Istri Kecil Tuan Ju

Saling Jambak



Saling Jambak

0"Bungkus! Hehehe... " Sahut Denis sambil tersenyum dan mengacungkan jempolnya.      

Setelah membuat kesepakatan dengan Denis. Natan pun langsung berlari mencari tempat persembunyian.      

Tepat saat itu, tanpa sengaja Natan malah menabrak Qiara yang juga sedang bersembunyi dari Julian yang kemungkinan juga mencarinya. Itu fikiran Qiara.      

"Awww...!" ringis Qiara sambil memegang pantatnya dengan ekspresi yang buruk.     

"Ahhh... Maaf! Apa kau tidak apa-apa?" tanya Natan sembari mengulurkan tangannya kepada Qiara.      

Tanpa melihat siapa yang mengulurkan tangan dan sudah menabraknya. Qara pun langsung menerima uluran tangan Natan sambil mengusap pantatnya yang sakit.      

"Yaaa... Natan. Kamu lagi! "Kata Qiara sambil menunjuk kearah wajah Natan.      

"Ohhh... Astaga. Bukannya kamu gadis aneh di ruang musik dan di Kantin? " Kata Natan dengan raut wajah yang terkejut.      

"Ngapain kamu disini? Kenapa kamu seperti ayam yang takut di potong? " Tanya Qiara dengan heran.      

"Ini semua karena kamu. Kalau saja kamu kasih peringatan dulu! Kemungkinan aku tidak akan menabrakmu."Jelas Natan sambil mengernyit.      

"Dasar anak manja. IQ mu berapa sih? Kalimat yang begitu saja kamu tidak mengerti. " Sahut Qiara sambil menyeringai kepada Natan.      

Mendengar apa yang dikatakan oleh Qiara. Natan malah mengernyit sambil menutup mulut Qiara dengan tangan kanannya karena dia merasa kalau Julian sudah dekat.      

"Yaaa... Apa yang kamu lakukan. Apa kamu sakit jiwa?" Qiara berusaha teriak karena merasa terancam.     

"Tolong diam! Kalau makhluk gaib itu melihatmu. Bisa jadi, kita berdua akan kena masalah." Bisik Natan setelah ia membawa Qiara bersembunyi di balik tembok.      

"Makhluk gaib apa maksudmu?" tanya Qiara dengan heran.      

Tanpa mengatakan apapun. Natan langsung menunjuk kepada Julian yang terlihat sedang berbicara dengan salah serang Dosen Natan.      

'Jadi, yang dia maksud makhluk gaib itu adalah Julian? Itu artinya dia menghindari orang yang sama denganku. 'Batin Qiara seraya mengerutkan keningnya.      

"Kenapa kamu bersenbunyi darinya? " Ucap Qiara sembari kembali bersandar di tembok.      

"Aku cuma tidak ingin bicara dengannya. Dia terlalu cerewet."Jawab Natan.      

Mendengar jawaban Natan. Qiara pun terdiam sambil menundukkan kepalanya ketika mengingat bagaimana Julian mulai cerewet padanya.      

'Iya, dia memang menyebalkan saat lagi cerewet. 'Batin Qiara dengan cemberut.      

Melihat Qiara hanya diam, Natan pun mulai khawatir. Tidak lama setelah itu, Natan menarik nafas dalam lalu menoleh kepada Qiara.      

"Apakah pantatmu masih sakit? " Tanya Natan dengan gugup karena dia takut menyinggung Qiara.      

"Dasar mesum. Kau pikir aku kenapa? Beraninya kamu memperhatikan pantatku? " kata Qiara dengan kesal.      

"Hei... Gadis aneh. Siapa yang melihat pantatmu? " Sahut Natan seraya menyipitkan matanya.      

"Yaaa... Kenapa kamu memanggilku aneh? " Tanya Qiara lagi dengan ekspresi yang semakin kesal.      

"Jelas kamu aneh. Karena setiap wanita yang dekat denganku pasti akan langsung memerah pipinya. Sedangkan kamu selalu menunjukkan ekspresi yang pahit." kata Natan sembari menyeringai.      

"Hah? Memangnya setiap wanita yang dekat denganmu harus merah pipinya? Apakah begitu? " Tanya Qiara sambil tersenyum kecut.      

"Setidaknya begitulah ekspresi perempuan ketika melihat cowok tampan sepertiku. Keculai wanita itu tidak normal. " Kata Natan dengan santainya.      

"Jadi kamu pikir aku tidak normal? Apakah begitu? " Kepala Qiara seakan bertanduk mendengar Natan yang mengatakan dirinya tidak normal.      

"Ummm... Itu benar. "Jawab Natan sambil mengangguk.     

"Bukan aku yang tidak normal. Tapi, kamu lah yang tidak normal. Dasar anak manja menyebalkan. " Kata Qiara sambil memukul bahu Natan.     

"Yaaa... Hentikan! Jangan lakukan itu? Tanganmu menyakiti bahuku." Kata Natan sambil menangkis pukulan Qiara.      

"Argggg ... Aku tidak terima kamu mengatakan kalau aku tidak normal. Aku benci sama kamu. " Kata Qiara sambil menjambak rambut Natan.      

Merasa kesakitan, Natan pun balas menjambak rambut Qiara. Mereka berdua pun seperti anak kecil yang sedang memperebutkan mainannya.      

"Arrrrgggg... " Natan dan Qiara meringis menahan sakit. Tapi, mereka tidak ada yang mau melepaskan dan masih memegang erat rambut itu.      

"Apa yang kalian lakukan? " Mendengar teriakan yang terdengar seperti guntur itu. Membuat Qiara dan Natan langsung terpental kaget. Seketika itu mereka berhenti saling jambak.      

Melihat orang yang berteriak dengan nada berat itu. Qiara dan Natan langsung menunduk dengan ekspresi yang buruk.      

"Jawab aku! Kalian ngapain disini? Kenapa kalian jambak-jambakkan rambut? " Kata Julian lagi dengan sinis.      

"Aku... " Qiara tidak mampu melanjutkan perkataannya karena dia merasa malu dan kehilangan harga dirinya jika ia harus jujur tentang penyebab kenapa dia dan Natan saling jambak.      

"Kakak... Aku tidak memulianya. Tapi, gadis tidak normal ini yang mulai duluan. " Jelas Natan dengan ekspresi sendu.      

Mendengar penjelasan Natan. Qiara mengepalkan tinjunya karena emosi.      

"Yaaa... Kamu berbohong! Kamu yang mengatakan aku tidak normal. Makanya aku kesal lalu menjambak rambutmu." Kata Qiara dengan histeris.      

"Kamu memang tidak normal." Sahut Natan sambil membuang muka dari Qiara.      

Tanpa mengatakan apapun, Qiara pun kembali menyerang Natan. Seketika itu mereka kembali saling jambak. Melihat mereka berdua yang kembali saling menjambak. Julian merasa mau gila.     

'Dua bocah ini benar-benar menguji kesabaranku. Yang satu istriku, dan yang satunya lagi adalah adikku. Mereka berdua sama-sama keras kepala dan tidak ada yang mau mengalah.' Batin Julian.     

Setelah selesai membatin. Julian menarik nafas dalam-dalam lalu segera memisahkan Natan dan Qiara dengan paksa.      

"Kalian benar-benar membuatku frustasi. Sekarang juga kalian berdua ikut aku pulang, cepat! " Kata Julian dengan ekspresi gelap setelah dia berhasil memisahkan Natan dan Qiara.      

Untungnya keadaan kampus sangat tenang sehingga tidak ada yang melihat keributan itu.      

"Kakak memintanya ikut pulang? Kenapa? Dia bukan anggota keluarga kita. Juga, dia hanya perempuan aneh yang menyebalkan. " Tanya Natan setelah ia berdiri sambil memperbaiki gaya rambutnya.      

"Aku bisa pulang sendiri karena aku tidak mau semobil dengan lalaki tidak normal ini." Teriak Qiara dengan kesal.      

"Hei.. Perempuan tidak normal. Asal kamu tau, aku juga tidak sudi semobil dengan kamu. Aku punya mobil sendiri. " Kata Natan yang tidak mau kalah berdebat dengan Qiara.      

Mereka berdua terus-terusan adu mulut. Sehingga Julian merasa kewalahan dan menyerah. Ia pun segera memanggil pengawalnya untuk membantunya membawa Natan dan Qiara dengan paksa. Sebab, jika ia biarkan perdebatan itu berlangsung, seseorang akan melihatnya lalu membuat rumor tidak baik tentang keluarganya.      

Setelah lama menunggu. Dua pengawalnya yang sedari tadi menunggu di mobil pun tiba.     

"Bawa dua bocah ini ke mobil! " Seru Julian sambil memperbaiki jas nya yang sempat berantakan akibat melerai Qiara dan Natan.      

"Baik Bos. " Sahut dia pengawal itu dengan patuh.      

Setelah itu Julian melangkah duluan menunggu di mobil. Sedangkan dua pengawalnya langsung melerai Natan dan Qiara dengan paksa. Setelah berhasil, mereka pun menyeret Qiara dan Natan menuju parkiran. Dimana Julian dan mobilnya menunggu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.