Istri Kecil Tuan Ju

Harapan Ibu Mertua



Harapan Ibu Mertua

0Julian tersenyum simpul melihat tindakan spontan istri kecilnya yang begitu terlihat ketakutan.     

"Mama percaya kan sama Qiara? Kalau iya, sekarang lebih baik Mama tidur. Karena sekarang sudah larut malam. Qiara juga harus tidur karena seharian kuliah membuat Qiara sangat lelah." Sambung Qiara yang menunjukkan perhatiannya.      

"Ma, kalau begitu kami akan istirahat dulu karena aku juga sangat lelah seharian bekerja di kantor. " Ucap Julian.     

"Baiklah, Mama percaya sama kalian. Mama berharap hubungan kalian tetap baik dan akur, karena Mama dan Mama Renata akan sangat sedih kalau kalian bertengkar. " Kata Sarah sambil tersenyum.      

"Iya Ma, kami akan berusaha untuk tetap rukun dan bahagia. "     

"Baiklah, Mama akan kembali ke kamar Mama. Selamat tidur semoga mimpi indah. " Setelah itu Sarah meninggalkan Julian dan Qiara masuk ke kamarnya.      

"Singkirkan tanganmu dari bahuku!" Ucap Qiara sembari menyingkirkan tangan Julian yang memeluk pinggangnya.     

Setelah itu Qiara berlari menuju kamar Julian karena ia tidak ingin masuk bersama Julian.     

"Qiara tunggu aku! " Kata Julian sembari mempercepat jalannya menyusul Qiara.      

Kamar Julian.      

"Aku akan mandi duluan! " Kata Julian setelah ia sampai di kamar.      

Qiara langsung merangkak naik ke tempat tidur tanpa mencuci muka, sikat gigi atau mengganti pakaiannya. Dia bersembunyi di balik selimutnya dan tidak perduli Julian mau mandi atau tidak.      

Julian hanya menarik nafas melihat kelakuan istri kecilnya itu yang mulai mengabaikannya. Ia pun tidak berusaha untuk menasehati Qiara karena dia tau kalau istrinya sudah sangat lelah.     

'Sepertinya aku sedang stres, atau Julian memang gila. Dia si pemaksa yang jahat. Aku benci sama Julian. ' Batin Qiara sambil berteriak dalam hatinya.     

Setelah membatin, Qiara pun langsung mematikan lampu dan hanya menyalakan lampu tidur saja biar tidak terlalu gelap lalu memejamkan matanya.      

Tidak lama kemudian. Julian keluar dari kamar mandi menggunakan handuknya saja. Tubuhnya yang kekar, dengan perut kotak-kotak membuatnya terlihat sangat seksi. Tentunya, siapapun yang melihat tubuh indahnya, pasti akan bergairah dan ingin melemparkan diri ke pelukannya.      

Tepat saat itu, Julian mengangkat alisnya yang sebelah ketika melihat posisi tidur Qiara yang berantakan. Tubuhnya mendominasi ranjang yang besar itu.      

Melihat itu, Julian tersenyum lalu mendekat ke ranjang.      

'Tidak hanya saat bangun saja, tapi dia lebih merepotkan lagi ketika tidur. Dia tidak ada manis-manisnya. Tapi, dia sangat imut. ' Batin Julian sambil mengatur kembali posisi tidur Qiara.     

Setelah selesai membatin Julian langsung menyelimuti tubuh Qiara lalu menyusul masuk ke dalam selimut dan menyelipkan tangan kirinya sebagai bantal untuk Qiara.      

Saat itu, Julian tersenyum lalu mengecup bibir Qiara dua kali. Seketika itu Qiara bergerak lebih dekat, lalu membenamkan wajahnya di dada bidang Julian yang telanjang.     

Julian tersenyum dan memeluk istrinya itu dengan begitu hangat. Julian membelai rambut Qiara sampai ia memejamkan mata dan masuk ke alam mimpinya.      

Keesokan paginya.     

Qiara membuka matanya dengan pelan. Tepat saat itu ia terkejut ketika melihat wajah Julian yang pertama kali dia lihat.      

"Julian? " ucap Qiara seraya kembali mengucek matanya alih-alih dia salah lihat karena seingatnya dia tidur di kamarnya yang biasanya dia kunci karena takut Julian masuk lagi dan tidur di sampingnya.     

Tanpa mengingat sedikit pun kalau semalam dia sudah tidur di kamar Julian.      

Setelah yakin itu Julian, jantung Qiara terasa sedang berlari maraton di pagi hari. Dia terkejut sekaligus terpesona dengan ekspresi tenang dan pesona tampan Julian.     

Julian yang duduk di pinggir ranjang dengan pakaian rapi dan bau harum yang khas miliknya. Ia tersenyum melihat Qiara menatapnya.      

Tidak lama kematian, Qiara tersadar dan matanya Qiara terbuka sepenuhnya, lalu dengan cepat dia langsung melompat turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi karena sangat malu ketahuan melihat Julian dengan tatapan yang lembut.      

'Dasar bajingan mesum. Berani sekali dia masuk ke kamarku sambil memperlihatkan wajah menggoda begitu. Jantungku kan belum siap menerimanya. Astaga Malunya ... ' Batin Qiara sambil bersandar di pintu dalam kamar mandi.     

Julian menjepit alisnya melihat tingkah Qiara yang lucu dan menggemaskan, ia tidak menyangka Qiara akan bereaksi berlebihan melihat nya tiba-tiba ada di di sampingnya, padahal mereka sudah sering tidur berama.      

'Dasar perempuan aneh. Kenapa dia harus lari seperti melihat hantu? Ada apa dengannya? Bukankah aku hanya ingin membangunkannya?'Batin Julian sambil menatap pintu kamar mandi.      

Setelah membatin, Julian berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi dan langsung mengetuk pintu.     

"Qiara, jangan lama-lama ya! Karena satu setengah jam lagi kita akan berangkat!" Kata Julian setelah mengetuk pintunya.     

"Iya, aku tau. Sekarang, kamu lebih baik pergi! " Teriak Qiara dengan kesal.     

"Baiklah! Aku akan keluar sekarang. Aku tunggu kamu di ruang makan ya! "      

Setelah mengatakan itu, Julian pun langsung keluar dari kamar.      

Beberapa saat kemudian.     

Qiara sudah selesai mandi dan berdandan. Ia pun segera keluar dari kamar lalu bergegas menemui Julian yang masih duduk di ruang makan bersama Ibu mertuanya.      

"Selamat pagi sayang! Kamu tidur dengan nyenyak kan semalam? Mama harap sih begitu. Ayo Sarapan dulu!" Sapa Sarah dengan suara lembut kepada menantu kesayangannya itu.     

"Iya Ma! " Sahut Qiara sambil melempar senyum kepada mertuanya.      

Setelah itu dia duduk dengan patuh di samping Julian sambil menyantap sarapannya.     

"Nanti kalau kamu sudah di Amerika, langsung telpon Mama ya! Anggap ini adalah bulan madu kalian. Oke! " Kata Sarah sambil memegang punggung tangan Qiara.     

"Iya Ma! "     

"Oh iya, Mama harap, setelah kalian pulang dari Amerika. Kalian memberikan Mama cucu. Bagus kan? " Kata Sarah dengan senyum yang sangat bahagia sebab dia sudah lama mendambakan seorang cucu.     

"Ukhhukk... Ukhuk... "      

Qiara langsung tersedak mendengar apa yang dikatakan Ibu mertuanya itu, sedangkan Julian hanya tersenyum tanpa mengkhawatirkan apapun, karena dia tau kalau Qiara belum mau memiliki anak.      

'Aduhh... Mama, tidakkah dia bisa membaca kalau menantunya belum mau punya anak? 'Batin Julian.      

"Astaga ... Minum dulu sayang! Lain kali, hati-hati kalau sedang makan! . " Kata Sarah dengan panik seraya menjulurkan gelas berisikan minuman untuk Qiara.     

"Iya Ma. ". Jawab Qiara setelah meminum segelas air dari mertuanya itu.     

'Dasar lelaki mesum. Sepertinya dia sangat senang melihatku menderita begini. Awas saja dia nanti!' Batin Qiara ketika melirik Julian tersenyum melihatnya.     

"Ya sudah Ma. Kami akan segera berangkat agar tidak terlambat! " Kata Julian sambil menyeka mulutnya dengan tisu.     

"Baiklah, kalian harus hati-hati. Jangan lupa, nanti kalau kalian sudah sampai di Amerika, langsung hubungi mama. Oke! Mama juga akan segera pulang. Karena Papa mu katanya akan pulang sekarang. " Kata Sarah setelah memeluk Qiara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.