Istri Kecil Tuan Ju

Penyesalan



Penyesalan

0Melihat Rena terluka. Qiano pun menjadi panik dan segera mengambil telunjuk Rena lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.      

Seketika itu bola mata Rena membulat sempurna ketika melihat Qiano mengisap jarinya secara sepontan. Jantung nya pun ikut berdenyut menusuk dada dan menyumbat paru-parunya sehingga dia merasa kesulitan bernafas.      

Setelah menghisap darah di telunjuk Rena. Mata Qiano dan Rena langsung beradu. Seketika itu Qiano terdiam mematung. Akhirnya dia benar-benar tergoda dengan bibir Rena yang tipis. Tanpa sadar wajahnya mendekat ke wajah Rena. Sebelumnya dia permah mencium bibir Qiara.      

Namun, Qiano pun segera berhenti saat wajahnya dan Rena sangat dekat. Rena yang sedari tadi harap-harap cemas dan gemeteran merasa keceawa melihat Qiano mengurungkan niatnya. Akan tetapi karena sudah terlanjur tergoda, Rena pun tersenyum licik sambil menarik kepala Qiano dengan kedua tanganya, setelah itu dia mencium bibir Qiano dengan paksa. Seketika itu Qiano pun shok sambil mengedip-ngedipkan matanya. Dia tidak menyangka kalau Rena seberani itu.      

Melihat Rena menutup mata sambil mencium bibirnya inci demi inci, akhirnya Qiano menyerah pada nafsunya. Dia pun membalas ciuman Rena dan membawanya berdiri setelah itu.      

Tanpa sadar, Qiano memeluk pinggang Rena sambil menikmati ciuman hangat itu.      

Tanpa sadar tubuh mereka berdua sudah rebah di atas sofa dalam keadaan masih berciuman.     

Qiano benar-benar hilang kendali, Namun tiba-tiba Rena melepas ciuman Qiano, karena dia merasa hampir kehilangan nafas.      

Entah itu karena cinta atau bukan Qiano mau memciumnya. Rena tidak perduli sedikitpun. Keinginannya untuk memiliki Qiano sangar besar. Ia pun menatap wajah tampan Qiano lalu dada bidangnya yang lebar yang sedang berada diatasnya dengan perasaan yang rumit.      

"Adik kelas ku yang tampan. Sepertinya aku telah jatuh hati padamu semenjak aku pertama kali melihatmu di pantai itu. Jadi, maukah kamu memberiku kesempatan untuk singgah dihatimu? Mari pacaran! " tanya Rena sambil tersenyum menatap sendu orang yang sedang memandanginya dengan tatapan liar yang di penuhi oleh nafsu iti.      

Mendengar pengakuan Rena yang berulang kali. Ekspresi Qiano bertambah rumit dan membingungkan. Tepat saat itu, tiba-tiba muncul raut wajah dan senyum hangat Qiara. Seketika itu Qiano pun langsung bangun dan duduk di sofa.      

'Ya Tuhan! Apa yang sudah aku lakukan? Bukankah aku kesini untuk kuliah? Jika aku melampoi batas, maka Mama serta Papa dan tentunya kedua kakak ku pasti akan kecewa. Aku salah! ' Batin Qiano seraya menunduk untuk mengendalikan nafsunya. Ia duduk sambil memperbaiki bajunya yang agak berantakan.     

"Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku? Dan kenapa kamu malah menghindariku sekarang?" tanya Rena seraya duduk menatap Qiano yang sedang menunduk.      

"Maaf, tapi saya harus memintamu segera pergi. Sebab, saya tidak mau kejadian yang tidak kita inginkan terjadi." Kata Qiano dengan tegas.      

"Bagaimana kalau saya tidak mau? " Kata Rena dengan kekeh.      

"Tolong. Saya ingin sendiri. Dan terimakasih untuk makanannya! Sekarang, kamu boleh keluar!" ucap Qiano seraya meninggalkan Rena masuk ke kamarnya.      

'Kenapa dengan nya? apa salahku sehingga dia melakukan hal sekejam ini padaku? bukankah tadi kita sudah berciuman, apakah itu tidak cukup menggambarkan kalau kita sama-sama memiliki perasaan?' Batin Rena sembari memutar fikiran nya untuk mengerti sikap Qiano yang tiba-tiba berubah.      

Tidak lama kemudian. Rena pun memperbaiki pakaiannya. Namun, sebelum meninggalkan rumah Qiano. Rena membersihkan pecahan gelas itu karena dia merasa harus melakukan itu agar Qiano tidak menolak nya lagi ketika akan datang lagi.      

Setelah semuanya bersih. Rena pun bergegas pergi dari rumah Qiano.      

"Qiano... Aku pulang ya! Besok aku akan kembali lagi. " Teriak Rena sambil tersenyum geli.      

Setelah itu, Rena pun pergi tanpa menunggu jawaban Qiano. Sementra itu Qiano terdiam dengan di temani oleh tetesan air mata menyesal. Wajah Ibu yang selalu menasehatinya untuk belajar yang benar dan menghindari hal-hal yang akan merusak dirinya. Tapi, malam ini hampir saja dia kebablasan.      

"Ibu, tolong maafkan Qiano! " Ucap Qiano sambil meringkuk diatas tempat tidurnya tanpa perduli lagi dengan Rena.      

Tepat saat itu. Qiano ingat kalau dia memiliki foto Qiara di ponselnya. Dengan cepat, dia pun membukanya karena dia memang merasa rindu pada sosok gadis pecicilan itu.      

'Ra, apa kabarmu? Aku tidak sabar menunggu hari esok untuk bertemu kamu di kampus. Aku harap, kamu tidak menghindariku lagi!' Batin Qiano sambil mencium foto Qiara.      

Di waktu yang sama. Julian masih berada di rumah Sherly sedang ngobrol dengan Papanya.      

"Saya harus pulang sekarang Paman!" Kata Julian setelah lama ngobrol. Karena dia sudah menerima pesan dari Andi kalau Qiara dan Natan akan segera selesai makan.      

"Julian. Kenapa kamu harus terburu-buru? Apa kamu tidak mau ngobrol dulu bersama Sherly? Bukankah kamu dulu sangat senang ngobrol dengannya. Juga, dia lagi belajar bisnis agar bisa bekerja membantumu di perusahaan nanti. " Kata Mama Sherly dengan senyum yang manis.      

"Mama jangan memaksa Kakak Julian! Dia itu orang yang sangat sibuk dan sangat rajin bekerja. Oleh karena itu, dia tidak bisa lama-lama berada di luar. Iya kan Kak Julian? " Kata Sherly dengan suara yang berusaha di imut-imutkan.      

"Iya. Saya ada proyek baru yang harus saya perhatikan. Kalau begitu saya pamit Paman, tante! "Kata Julian sambil berdiri dan memberikan hormatnya.      

"Baiklah. Kamu hati-hati menyetirnya! " Kata Papa Sherly.      

Julian pun langsung mengangguk. Setelah itu ia pergi begitu saja tanpa memperdulikan Sherly yang terus menatapnya dengan genit.      

"Sherly, kenapa kamu biarkan Julian pergi begitu saja? Bukankan kamu ingin ngobrol banyak dengannya? " Tanya Mama Sherly setelah Papa nya pergi meninggalkan ruang tamu.      

"Bukan begitu Mama. Tapi, aku tidak mau membuat Kakak Julian malah semakin jauh dariku. Biarkan dia terbiasa denganku. Karena cinta itu bisa hadir seiring kebersamaan. " Kata Sherly sambil tersenyum.      

"Ohhh begitu. Mama fikir kamu sudah tidak mau lagi menjadi Ny. Ju. " Kata Mama nya sambil memegang tangan Sherly.      

"Aku tidak mungkin menyerah begitu saja. Aku sudah terbiasa menunggunya sejak kecil. Jadi, untuk menunggu dia jatuh cinta padaku lagi, itu tidak masalah karena aku hanya ingin kakak Julian yang menjadi suamiku. " Kata Sherly lagi dengan tatapan yang tajam.      

"Iya sayang. Mama pasti akan membantumu. " Sahut Mama nya sambil memeluk tubuhnya. Sherly pun merasa bagaia mendengar apa yang Mama nya katakan.      

Sementara itu Julian sudah meningglakan halaman rumah mewah keluarga Sherly. Dia pun mempercepat jalannya agar bisa segera menemui Qiara.      

Sedangkan di Reastuaran itu. Qiara dan Natan masih makan dengan lahapnya. Mereka makan seperti orang yang sudah tidak makan selama berhari - hari.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.