Istri Kecil Tuan Ju

Menagih Janji



Menagih Janji

0"Ada apa lagi?" Tanya Julian sambil memicingkan matanya kearah Qiara.     
0

"Apa kamu lupa sama janjimu? " Sahut Qiara dengan cemberut. "Janji? Apa?" Julian mulai lagi untuk ngerjain Qiara. Karena hobi barunya adalah membuat Qiara kesal. Hidupnya yang membosankan mulai menarik meski sesekali dia merasa kesal dengan tingkah Qiara. "Dasar orang tua ... Kamu kan sudah janji mau memberitahuku kalau kita akan pergi kemana hari ini."Kata Qiara dengan geram. "Oh .... Itu. Maaf aku kira bukan soal itu yang mau kamu dengar. Sebenarnya, kita mau ke Jakarta untuk menemaniku melakukan perjalanan bisnis. Sekalian, untuk menjenguk Papa mu. Bukankah ide bagus kalau kamu ikut?" Jelas Julian dengan ekspresi datar. "Yakin cuma itu? Aku fikir ada baiknya aku di rumah saja untuk belajar. Buat apa aku harus mengikutimu?" Ucap Qiara dengan memalingkan wajahnya dari Julian.     

"Karena kamu istriku. Jadi, kamu harus ikut kemanapun aku pergi. Sudah, jangan banyak tanya lagi! Lebih baik kita segera pergi agar tidak ketinggalan pesawat. " Setelah mengatakan itu. Julian pun melanjutkan perjanannya keluar. Qiara tidak punya pilihan lain selain mengikuti Julian karena ia takut diancam lagi dengan membawa-bawa Ibu nya. Tidak lama setelah itu mobil Julian meninggalkan area rumah besar Julian yang di bawa oleh supirnya. Di tengah perjalanan. Julian dan Qiara tidak membuka pembicaraan satu pun karena Julian mulai menjadi orang yang membosankan bagi Qiara yang lebih suka diajak bicara atau bercanda. Tepat saat itu ia menerima telpon dari Ibu mertuanya. 'Ummm ... Mama ngapain nelpon? Apa dia mau memintaku datang ke rumahnya lagi?' Batin Qiara dengan ekspresi terkejut karena tumben Ibu mertuanya menelponnya. Sebelum mengangkatnya. Qiara melirik Julian di sebelahnya yang masih sibuk dengan kerjaannya. 'Sekarang aku tau kenapa dia menjomblo hingga usia setua itu. Karena dia orang yang sangat membosankan. Tapi, aku penasaran kenapa kakak Vania memintaku menikah dengannya? Apakah dia temannya atau jangan-jangan kak Vania punya hutang padanya?' Batin Qiara seraya menyeringai kearah Julian. Setelah selesai membatin, Qiara pun segera mengangkat telponnya agar tidak membuat ibu mertuanya lama menunggu. "Hallo ... Assalamualaikum Ma!" Sapa Qiara duluan setelah ia menggeser icon berwarna hijau di ponselnya. "Waalaikumsalam ... Qi. Kamu lagi ngapain pagi-pagi begini sayang?" Tanya Sarah dengan suara yang lembut. "Aku lagi di mobil. Kami sedang menuju Bandara. "Jawab Qiara dengan singkat. "Bandara? Itu artinya lelaki membosankan itu ada di sampingmu kan? Memangnya dia mau bawa kamu kemana!" Kata Sarah lagi dengan sedikit terkejut. "Iya Ma. Bahakan dia tidak bertanya aku sedang bicara dengan siapa. Tapi, katanya kami akan Ke Jakarta. Selain untuk menemaninya melakukan perjalanan bisnis. Kami juga akan mampir di rumah Papa." Jelas Qiara. Mendengar penjelasan Qiara. Sarah mulai mikir macam-macam kalau Julian memang tidak bisa jauh dari Qiara. Dia sudah terpikat dan mampu melupakan Vania. Itu yang ada di fikirannya. "Bagus itu sayang. Oh ya, kamu jangan pernah lelah ya mendampingi Suamimu. Dia memang sangat membosankan, tapi sebenarnya dia anak yang baik dan sangat perhatian. Sayangnya, dia juga orang yang gila kerja. Jadi, kamu harus sabar ya sayang!" Sarah berharap kalau Qiara bisa membawa warna baru buat putranya yang membosankan dan juga memiliki hidup yang tidak menarik sama sekali. Selama pacaran sama Vania, mereka seperti pasangan yang benar-benar membosankan. Vania yang sibuk dengan mahasiswanya, sedang Julian yang sibuk dengan pekerjaannya. Mereka tinggal di kota berbeda, dan hanya bertemu beberapa kali, itu pun hanya makan malam biasa. Sebab Julian juga bukan lelaki romantis. "Qiqi akan usahakan Ma!" Jawab Qiara dengan cemberut karena ia tidak bisa berjanji melakukan itu. Perceraian sudah menjadi rencana utamanya jika ada kesempatan. Ia masih mengintai kesalahan Julian yang akan menjadi alasan buatnya untuk meminta cerai. "Iya. Harus begitu. Ya sudah, Mama akan tutup dulu. Selamat bersenang-senang. Jangan lupa untuk menyampaikan salam Mama pada Papa mu. " Kata Sarah sambil tersenyum. "Iya Ma." Setelah mengatakan itu Qiara pun menutup panggilannya. Setelah itu ia melirik Julian yang masih sibuk dengan tab nya."Kenapa kamu tidak bertanya kalau aku sedang bicara dengan siapa?" Tanya Qiara dengan ketus setelah lama terdiam. Tapi, Julian tetap diam dan fokus sama tab nya. Dan itu membuat Qiara kesal, sebab diabaikan seolah tidak dianggap ada. "Julian ... Bisakah kamu mendengarku hah?" Teriak Qiara sambil merebut tab Julian. Seketika itu Julian tersentak kaget melihat tindakan ekspterim Qiara. "Ada apa!" Tanya Julian tanpa ekspresi. 'Ya ampun .... Dia tercipta lewat apa sih? Kenapa ekspresi nya begitu datar, padahal aku sudah memancing amarahnya. 'Batin Qiara seraya menggigit bibirnya."Jangan pernah menggigit bibirmu di depan lelaki!" Lanjut Julian ketika melihat Qiara menggigit bibir bawahnya. "Memangnya kenapa? Apakah itu salah? Apakah itu dosa karena aku sudah menikah? "Tanya Qiara dengan ketus. "Karena tindakan seperti itu mencerminkan wanita nakal yang meminta untuk di cium. Apa kamu merindukan ciuman bibirku?" Jawab Julian sambil tersenyum licik. Ekspresi Qiara berubah gelap mendengar perkataan Julian. Ia pun langsung teringat ciuman Julian yang lembut waktu itu. 'Ohhh ... Astaga ... Kenapa fikiranku sangat mesum? Tapi, ciumannya memang sangat aneh ... Dan mampu membuat ku merasa bahagia. Aahhh ... Ahhh ... Qiara sadar! Jangan sampai kamu kemakan rayuan ataupun sentuhan mesum lelaki ini.' Batin Qiara sambil menggelengkan kepalanya. "Kenapa? Apa kamu masih mengingat nya? Atau aku perlu mengingatkanmu bagaimana rasanya ?" Kata Julian seraya menarik pinggang Qiara lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Qiara. Seketika itu, Qiara menelan ludahnya dalam-dalam dengan pipi yang mulai memerah ketika melihat bibir lembut dan kemerah-merahan milik Julian. Melihat ekspresi dan wajah Qiara yang mulai seperti tomat, Julian tersenyum manis. Lagi dan lagi Qiara tertegun melihat senyum Julian yang ternyata memiliki lesung pipit di kedua pipi nya itu. 'Kenapa dia terlihat semakin manis kalau dilihat dari jarak sedekat ini? Ahhh ... Apa yang aku fikirkan? Siapa bilang dia manis? Dia hanya lelaki tua yang sedang tebar pesona. 'Batin Qiara seraya mengedip-ngedipkan matanya dengan detak jantung yang mulai tidak beraturan terlebih ketika ia merasakan sentuhan tangan Julian di pinggangnya. 'Ya ampun ... Si bos ... Kacau nih! Kenapa dia menunjukkan keromantisan di depanku? Tidakkah dia bisa menahan sebentar saja! Bukankah dia tau kalau sopirnya ini masih jomblo?' Batin sang sopir seraya mengintip beberapa kali dari kaca spion depan. "Begini lebih nyaman?" Tanya Julian sambil tersenyum licik kearah Qiara yang mulai salah tingkah. "A ... A ... Apa maksudmu? " Tanya Qiara dengan terbata-bata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.