Istri Kecil Tuan Ju

Merasa Khawatir



Merasa Khawatir

0"Jangan banyak protes baik sekarang kita istirahat. Karena beberapa jam lagi, kita akan bertenu Klien ku dan istrinya. " Ucap Julian sambil merebahkan tubuhnya yang lelah di kasur empuk dan lembut itu.     

"Baiklah. Aku tidak akan mengganggumu. Sekarang aku mau mandi dulu."Kata Qiara sambil meletakkan tas nya di meja kecil dekat ranjang.      

Tepat saat itu. Suara ponselnya berbunyi. Seketika itu, Qiara langsung mengambil ponselnya. Dan ternyata itu panggilan dari Whatsapp nya. Yang tidak lain telpon dari Renata. Qiara pun tersenyum lebar karena senang Ibu nya menelpon.     

"Siapa? "Tanya Julian tanpa membuka matanya.      

"Mama Renata. "Jawab Qiara sambil menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.      

"Ohh... "Sahut Julian dan tidak bertanya kembali. Qiara pun duduk di kursi depan cermin sambil memasang handset nya lalu memulai pembicaraan dengan Mama nya.      

"Hallo Ma! " Sapa Qiara duluan dengan senyum yang merekah.      

"Hallo sayang. Katanya kamu ke Amerika ya? Wahh... Senang dong ya? "Kata Renata yang terdengar sangat bahagia mengetahui putrinya baik - baik saja bersama suaminya. Itu Sarah yang menceritakannya semalam. Layaknya dua rema perempuan yang masih suka telponan dan bercerita apapun. Begitulah Sarah dan Renata.      

"Iya Ma. Aku diminta menemani Julian ketemu Klien nya. Sekarang kami sudah sampai di kamar hotel."Jawab Qiara.     

"Syukurlah kalau begitu. Mama bisa bernafas lega mendengar kalian baik - baik saja. "     

"Oh iya, bagaimana keadaan Mama? "Tanya Qiara lagi yang belum menanyakan kabar Mama nya selama dua minggu belakangan ini.      

"Semua berjalan lancar, meskipun ada beberapa pemesan jahitan harus menunggu lama karena Mama cukup lambat mengerjakannya. " Jawab Mama dengan suara yang parau.      

"Mama jangan terlalu keras bekerjanya. Atau Mama perlu asisten? Kalau iya, aku akan mencarikannya untuk Mama. Biar nanti aku yang bayar gajinya. "Kata Qiara dengan ekspresi sedih.      

"Tidak perlu sayang. Mama masih kuat kerja sendiri.Ya sudah, Mama akan tutup dulu biar tidak memganggumu dengan suamimu. "Kata Renata dengan lemah lembut.     

"Ya sudah. Mama jaga kesehatan ya! Qiqi tutup dulu. "     

"Iya. "     

Setelah selesai ngobrol dengan Mama nya. Qiara menarik nafas dalam. Dia sangat khawatir pada kondisi Mama nya yang punya penyakit jantung dan tinggal sendiri.      

"Apa ada masalah? " tanya Julian.     

Mendengar pertanyaan Julian. Qiara menoleh kearahnya dengan ekspresi sendu. Tanpa menjawab pertanyaan itu.      

Qiara meletakkan ponselnya lalu melangkah menunu ranjang. Julian mengerutkan keningnya melihat Qiara yang tiba - tiba merangkak naik ke ranjang dengan cemberut.     

'Bukankah dia mau mandi? Kenapa dia malah naik ke ranjang? ' Batin Julian.     

Tidak lama setelah itu, Qiara pun menarik tangan kiri Julian, setelah itu ia tertidur dengan berbantalkan tangan kekar Julian.      

"Ada masalah apa? Mama sehat - sehat saja kan? "Tanya Julian setelah memiringkan tubuhnya agar bisa melihat wajah Qiara dengan jelas.     

 "Aku sedih karena Mama terlalu keras bekerjanya. Aku takut dia akan sakit jika terus - terusan begitu.Dan lebih tidak enak nya lagi. Aku tidak ada di samping Mama. "Kata Qiara sambil memebenamkan wajahnya di dada bidang Julian yang masih menggunakan kemeja putihnya denngan kancing baju yang terlepas hanya di bagian atas saja.     

"Ohhh... Jangan berfikir begitu? Kalau kamu memang khawatir, kamu bisa mendo'akan Mama. Dan kamu tenang saja. Aku akan mengurus semuanya agar Mama tidak terlalu capek. Tapi, Mama masih bisa mengerjakan apa yang menjadi hobinya. " Kata Julian dengan nasehatnya sambil memeluk tubuh Qiara dengan erat.      

"Benarkah? "Tanya Qiara sambil mendongak menatap Julian.     

Julian tersenyum sambil mencuri ciuman di bibir Qiara tanpa memberikannya jawaban.      

"Yaaa... Kenapa kamu malah menciumku?"Kata Qiara sambil mencubit perut Julian.     

"Auuu... Kenapa kamu memcubitku? Sakit tau. Ya sudah, aku minta maaf! Dan, sana mandi! "Kata Julian sambil memegang perutnya.     

"Lagian kamu itu menyebalkan. Masak cuma ngasih satu ciuman. "Kata Qiara seraya memalingkan wajahnya dari Julian. Mendengar perkataan Qiara itu. Mata Julian tentu saja membulat sempurna sambil tersenyum nakal.      

"Jadi, kamu tidak cukup sama satu ciuman? "kata Julian seraya memblokir Qiara di bawahnya. Seketika itu jantung Qiara seakan melompat dari tempatnya.     

"Aaaarrrggg... Bukan itu maksudku. Aku salah bicara. Sekarang menyingkirlah dari atasku!" teriak Qiara sambil mendorong Julian.      

"Terlambat buatmu. Jangan salahkan aku jika tidak bisa di tahan karena kamu sendiri yang memintanya. "Kata Julian sambil teresenyum nakal. Julian pun dengan senyum yang manis, menunduk mencium bibir Qiara dengan lembut. Qiara yang tadinya mengamuk. Malah, tersenyum sambil melingkarkan tangannya di leher Julian.     

"Kamu datang bulan? "tanya Julian ketika menyadari kalau Qiara menggunakan pembalut. Mendengar pertanyaan Julian. Qiara pun cengengesan karena dia lupa kalau dia memang lagi tidak datang bulan.     

"Ummm... "     

Julian pun merebahkan tubuhnya di tempat tidur sembari memasang wajah kecewa.      

"Apakah kamu baik-baik saja? "Tanya Qiara sambil mengintip eskpresi wajah Julian yanh kecewa.     

"Lupakan. Aku mau tidur sekarang. Kamu sebaiknya segera mandi karena kamu bau. "Sahut Julian sambil bersembunyi di balik selimut.      

Melihat tingakah lucu Julian yang terlihat ngambek dan kecewa untuk pertama kalinya. Qiara ngakak dalam hatinya.     

Walaupun sebenarnya dia juga sedikit kecewa karena Julian sudah membangkitkan gairahnya malah berhenti di tengah jalan hanya karena pembalut.      

"Dasar.. Ngambekan. Emang nya ini mauku. Ya sudah,aku akan mandi sekarang!"Kata Qiara sambil turun dari ranjang.      

'Aku tidak tahu harus tertawa atau menangis, tapi aku merasa sangat senang karena hari ini Julian tidak berkutik, haruskah aku menggunakan alasan ini untuk menghindarinya? Tapi, aku senang melakukannya. 'Batin Qiara sambil berjalan menuju kamar mandi.      

Tidak lama kemudian ia pun masuk ke dalam kamar mandi, seketika itu Julian melirik kearah kamar mandi dengan sedih, padahal ia baru saja membayangkan bisa mandi berdua sama Qiara setelah bercinta. Tapi, gagal hanya karena pembalut.      

Keesokan paginya.     

Seperti biasa, Julian mengawali hari dengan melakukan olah raga di Taman Hotel yang luas. Sedang Qiara adalah gadis pemalas yang selalu kesiangan dan tidak pernah mau di ajak untuk olah raga.      

Tepat saat dia baru saja selesai mandi, terdengar suara ketukan pintu yang membuat telinganya sedikit panas.     

'Apakah itu Julian? Tapi jika itu dia kenapa dia hrays mengetuk pintu? Bukankah dia memiliki kuncinya! 'Batin Qiata seraya berfikir.      

Untuk sesaat Qiara terdiam sambil melihat kearah pintu. Qiara fikir itu Julian yang baru saja kembali dari berolah raga.     

Tidak lama kemudian, Qiara pun langsung membukakan pintu karena orang yang di luar terus mengetuknya sehingga ia merasa kesal.     

"Anda mau cari siapa? " Tanya Qiara menggunakan bahasanya sendiri karena dia lupa kalau lagi di Negara orang yang sudah tentu harus menggunakan bahasa Inggris.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.