Istri Kecil Tuan Ju

Haruskah Aku Pindah?



Haruskah Aku Pindah?

0'Ra ... Aku cemas dan khawatir padamu. Apa aku ada salah sehingga kamu meninggalkan aku diam-diam? Tapi, di satu sisi, aku takut kalau kamu tersinggung dengan kata-kataku kemarin.' Batin Qiano dengan tatapan sendu.     

"Apa aku harus pindah ke Kemas agar bisa selalu bersamamu?" Ucap Qiano seraya bertanya-tanya pada dirinya. Tidak lama setelah itu Qiano pun pergi dari pantai dengan perasaan yang rumit karena bingung tak bisa menemukan jawaban dari pertanyaannya.     

Keesokan Paginya di Kota A. Qiara tampak sibuk menulis sesuatu diatas tempat tidurnya sehingga ia tidak menghiraukan apapun yang terjadi di sekelilingnya.     

"Ra ... Hari ini kamu mau kemana?" Tanya Julian yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Qiara.     

"Ohhh ... Astaga ... Julian ... Kenapa kamu mengagetkanku? Sejak kapan kamu disini?" Tanya Qiara dengan ekspresi kesal.     

"Maaf. Tapi, aku perlu tau!" Kata Julian seraya menunjukkan sikap menyesal, lalu duduk di dekat Qiara.     

"Ya sudah, lupakan saja! Tapi, kenapa kamu ada disini? Bukankah kamu dilarang keras untuk memasuki kamarku?" Tanya Qiara sambil kembali menulis diatas buku caratannya.     

"Apa yang kamu tulis?" Tanya Julian seraya mengabaikan protesan Qiara.     

"Aku sedang menandai tempat-tempat yang ingin aku datangi selama aku berada di kota A. Semua untuk membuatku terbiasa berada di kota ini. Ini juga ada keuntungan buatmu. Jika aku tau jalan dan tampak akrab, tentunya kamu tidak akan pernah merasa khawatir padaku. Aku pintar kan?" Jawab Qiara tampak semangat.     

"Ohhh ... Baguslah! Aku akan ke kantor sekarang. Apa kamu mau ikut dan melihat kantorku?" Kata Julian dengan nada suara yang lembut.     

"Ogah ... Aku gak mau di omeli sama bosmu. Bisa jadi, dia memecatmu dan kamu tidak bisa mendapatkan uang untuk diberikan padaku. Jadi, kamu pergi saja kerja sendirian. Nagapain ngajak aku?" Sahut Qiara dengan ketus. Julian tersenyum lucu mendengar perkataan Qiara. Istri kecilnya memang matre dan menggemaskan. Sayang sekali, dia belum juga tau dan mengerti kalau suaminya adalah bos dari sebuah perusahaan yang terbesar di kota A.     

"Tentu. Kamu benar. Sebelum aku pergi, apa kamu butuh bantuan sesuatu?' lanjut Julian.     

"Sebenarnya ada sih. Lebih tepatnya aku lagi pusing gara-gara salah satu tes masuk di Kemas adalah pelajaran bahasa Inggris. Sedangkan aku gak bisa bahas Inggris. Bukan gak bisa, cuman tidak terbiasa. Apa aku harus kursus? Tapi, apa ada kemungkinan kalau aku langsung bisa jika belajar kurang dari dua Minggu?" Kata Qiara dengan ekspresi sendu.     

Namun, tangannya masih saja bergoyang diatas kertas putih sambil searching menggunakan ponsel mewahnya yang edisi terbatas.     

"Entahlah ... Aku tidak yakin." Jawab Julian sambil tersenyum licik.     

"Apa kamu meragukan kemampuanku? Meskipun, aku memang sangat lambat dalam belajar. Tapi, aku harus bagaimana sekarang? Aku fikir tidak ada bahasa Inggrisnya, tau nya ada ketika aku cek tadi. Aku harus masuk Kemas. Aku ingin belajar seni lukis di sana. Katakan padaku apa yang harus aku lakukan!" Kata Qiara sambil menunduk sedih.     

"Ummm ... Kalau harus les ... Aku rasa itu ... Tidak akan menjamin kamu cepat bisa. Tapi, aku punya cara jitu agar kamu bisa dalam kurun waktu seminggu. Bagaimana? Apa kamu akan ikuti saranku?" Ucap Julian mencoba memberikan solusi sambil tersenyum licik. Mendengar perkataan Julian. Qiara melepas ponselnya, lalu menoleh kearah Julian dengan ekspresi yang semeringah.     

"Serius? Apa kamu benar-benar tau caranya?" Tanya Qiara dengan tidak sabaran.     

"Aku serius." Jawab Julian sambil mengangguk dua kali.     

"Memangnya kamu sendiri bisa bahasa Inggris?" Tanya Qiara lagi yang kembali meragukan Julin. Mendengar pertanyaan Qiara. Julian tersenyum setelah itu ia menatap Qiara dengan memicingkan matanya. Ia berfikir kalau gadis di depannya benar-benar meremehkannya. Bagaimana Mungkin dia tidak mampu berbahasa Inggris, sedangkan Iya kuliah S1 nya di London sampai menyelesaikan S2 nya di sana. Sementara itu, ia melanjutkan S3 nya di Amerika dan mendapat gelar Phd.     

"Ummm ... Kalau kamu meragukan ku, kamu cari saja tempat les yang bagus. Kan kamu sudah punya banyak uang dengan menjadi Ny. Ju. " Kata Julian sambil berdiri hendak meninggalkan kamar Qiara.     

"Tunggu ... !" Teriak Qiara menghentikan Julian.     

"Ada apa lagi?" Tanya Julian tanpa ekspresi. "Khemm ... Terakhir kali kamu membantuku menjawab soal Matematika. Aku benar semua. Jadi, aku fikir tidak ada salahnya belajar bahasa Inggris padamu. " Ucap Qiara dengan mempertahankan gengsinya.     

"Jadi?" Tanya Julian balik untuk memastikan apa yang Qiara mau.     

"Ya ... Ajari aku! Tenang saja! Aku pasti akan membayarmu." Lanjut Qiara dengan ekspresi sendu. "Membayarku menggunkan uangku sendiri? Itu tidak buruk. Tapi, kamu harus memanggilku Guru. Bagaimana?" Kata Julian sambil tersenyum licik. Qiara menggertakan gigi nya mendengar permintaan Julian yang menyebalkan. Dia sudah dewasa, masih saja bersikap begitu, fikir Qiara.     

"Guru ... Tolong ajari aku!" Kata Qiara dengan pelan dan ragu sebab ia merasa geli memanggil Julian dengan panggilan guru. Julian merasa ngakak dalam hatinya melihat ekspresi Qiara yang ngenes ketika memanggilnya guru.     

"Khemmm ... Baiklah, kalau begitu hari ini kita akan mulai belajar. Apa kamu siap?" Ucap Julian sambil menepuk tanganya menyemangati qiara. Ia benar-benar senang mendengar Qiara yang mau belajar. Karena yang ia dengar tentang Qiara adalah kemalasan dan banyak bermain.     

"Sekarang? Apa maksudmu? Bukankah kamu akan berangkat ke kantor?" Tanya Qiara dengan heran. "Kantor? Itu gampang. " Sahut Julian sambil mengeluarkan ponsel mewahnya. Qiara terlihat bingung melihat gelagat Julian, namun ia tetap diam memperhatikan apa yang akan Julian lakukan.     

Tidak lama setelah itu. Julian membuat panggilan kepada sekretaris nya.     

"Halo bos! Ada yang bisa saya lakukan buat anda?" Tanya Eny dari seberang telpon ketika panggilan tersambung. "Eny ... batalkan semua jadwalku hari ini! Karena aku tidak akan ke kantor khusus hari ini. Jadi, jangan ganggu aku dengan apapun. " Seru Julian dengan tegas. Mendengar perintah Julian yang seenaknya meminta izin untuk tidak masuk kantor.     

Qiara tertegun dan semakin penasaran dengan sosok Julian. Namun, gengsinya lebih tinggi dari rasa penasarannya     

"Siap bos! Akan saya laksanakan. Oh ya, asisten Egi sudah kembali bekerja hari ini!" Jawab Eny. "Kalau begitu minta dia untuk mengurus semuanya!" Sahut Julian dengan tegas.     

"Baik." Setelah mendengar jawaban terakhir Eny. Julian pun menutup telponnya lalu memandang Qiara yang sedari tadi menatapnya dengan heran.     

"Kenapa kamu menatapku begitu? Tidakkah kamu tau kalau aku sekarang adalah gurumu? Jadi, kamu harus sopan padaku!" Tanya Julian dengan heran sambil tersenyum licik.     

"Kenapa kamu malah tidak kerja? Apa kamu mau di pecat hah? Lagian kan, kita masih punya waktu banyak untuk belajar. Misalnya, sepulang mu kerja. Iya kan?" Tanya Qiara dengan sinis karena ia tidak mau Julian sampai di pecat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.