Istri Kecil Tuan Ju

Pernahkah Kamu Jatuh Cinta?



Pernahkah Kamu Jatuh Cinta?

0"Sekarang juga, aku mau makan karena aku sangat lapar dan sudah tidak tahan lagi. " Kata Qiara dengan ketus.     

Setelah itu ia pun masuk ke mobil dengan perasaan lega. Sebab perut dan tenaganya hampir hilang. Natan, juga langsung memasuki mobil menyusul Qiara tanpa mengatakan apapun.     

Andi hanya menggelengkan kepalanya melihat dua anak itu. Muncul rasa kasihan di hatinya melihat bos nya harus berhadapan dengan dua bocah yang super labil itu.      

Sebenarnya Julian, sudah memerintahkan agar kendaraan yang biasanya melewati jalan iti dialihkan ke jalan yang lain. Sehingga tidak mengganggu rencananya.     

Tidak lama kemudian. Andi membawa mereka kesebuah Restauran mewah sesuai perintah Julian. Karena dia tau bagaimana Qiara kalau sudah kelaparan. Sedangkan malam itu Julian menghadiri makan malam di rumah Sherly tanpa Qiara karena dia tidak ingin Qiara merasa tidak nyaman.      

Sementara itu di suatu kos yang berbentuk perumahan kelas atas itu. Qiano terdiam di depan leptopnya. Di rumah itu dia tinggal sendirian. Awalnya dia hanya mencari kosan kecil, tapi Nana tidak mengijinkannya sehingga ia dibelikan rumah itu oleh Lion.      

Qiano tiba-tiba teringat akan sikap Qiara yang semakin hari semakin menjauhinya.      

'Ada apa dengan Qiar? ' Batin Qiano sembari menatap kosong kepada leptopnya yang sedang memperlihatkan rancangan tugasnya.      

Tok... Tok ... Tok ...      

Di tengah lamunanya itu terdengar suara pintu di ketuk. Qiano mengerutkan keningnya karena dia fikir kalau belum ada teman yang tau rumah nya. Namun, ia tetap membuka pintu sambil waspada. Tidak mungkin rasanya ada maling di perumahan yang di jaga ketat oleh satpam serta CCTV ada dimana-mana.      

"Hae.. " terlihat wajah manis dan cantik milik Rena yang di balut gaun cantik berwarna merah muda, dengan senyum terlukis indah di wajahnya.      

Qiano menjepit alisnya melihat Rena tiba-tiba muncul di depannya setelah ia membuka pintu. Karena seingatnya dia tidak pernah mengatakan dimana dia tinggal. Lalu, kenapa Rena ada didepan rumahnya? Fikir Qiano.      

"Ada apa?" tanya Qiano tanpa emosi.      

"Maaf menggangu, aku hanya ingin numpang minum makanya aku kesini. Taunya, ini rumahmu ya? " Kata Rena sambil melangkahkan kakinya untuk masuk.      

"Maaf, saya tidak bisa membiarkanmu masuk! " Ucap Qiano sambil merentangkan tangannya untuk nencegat Rena.      

"Lupakan idealismu itu! Aku akan mengambi minum sendiri." Kata Rena sambil menyingkirkan tangan Qiano dengan kasar. Sehingga Qiano pun terlambat untuk mencegah Rena masuk. Meskipun begitu, dia tidak ingin menyakiti perempuan.      

Tidak lama setelah itu. Rena duduk di kursi depan meja makan. Dia meletakkan kotak bento yang dia bawa.      

Qiano memicingkan matanya melihat kotak bento yang tiba-tiba sudah ada di atas meja makan. Perasaan dia tidak melihatnya ketika Rena masuk tadi.      

"Kotak bento? Kenapa kamu membawa itu? Bukankah kamu hanya ingin minum? " tanya Qiano dengan bingung.      

"Iya, tadi sore aku kesini. Tapi, kamunya tidak ada. Makanya aku pergi lagi ke galeri ku. Dan, baru bisa kesini malam. Jangan tanya kenapa aku bisa tau rumahmu. Karena aku pernah mengikutimu jawabannya. Numpang minum hanyalah alasanku saja. " jelas Rena sambil mendongak menatap Qiano.      

"Apakah isinya masih bisa dimakan?" tanya Qiano yang sebenarnya belum makan itu. Dia bisa melihat niat baik Rena, sehingga dia tidak tega untuk mengusirnya. Hanya untuk makan malam kali ini saja, dia akan membiarkan Rena.      

"Tentu. Tinggal di panaskan saja."Jawab Rena.      

"Kalau begitu, aku akan memanaskanya. Setelah itu kita makan lalu kamu harus pulang. " Kata Qiano dengan gugup.      

"Ohhh ... ?" Rena tidak percaya kalau Qiano mau memakan masakan nya yang sudah dingin, dia fikir akan di usir. Tapi, dia tidak mau banyak fikiran makanya dia langsung mengangguk.      

Tidak lama kemudian, masakan yang dihangatkan sudah tersaji di atas meja.      

"Ayo makan! " kata Qiano tanpa melihat Rena.      

"Baiklah! " Kata Rena. Mereka pun menikmati makan malam bersama. Rena tidak bisa memalingkan pandangannya dari Qiano. Dia senang karena malam ini dia memiliki teman makan, tidak seperti malam-malam sunyi seperti biasanya.      

"Apakah itu enak? " Tanya Rena setelah memakan beberapa suap.      

"Ummm lumayan lah."Jawab Qiano sembari menguyah makanan nya dengan lahap.      

Hati Rena, terenyuh melihat Qiano menyukai masakan yang dia bawa walaupun itu bukan masakannya.      

"Qiano? " Panggil Rena.      

"Ummm? " Sahut Qiano yang baru saja selesia menyesap minumannya.      

"Apakah kamu pernah jatuh cinta?"Tanya Rena sambil menyangga dagunya.      

Qiano terdiam mendengar pertanyaan itu. Dia tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu.      

"Kenapa kamu diam? "Tanya Rena yang mulai tidak sabaran.      

"Pernah. Tapi, orang yang aku cintai kemungkinan tidak akan pernah tau. " jawab Qiano tanpa ekspresi.      

Mendengar jawan Qiano. Rena menatap Qiano penuh arti.      

"Kenapa kamu bicara begitu? memangnya siapa orang nya?" Tanya Rena dengan perasaan yang campur aduk. Karena dia tau kalau itu bukan dia.      

"Bagimana denganmu? Apakah kamu sudah pernah jatuh cinta? " Kini gilaran Qiano yang balik bertanya karena dia tidak ingin menjawab pertanyaan Rena.      

"Pernah dong! Malah sekarang aku sudah jatuh cinta. Yaitu, sama kamu"      

Mendengar jawaban Rena. Qiano pun terkejut, ekspresinya berubah rumit.     

'Ukkhuk ukhukkk... ukhukk.. " Qiano pun langsung terbatuk untuk menghilangkan keterkejutannya. Dia heran melihat Rena yang begitu blak - blakan padanya.      

Melihat Qiano terbatuk-batuk. Rena pun menjadi panik dengan segera dia mengambil minum dan memberikanya pada Qiano.      

Akan tetapi saking terkejutnya. Qiano pun tidak sengaja menggenggam tangan Rena ketika akan mengambil gelas dari tangan Rena. seketika itu Qiano pun kembali terkejut lagi hingga gelas yang di pegangnya sampai jatuh ke lantai. Dia semakin resah dengan bola mata yang membulat sempurna. Ada ketakutan di matanya karena dia dan Rena hanya berdua di rumah itu. Entah kenapa dia merasa jantung nya berdetak tidak karuan.      

"Auuuhhh ... Qiano, apa kamu tidak apa-apa? " Tanya Rena dengan kaget ketika melihat pecahan gelas yang berserakan di lantai.     

Mendengar ringisan Rena. Qiano pun melotot ke arah nya sembari menelan ludah berkali-kali.      

'Kenapa aku grogi begini? Ada apa denganku? astaga kenapa aku keringat dingin begini setelah disentuh oleh gadis aneh ini? Dan kenapa disentuh sedikit oleh gadis yang di depanku ini, aku malah menjadi grogi dan gemetar.' Batin Qiano.      

Rena tampak aneh melihat ekspresi Qiano yang ketakutan sembari membersihakan pecahan gelas dibawah meja. Karena fokusnya kepada Qaino. Tanpa sadar, jari telunjuk Rena terkena pecahan gelas.      

"Ahhh.. " Ringis Rena ketika menyadari tangannya terkena beling. Seketika itu pun darah mengalir dari ujung jarinya dan lumayan banyak.      

Melihat Rena terluka. Qiano pun menjadi panik dan segera mengambil telunjuk Rena lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.