Istri Kecil Tuan Ju

Merasa Frustasi



Merasa Frustasi

0Setelain itu Julian melangkah duluan menuju mobil. Sedangkan dua pengawalnya langsung melerai Natan dan Qiara dengan paksa. Setelah berhasil, mereka pun menyeret Qiara dan Natan menuju parkiran. Dimana Julian dan mobilnya menunggu.     

Tidak lama kemudian. Natan dan Qiara masuk ke mobil dengan Julian yang duduk ditengah-tengah mereka.      

"Jalan pak! " seru Julian sama Pak Joni.      

"Baik Bos! " Sahut Pak Joni.     

Setelah itu ia pun menyalakan mobil lalu pergi meninggalkan are kampus.      

Sepanjang perjalanan. Tidak ada yang membuka suara. Mereka berdua memalingkan wajahnya kearah kaca mobil karena tidak berani melihat ekspresi Julian yang tidak kalah dengan tatapan Iblis.      

"Salaman!" Ucap Julian dengan nada dingin.      

Mendengar perintah itu. Ekspresi Qiara dan Natan langsung memburuk. Sementara Pak Joni senyum-senyum sendiri.      

'Ya ampun. Ternyata dua oran ini sangat kekanak-kanakan. Bisa-bisa nya mereka berantem kayak anak kecil. Tidakkah mereka takut dengan murkanya Tuan Ju yang di takuti oleh siapapun yang tau seperti apa Tuan Ju. Juga, semua orang akan menyesal pernah membuatnya marah. Dia tidak kasar dan tidak suka berteriak. Hanya saja suara dingin dan hembusan nafas lepas nya membuat orang bergidik ngeri walau itu hanya sekali ucap. Uhhh... Aku mah nyerah dan lebih baik melompat ke air dari pada buat Tuan marah. ' Batin Pak Joni sambil membayangkan saat Julian murka.      

"Apa kalian tidak mau melakukannya? " Tanya Julian sambil melirik keduanya dengan bergiliran.      

"Kenapa aku harus berbaikan dengan perempuan bar-bar seperti dia? Aku tidak mau. " Ucap Natan dengan sinis namun tidak berani menantang tatapan Julian.      

"Kamu... Ummm " Belum sempat melanjutkan kalimatnya, Julian sudah membungkam mulut Qiara dengan tangan kiri nya.      

"Ummm... " Qiara berusaha menyingkirkan tangan Julian. Namun. Dia lagi-lagi tidak bisa mengimbangi kekuatan Julian.      

"Natan, jaga bicaranya. Bagaimanapun juga dia adalah kakak iparmu. " Kata Julian dengan nada yang mengerikan.      

Mendengarkan apa yang Julian katakan. Baik Qiara atau pun Natan terkejut bukan main. Qiara tidak menyangka kalau Julian akan memberitahu Natan secepat ini. Sedangkan Natan malah melotot menatap Julian karena tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.      

"Apa kakak bercanda? Bagaimana mungkin kakak yang seorang pembisnis nomer satu di kota A ini, tampan dan juga terkenal. Malah memiliki istri seperti burung hantu itu. Apa kakak tidak salah pilih? " Tanya Natan menyeringai kepada Qiara.      

"Mobilmu kakak cabut. " Mendengar ancaman Julian. Natan semakin menegang dan takut.      

"Kenapa kakak melakukan ini? Apa salahku? " Natan mulai tidak tenang karena dia sangat menyayangi mobil barunya.      

"Minta maaf pada kakak iparmu. Baru aku akan kembalikan mobilmu!"      

Natan langsung diam. Dia tidak mungkin minta maaf pada orang yang sudah membuatnya kesal. Itu tidak akan mungkin.      

"Yaaa.. Lepasin aku! " Teriak Qiara yang akhirnya bisa menyingkirkan tangan Julian dari mulutnya.      

"Yaaa... Burung beo. Beraninya kamu mengatakan kalau aku ini burung hantu. Kamu fikir aku akan tinggal diam hah? Kamu fikir aku mau menjadi istri kakak mu yang tua ini. " Teriak Qiara kepada Natan yang terlihat diam karena belum bisa menentukan pilihan akan meminta maaf atau merelakan mobilnya. Namun, Qiara kembali memancingnya sehingga ia pun kembali tersulut emosi.      

"Hahaha... Lihat dirimu dan penamlilanmu. Kamu sudah mempemalukan kakak ku. Apa kamu fikir semua orang tidak akan menganggap kakak ku pelit? Dasar orang kampung gak punya selera. " Kata Natan lagi yang sudah lupa kalau ada Julian diantara mereka.      

"Pak Joni. Hentikan mobilnya! " Seru Julian yang mulai merasa frustasi melihat dua bocah itu.      

Tidak lama kemudian. Pak Joni pun menghentikan mobilnya. Setelah mobil berhenti, Julian langsung mengambil tas Qiara juga tas Natan beserta dompet dan ponselnya.      

"Yaaa... Kakak kenapa mengambil dompet dan ponselku? " Tanya Natan yang mulai merasakan ketidak amanan dengan apa yang dilakukan oleh Julian.      

"Julian. Kamu ngapain mengambil tasku? Kamu mau merampokku? " Tanya Qiara juga yang tidak kalah histerisnya dari Natan.      

"Kalian berdua turun dari mobil ini! " Kata Julian tanpa menjawab pertanyaan Natan dan Qiara.      

Mereka berdua pun langsung kaget bukan main. Karena jalanan itu sangat sepi, juga jarang kendaraan yang berlalu. Seketika itu Natan bergidik ngeri terlebih ketika dia mengingat bagaimana dulu Julian menghukum nya dengan cara yang sama.      

"Aku tidak mau." Kata mereka berdua bersamaan sambil memegang kedua tangan Julian.      

"Bawa mereka keluar dan singkirkan mereka dariku. " Seru Julian pada kedua pengawalnya yang duduk di bagian belakang.      

"Arrgggg.. Tidak... Kakak jangan lakukan ini! Natan mohon! Oke. Natan janji akan meminta maaf dan mengakuinya sebagai kakak ipar. " Kata Natan seraya memohon sebelum kedua pengawal Julian menyeret mereka.      

"Aku tidak takut. Lebih baik aku turun dari pada harus berbaikan dengan orang yang sudah menghinaku. " Kata Qiara yang mempertahankan harga dirinya.      

"Dasar suami jahat. " Setelah mengatakan itu Qiara pun turun sendiri dari mobil tanpa harus di seret karena itu akan merusak harga dirinya.      

Julian tersenyum kecil karena dia sudah bisa menebak keputusan yang akan diambil oleh istri pemberaninya itu. Ia tau kalau Qiara memang masih muda, tapi harga dirinya tetap nomer satu.      

Natan cemberut dan merasa kalah dengan Qiara. Oleh karena itu dia berhenti merengek agar tidak menjatuhkan harga dirinya sebagai lelaki. Tidak lama kemudian. Natan, pun segera keluar dari mobil menyusul Qiara.      

"Jalan pak! " Seru Julian setelah kedua bocah iti keluar dari mobil.      

Pak Joni pun langsung mengangguk dan membawa mobilnya pergi meninggalkan Qiara dan Natan.      

"Maaf Tuan! Apakah tidak apa-apa Tuan neninggalkan Ny. Dan Aden Natan? Apakah baik bagi mereka berdua?" Tanya Joni dengan ragu.      

"Tidak akan terjadi apapun. Istriku bukan wanita yang mudah tersentuh dengan rayuan atau pesona seorang lelaki. "Jawab Julian dengan santai. Ia terus melihat dari kaca sepion dua orang yang masih berdiri di tengah jalan.      

"Hee... Anda benar. Ny. Adalah gadis manis yang susah di ambil hatinya. Tapi, yang saya lihat Ny. Memiliki sisi yang hangat. Dan juga, saya melihat Tuan lebih sering tertawa saat bersama Ny. " Kata Joni dengan pelan.      

Julian hanya tersenyum mendengar apa yang dikatakan pak Joni. Karena semua ucapannya itu benar.      

Setelah itu, Julian fokus pada ponselnya yang baru saja bergetar, ada satu pesan yang datang. Julian pun membuka lalu membacanya.      

'Kakak Julian. Mama dan Papa mengundangmu untuk makan malam secara pribadi malam ini. Tolong datanglah! Aku janji tidak akan mengusikmu lagi. Karena aku sudah mengikhlaskan pernikahan kakak. Aku ingin kita kayak dulu, sebagaiman kakak menganggapku adik. ' Setelah membaca pesan dari Sherly. Julian terdiam sejenak.      

Dia tidak mungkin menolak undangan makan malam itu karena itu tidak akan sopan. Hubungan baik dengan pak Wali kota selama bertahun-tahun memang harus di jaga. Terlebih Papa nya akan segera mengikuti pemilu untuk menjadi perdana menteri.      

'Aku akan datang! ' Balas Julian. Setelah itu, dia pun menutup telponnya tanpa perduli dengan balasan Sherly.      

Di waktu yang sama. Natan dan Qiara berjalan berjauhan. Mereka berusaha menemukan tempat berteduh untuk istirahat karena sudah lelah berjalan.      

"Yaa... Burung hantu. Apa kamu istri yang tidak dicintai? Sehingga kamu di perlakukan seperti ini? " Tanya Natan setelah lama terdiam. Ia pun tersemyum setelah mengatakan itu karena ia sudah memprediksi kalau Qiara akan marah.      

"Apa kamu adik yang tidak dicintai juga? Sehingga kamu di perlakukan seperti ini? " Qiara malah bertanya balik pada Natan. Seketika itu Natan bungkam dan merasa kehilangan kata-kata.      

"Haha... Sudah aku duga. Pasti kamu adalah adik yang terbuang makanya kamu diam saja. Tanpa malu kamu memamerkan barang-barang mewah hasil pemberian kakak mu. Sungguh menjijikkan. " Kata Qiara lagi seraya menyeringai kepada Natan.      

"Hahhaa.. Kamu fikir aku ini apa? Tidak semua barang-barang yang aku miliki itu pemberian kakak ku. Itu juga hasilku bekerja. Tapi, kamu jangan berani-beraninya bilang kalau aku bekerja paruh waktu. Kalau tidak aku akan membuat hari-harimu menjadi buruk" Kata Natan yang mencoba membela dirinya.      

"Waoo... Keren banget. Kamu fikir aku akan berkata begitu hah? Dasar anak manja, mana bisa kamu bekerja. Juga, aku fikir kamu tidak hanya menerima dari Julian. Tapi, dari kakak Jasmin juga kan? " Kata Qiara sambil menyudutkan Natan.      

" Ohhh... Jadi kamu sudah bertemu kakak Jasmin? Asal kamu tau. Dia adalah kakak terbaik yang akan selalu mengabulkan keinginanku. Tidak seperti suamimu yang menyeramkan dan suka sekali memberikan aku hukuman. Tentu dia kakak ku yang akan memberikan semua yang aku minta. " Kata Natan dengan bangga. Dia memang sangat memuji kakak perempuannya yang selalu mendukung apapun keinginannya. Intinya, Jasmin adalah kakak terbaiknya.      

"Tunggu dulu. Aku baru ingat sekarang. Jadi, ponsel yang kamu punya pasti diberikan oleh kakak ku, iya kan? " Kata Natan ketika mengingat kalau dia pernah menanyakan soal Ponsel yang harganya selangit itu.      

"Sudahlah, jangan bahas apapun lagi. Dan sebaiknya, kamu menjauh dariku karena aku tidak mau bicara lagi denganmu. Aku akan mencari jalan keluara sendiri. " Kata Qiara seraya bergegas meninggalkan Natan sendirian.      

Natan pun juga sama. Dia malah berlari menjauh dari Qiara. Namun, mereka berdua tidak mendapatkan papapun. Tidak ada kendaraan yang lewat. Sedangkan rumah Julian masih sangat jauh. Juga, tidak ada orang yang berlalu lalang.      

"Apa kamu tidak penasaran kenapa jalan ini begitu sepi? Biasanya kalau lewat sini itu rame deh." kat Natan setelah kembali bertemu Qiara yang tampak bingung.      

"Apakah begitu? Aku fikir sih iya. Bagaimana ini? Aku lapar benget." Sahut Qiara dengan tatapan yang mulai berair.      

"Yaaa... Kenapa kamu menangis? Ada aap? " tanya Natan yang mulai merasa tidak nyaman melihat Qiara yang mulai menangsi. Ia pun merasa bingung.      

"Aku lapar. Argggg... " kata Qiara sambil sesegukan.      

Natan memicingkan matanya melihat Qiara yang tampak lemah dan mulai menangis. Dia tidak menyangka kalau Qiara bisa menangis.      

"Hei... Bangunlah! Ayo kita cari makan sama-sama! " Kata Natan sambil menarik lengan Qiara.      

"Aku gak kuat jalan kalau lagi lapar. " Kata Qiara sambil berjongkok memegang perutnya.      

Natan pun bingung. Hari sudah mulai gelap. Tapi, mereka masih di jalan yang sepi tanpa membawa apapun.      

"Baikalh! Aku akan menggendongmu! " Kata Natan sambil menawarkan punggungnya kepada Qiara.      

Tidak punya pilihan lain. Qiara pun naik ke punggung Natan. Seketika itu mereka berdua menjadi akur.      

"Aku tidak tau kenapa kamu menikah dengan kakak ku. Juga, aku pun tidak tau kapan kakakku menikah. Hanya saja, Mama yang memberitahuku kalau kakak sudah menikah. Oh ya, kenapa kalian tidak pesta? Bukankah kakak ku sangat mungkin untuk mewujudkan pesta pernikahan yang megah yang kamu mau? " kata Natan sambil berjalan pelan.      

"Aku terlalu muda untuk diketahui menikah. Juga, aku tidak bisa menceritakan kenapa aku dan kakak mu bisa menikah. Yang jelas, aku minta kamu jangan membocorkan nya di kampus." Kata Qiara dengan suara lemah karena lapar.      

"Kamu ini aneh. Disaat semua wanita ingin menikah dengan kakak ku karena dia tampan dan kaya. Tapi, kamu malah merahasiakan pernikahanmu. Apa kamu tidak akan menyesal? Juga, apa kamu cukup kenal dengan kakak ku? "Sahut Natan yang merasa keheranan.      

"Sudahlah, jangan ajak aku bicara! Kepalaku mulai pusing dan perutku sangat sakit. Jadi, biarkan aku diam saja!" Ucap Qiara dengan ekspresi yang rumit.      

Natan pun langsung mengangguk lalu melanjutkan perjalanannya. Tepat saat itu, sebuah mobil berhenti di depan mereka setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.      

Natan cukup akrab dengan mobil itu sehingga ia berhenti.      

"Ada apa? " Tanya Qiara dengan suara yang lemah.      

"Sepertinya kita akan segera makan enak."Jawab Natan sambil menatap tajam kepada mobil yang baru saja berhenti itu.      

"Benarkah? Tapi, aku tidak melihat ada restauran di dekat sini. Kalaupun ada restauran, tapi kan kita tidak punya uang. Ehhh... Ada mobil. Itu siapa? " Kata Qiara sambil melempar bola matanya ke berbagai arah.      

"Ny. Dan Natan. Mari ikut saya!" kata Andi yang sudah berada di depan Natan dan Qiara.      

"Ehhh... Kamu kan temannya Julian. Apa kamu di minta menjemput kami? " Kata Qiara seraya turun dari punggung Natan.      

"Sebanrnya dari awal saya di perintahkan untuk mengikuti kalian sampai kalian baikan baru saya akan menjemput kalian. " Kata Andi dengan sopan.      

Sudahlah, aku tidak mau dengar apapun tentang Julian. Karena hari ini dia benar-benar membakar kayu kering yang nyalanya sangat sempurna. Sekarang juga, aku mau makan karena aku lapar dan sudah tidak tahan lagi " Kata Qiara dengan ketus. Setelah itu ia pun masuk ke mobil dengan perasaan lega. Sebab perut dan tenagannya hampir hilang. Natan, juga langsung memasuki mobil menyusul Qiara tanpa mengatakan apapun.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.