Istri Kecil Tuan Ju

Di Taklukkan



Di Taklukkan

0Tepat saat Qiara akan melangkah pergi, Julian tersenyum sambil menarik lengannya. Seketika itu Qiara terkejut, lalu ia jatuh di pangkuan Julian.     

Qiara mendongak menatap wajah tampan Julian yang sedang memandangnya. Seketika itu, Jantung Qiara berpacu lebih cepat saat merasakan tangan kekar Julian memeluk erat pingganya.      

"Julian. Apa yang kamu lakukan?"Tanya Qiara dengan pipi memerah karena merasa malu.      

Mata Julian menyipit tajam menatap Qiara yang ada di pangkuan nya. Dan manik hitamnya terlihat berkilau saat terkena sedikit pantulan cahaya lampu restauran yang terang dan sunyi. Karena semua pengunjung sudah Julian minta pergi.      

Cahaya lampu tepat menyinari manik matanya yang indah. Julian masih terdiam tak memberi jawaban atas pertanyaan Qiara.      

Melihat tatapan indah itu, Qiara langsung menelan ludah nya dalam-dalam.      

"Khem... "     

Sesaat kemudian Qiara berdehem agak keras supaya Julian berhenti menjebaknya dengan tatapan maut nya yang selalu berhasil melunakkan amarah Qiara.      

"Khemm.. Julian, apa yang kamu lakukan ? Cepat lepaskan aku! Karena tidak enak di lihat orang! "      

Akhirnya suara Qaiara bisa keluar dengan lancar walau agak serak karena grogi. Melihat Qiata yang grogi, Julian terlihat mengangkat sebelah alisnya tapi matanya tetap saja mengarah pada Qiara.      

"Disini cuma ada kita berdua. Jadi, buat apa malu? "Jawab Julian dengan ekspresi datar.      

"Aku haus. Karena cuacanya tiba - tiba panas. " Ucap Qiara dengan gelapan.      

Julian tersenyum dalam hatinya mendengar apa yang dikatakan oleh Qiara. Karena pada kenyataanya, udara restauran begitu dingin.     

Tanpa mengatakan apapun. Julian langsung menjulurkan gelas yang ia ambil di atas meja.      

"Minumlah!"Seru Julian setelah melepaskan Qiara dari pangkuannya.      

Qiara pun langsung mengambil gelas itu dan berdiri di kursi seberang Julian.     

"Duduklah dulu! Aku perlu bicara denganmu sebelum kita pulang!"     

Mendengar perintah Julian, Qiara pun langsung duduk dengan patuh di seberang tempat duduk Julian tanpa berdebat dengannya.      

Entah kenapa ia selalu melupakan amarah nya setiap kali Julian memberikannya tatapan seperti itu.      

"Besok kamu harus menemani perjalanan bisnisku. Kita ke Amerika selama satu minggu. "ucap Julian dengan santai.      

Mendengar apa yang disampaikan oleh Julian. Qiara langsung melebarkan matanya.      

"Apa? Kenapa kamu harus mengajakku? Bukankah kamu tau kalau aku baru saja masuk kuliah? Tidakkah aku akan di cap sebagai mahasiswi yang malas jika harus bolos selama satu minggu? "     

"Kamu harus ikut karena salah seorang Klien ku ingin bertemu istriku. Sebab dia juga membawa istrinya." Jelas Julian.     

"Tapi besok aku ada kuis. Jadi, aku tidak mungkin melewatkan kuis pertamaku!"      

Mendengar Qiara yang berusaha untuk menemukan alasan Sambil meneguk air dari gelas nya dengan grogi, Julian langsing menatap wajah Qiara dengan tajam dan mengerikan, tatapan itu mampu membuat Qiara si pemarah bertekuk lutut.      

"Aku sudah menghubungi kampus dan meminta izin untukmu. Mereka pun langsung mengizinkan mu dan meniadakan kuis. "     

Qiara langsung kehilangan kata-kata dan mulai merasa frustasi, mau melawan tapi dia tidak mau di hukum lagi. Seketika itu, Qiara jadi berfikir sebenarnya Julian itu suaminya atau atasannya yang harus dia patuhi setiap saat?     

Tapi, dia tidak heran dengan pihak kampus yang begitu mudah memberikan iazin, karena dia sudah tau kalau suaminya memiliki pengaruh yang kuat di kampus.      

"Baiklah, diam mu aku anggap tanda setuju, besok pagi jam 10 kita berangkat. Kamu tidak perlu repot, malam ini tinggal tidur saja karena pelayan sudah mengepak pakaianmu di koper." Jelas Julian.      

"Ya sudah. Sekarang kita akan pulang. Agar kamu bisa istirahat!" Sambung Julian sambil berdiri dari duduknya.      

"Iya. "Sahut Qiara sambil mengangguk patuh.      

Tidak lama setelah itu, mereka berdua pergi meninggalkan Restauran.      

Dalam perjalanan pulang, Qiara menyusun begitu banyak rencana untuk melalukan protes pada Julian karena dia sudah menghukumnya. Juga, dia sudah mengumpulkan tenaga agar bisa marah pada Julian. Selain itu, dia menasehati dirinya agar tidak menatap mata Julian yang selalu menjadi kelemahannya.      

Sepanjang perjalan mereka hanya terdiam, beberapa kali Qiara menguap karena mengantuk. Tapi, dia tetap bertahan agar tidak tidur. Ia takut Julian akan melakukan hal buruk di saat dia tidur.      

Malam semakin larut, mereka pun akhirnya sampai di rumah pada pukul 11 malam. Tanpa menghiraukan Qiara. Julian melangkah pergi meninggalkan nya.     

Namun dia berhenti dan berbalik menatap Qiara yang masih berjalan lambat di belakangnya.      

"Ohh iya, apa kamu mau tidur di kamarku sekarang?." Tanya Julian tanpa ekspresi.      

"Tidak mau." Jawab Qiara dengan sinis.     

"Tidak perlu malu begitu, bukankah kamu sudah sering tidur di kamarku?" goda Julian dengan senyum licik.      

"Apa maksud kalian dengan pernah tidur di kamarku? Apa kalian tidur di kamar berbeda selama ini? "     

Mendengar suara yang berasal dari arah ruang keluarga itu, Julian dan Qiara terkejut melihat Sarah yang tidak lain adalah Ibu Julian sedang berdiri menatap mereka dengan raut wajah yang rumit.      

"Mama, kenapa tiba - tiba ada disini? Kapan Mama pulang? " tanya Julian dengan bingung.      

"Lupakan kenapa Mama ada disini. Sekarang jelaskan Apa yang kamu katakan tadi!"Kata Sarah dengan ekspresi gelap.      

Sebenarnya, Sarah datang jama 8 tadi karen katanya ingin makan malam sama menantu dan putra nya. Sayangnya dia tidak menemukan mereka di rumah.      

Walaupun begitu, Sarah tidak ingin memberitahu atau melarang pelayan memberitahu Julian kalau dia ada di rumah.      

Mendengar pertanyaan Mama nya. Julian pun langsung menoleh kepada Qiara dengan jahil.      

Menyadari tatapan jahil itu. Qiara pun sudah bisa menebak kalau itu alamat buruk bagi nya.      

"Julian, jawab Mama! Apa kamu dan Qiara tidur di kamar yang berbeda?"Tanya Sarah lagi dengan jengkel.     

Sementara itu Qiara hanya diam dan tidak tau harus berkata apa, karena jika ibu mertuanya tau, sudah tentu Mama nya juga akan tau.      

"Malam ini Qiara ngambek makanya tidak mau tidur di kamar. Soal beda kamar itu pun benar. Tapi, itu terjadi saat Qiara lagi datang bulan. Saya takut tidak bisa menahan diri jika tidur di sampingnya. "Jelas Julian.     

'Wow ...Aku baru tau kalau lelaki mesum ini bisa juga berbohong. Tapi. Alasannya cukup masuk akal. Semoga Mama mertuaku percaya. 'Batin Qiara sembari menyeringai kepada Julian.     

"Apakah itu benar? "Tanya Sarah lagi sambil menoleh kepada Qiara yang dia anggap lebih jujur.      

"Hahaha... Apa yang di katakan Julian itu benar kok Ma. Agar Mama percaya, sekarang kami akan tidur di kamar kami karena aku sudah tidak ngambek lagi sama Julian. "Jawab Qiara seraya memeluk Julian untuk lebih meyakinkan.      

Julian tersenyum simpul melihat tindakan spontan istri kecilnya yang begitu terlihat ketakutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.