihat seorang wanita berteriak sambil memanggil Natan dengan genit nya saat Natan sedang berjalan di koridor kampus.     

'Ya ampun. Aku tidak menyangka kalau para gadis yang ada di kampus ini semua nya mesum dan pada tidak punya malu. ' Batin Qiara sambil menggelengkan kepalanya.      

"Hai.. " balas Natan sambil tersenyum lalu berkedip seraya memberikan ciuman di punggung tangan perempuan itu.     

Dua sahabat Natan hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan Natan yang aneh. Kadang ia bertindak seperti playboy. Kadang pula dia bertidak seperti lelaki dingin yang tidak memiliki hati.     

"Aku tunggu di tempat biasa." Ucap perempuan seksi itu setelah memberikan kecupan di pipi kiri Natan.      

"Oke. " Sahut Natan.     

Setelah itu sang gadis yang juga seorang mahasiswi ekonomi itu pun pergi sambil melambaikan tangannya dengan senyum yang merekah.      

Di suatu tempat persembunyian Qiara merasa ingin muntah melihat kelakuan adik iparnya itu.      

"Sampai kapan kau akan begini Natan?" tanya Denis sahabatnya yang satu jurusan dengannya.      

"Ummm... Sampai aku bosan. " Sahut Natan sambil berjalan pelan menuju area parkir.      

"Aku fikir kita sudah bukan anak SMA lagi! Dan, sudah waktunya untuk kita bersikap serius." Mendengar apa yang dikatakan oleh Denis. Natan pun berhenti berjalan lalu menoleh kepada Denis.      

"Aku tidak ingin hidupku menoton seperti kakak ku karena dia menjalani hari-hari nya dengan serius. Aku tidak mau menjadi orang membosankan seperti dia. " Kata Natan seraya menyeringai kepada Denis..      

"Aku bukannya membela kakak mu. Tapi, kita tidak pernah tau umur kita akan sampai di mana. Bagaimana kalau kita mati di saat kita masih suka main-main? " Lanjut Denis sambil bergidik ngeri karena dia ngeri ketika membayangkan akan mati di usianya yang masih muda.      

"Haha.. Tenang saja! Kata Tuhan, umurku itu masih lama. Sehingga hidupku masih panjang." Kata Natan sambil terkekeh.      

"Haisss... Terserah kamu saja lah! " kata Denis dengan putus asa. Dia tidak tau lagi harus berkata apa pada Natan. Karena Natan adalah manusia yang susah di tebak.      

"Jangan terlalu di fikirkan! Kita hidup memang teserah kita. Orang lain tidak baik untuk ikut campur." Kata Natan.     

Setelah itu ia langsung berbalik untuk melanjutkan jalannya lagi. Namun, ia tiba-tiba melihat sosok dingin dengan tatapan yang mengerikan sedang berjalan menuju lab ruang kampus fakultas Ekonomi.      

"Sial. Kenapa dia bisa ada di kampus ini? Harusnya kan jam segini dia ada di kantor." Kata Natan dengan ekspresi yang buruk.      

"Natan, tamat sudah riwayatmu. " Kata Denis sambil tersenyum licik ketika dia melihat Julian yang semakin dekat.      

"Yaaa... Dasar brengsek. Diam kamu! Sekarang, kalian harus membantuku. Jika dia datang mencariku. Tolong katakan kalau aku sudah pergi. Oke? " Kata Natan dengan perasaan yang tidak tenang.      

"Bagaimana kalau aku tidak mau? " Kata Denis yang mulai memancing emosi Natan.      

"Aku akan mengatur makan malammu bersama artis idolamu. Aku janji" Kata Natan dengan kesal.     

"Bungkus! Hehehe... " Sahut Denis sambil tersenyum dan mengacungkan jempolnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.