Istri Kecil Tuan Ju

Merasa Bersalah.



Merasa Bersalah.

0"Apakah Pak Joni ditugaskan untuk membuat saya terkesan? Kenapa harus begitu? Saya bukan anak kecil lagi yang tidak bisa membedakan mana orang baik dan yang bukan. Sayang nya itu tidak mempan buat saya. " Kata Qiara sambil memalingkan wajahnya dari Pak Joni.     

"Tapi, Ny. Saya bicara dengan sesungguhnya. Kalau Tuan memang orang baik walaupun kadang caranya suka bikin kita takut. Tapi, tujuan nya pasti untuk kebaikan. Tuan, adalah pemikir hebat yang selalu mengedepankan logikanya dibanding perasaannya. Mungkin, Ny. Perlu membuka mata lebih lebar lagi untuk mengenal Tuan!" Kata Pak joni lagi yang tidak terima kalau Tuan nya dianggap tidak baik walau yang mengatakan itu adalah istri Tuan nya sendiri.      

"Sudahlah! Jangan di bahas lagi pak! Aku tidak ingin mendengar nya. Karena telingaku terasa panas" Ucap Qiara lagi dengan ketus, setelah itu dia berpaling dari pak Joni.      

Mendengar apa yang Qiara katakan Pak Joni pun langsung diam seketika. Setelah itu, pak Joni fokus menatap ke depan karena dia tau kalau dia tidak akan pernah menang dari Qiara. Sungguh, majikan itu maha benar.     

'Ya ampun. Dosa apa yang Tuan Ju lakukan sehingga dia memiliki istri macam ini. Kasihan juga dia. Untung istriku lemah lembut dan patuh. Semoga Tuan Ju diberikan kesabaran memghadapi istri nya ini. 'Batin Pak Joni sambil menggelengkan kepalanya.     

Tepat saat itu, tiba-tiba lagi Qiara teringat janjinya dengan Qiano.      

'Ohhhh ... Ya ampun. Kenapa aku sampai lupa? Bukankah Qiano mengajakku untuk bertemu sehabis acara? Kenapa aku malah lupa. Ahhh..Mungkinkah dia masih menungguku? Tapi, dimana dia? Kenapa aku tidak melihatnya sedari tadi pas keluar dari Aula? Aduhh... Kenapa aku juga lupa minta nomernya. Kan, Julian tidak menyimpan nomer Qiano saat mengganti nomerku. Ini benar-benar menyebalkan.' Batin Qiara sembari mengacak-acak rambutnya. Melihat tingkah Qiara, Pak Joni hanya menarik nafas.     

"Pak Joni, kita kembali ke kampus karena aku lupa sesuatu!" Seru Qiara.     

"Baik Ny. " Jawab Pak Joni dengan patuh karena dia tidak ingin membuat masalah dengan Qiara.     

Setelah itu, pak Joni memutar balik haluan menuju kampus. Walau malas, tapi dia tidak bisa menolak.     

'Qiano ... Maafkan aku yang sudah lupa sama janjiku! Aku benar-benar lupa karena tadi aku lagi kesal dengan Vega dan fokus pada Natan dan Yumi. Aduhhh ... Kenapa aku merasa sudah cukup tua untuk mengingat sesuatu yang aku sudah janjikan. Ada apa dengan diriku? Kenapa bisa begini?Apakah karena aku sudah tidak perawan lagi makanya aku mudah lupa? ' Batin Qiara dengan raut wajah yang frustasi. Lagi-lagi ia merasa kacau. Semua di mulai dari keterkejutannya melihat Julian yang tiba - tiba muncul di panggung.      

'Ohh iya, untuk apa Julian membuat kompetisi murahan begitu? Kontes pemilihan putra dan putri kampus. Apaan itu? Tidakkah itu terlalu lebay? ' Batin Qiara lagi ketika mengingat pengumuman yang di buat oleh Julian.      

Di waktu yang sama. Qiano sedang berada di ujung ketegangannya. Dia begitu ketakutan melihat langit yang mulai gelap dengan seorang gadis yang mengemudi dengan begitu gilanya.      

"Yaaa... Hentikan mobilnya! Kenapa kamu begitu gila? " Teriak Qiano sambil berpegang erat.      

"Jangan khawatir! Aku sangat jago dalam mengemudi. Jadi, tenang dan lihatlah aku." Kata Rena sambil tersenyum licik.      

Mendengar apa yang Rena katakan Qiano menutup matanya karrna menyesali keputusannya untuk masuk ke mobil Rena.      

~Flas Back~     

"Hei... Kenapa kamu duduk sendirian? Ayo aku antar pulang! " Kata Rena setelah membuka kaca mobilnya sewaktu mobil itu berhenti di depan Qiano.      

"Maaf. Saya bisa pulang sendiri. "Jawab Qiano sambil berpura-pura membuka bukunya.      

Qiano tidak mungkin pergi karena dia sudah berjanji untuk ketemuan dengan Qiara.      

"Ini sudah hampir gelap. Jika kamu tetap duduk di sana, kemungkinan hantu pohon yang ada di sebalahmu itu keluar." Kata Rena yang terus berusaha membujuk Qiano.      

"Tidak apa - apa. " sahut Qiano tanpa melihat Rena.      

Melihat Qinao yang terus menolaknya. Rena mulai hilang kesabaran. Ia pun keluar dari mobil sambil melepas kaca matanya.      

"Apa kamu sungguh -sungguh tidak mau ikut aku? Apa aku perlu memaksamu? " Tanya Rena lagi sambil menatap tajam kepada Qiano.      

Mendengar apa yang dikatakan oleh Rena. Qiano pun langsung mendongak melihatnya.      

"Kenapa kamu harus memaksaku? Bagaimana kalau aku tetap tidak mau? " Tanya Qiano sambil memicingkan matanya.      

"Kalau kamu tidak mau. Maka aku terpaksa harus memperkenalkan siapa diriku padamu." Setelah mengatakan itu, Rena pun tersenyum sambil mundur beberapa langkah. Seketika itu, Qiano mengerutkan keningnya menunggu apa yang akan dilakukan oleh Rena.      

"Apa? Kamu mau tidur denganku? Apakah begitu? Aku juga mau... " Ucap Rena dengan suara yang besar seolah Qiano baru saja mengajaknya untuk tidur bersama.      

Semua orang yang berada di sekitar tempat itu langsung menoleh kepada Rena dan Qiano. Seketika itu Qiano merasa hilang ketenangan.      

"Ayo masuk! " ucap Qiano sambil masuk ke mobil dengan tergesa-gesa karena dia tidak ingin menanggung rasa malu apabila ada yang sampai melihatnya.      

Rena tersenyum melihat Qiano sudah berada di dakam mobil. Dia tau kalau orang seperti Qiano sangat mudah di gertak. Seketika itu ia merasa gemas dengan Qiano.      

'Sepertinya aku suka gaya dan polosnya lelaki ini. Tidak masalah jika dia lebih muda dariku. Toh juga aku masih terlihat segar sehingga wajahku masih seperti gadis berumur belasan tahu.. He.. ' Batin Rena sembari mengenakan kembali kaca matanya.      

Tidak lama setelah itu, Rena pun masuk ke mobil dengan senyum yang menggoda.      

"Maaf aku menculikmu!" ucap Rena sambil melirik Qiano yang hanya diam. Walaupun mobil sudah berjalan cukuk jauh meninggakkan are kampus.      

'Maaf Qiara.. Aku tidak bisa menepati janjiku hari ini. Semua demi orang yang kamu idolakan ini!' Batin Qiano sembari menatap lurus ke depan. Dan mengabaikan orang yang ada di sampingnya.      

"Yaaa... Aku bicara denganmu. Kenapa kamu hanya diam? Apa kamu mau di hajar? " teriak Rena dengan kesal. Qiano pun langsung kaget mendengar suara teriakan Rena.      

"Ummm.. Tadi kamu bicara apa? "tanya Qiano dengan eskpresi datar.      

"Aku bilang kalau aku akan menculikmu." Sahut Rena mengulangi perkataanya dengan suka rela.      

"Kenapa? " tanya Qiano lagi.      

"Karena aku menyukaimu. Juga, aku ingin mengucap terimakasih padamu karena kamu waktu malam itu sudah menolongku. Walaupun terakhir kali kau membuatku kesal dengan tingkah mu yang sok jadi pahlawan itu. Aku minta maaf karena telah menusukmu! " Jelas Rena.      

"Oh... " Qiano tidak tertarik dengan obrolan yang di mulai oleh Rena.      

"Apa kamu punya pacar? " lanjut Rena sambil mencuri pandang pada Qiano yang terlihat bersandar di kursinya.      

"Tidak! "      

"Waoo... Bagus sekali. Karena kita sama... Bagaimana kalau kita... " Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Rena terdiam saat melihat lirikan Qiano yang mengerikan.      

"Tapi, ada perempuan yang aku suka. Tidak bisa di tawar." Kata Qiano.      

Mendengar perkataan Qiano. Rena terdiam dan ekspresi nya menjadi gelap.      

Tidak lama kemudian, Rena menginjak gas lalu mulai ngebut. Seketika itu Qiano spontan berpegangan.      

~BACK~     

Setelah mengingat awal mula kenapa dia bisa berada di mobil Rena. Qiano pun menarik nafasnya lalu membuka mata dan menemukan kalau mobil Rena bergerak sangat cepat.      

"Yaaa... Hentikan mobilnya! Kenapa kamu semakin gila? Ada apa denganmu? " Teriak Qiano lagi sambil memegang tangan Rena yang ada di setir untuk memelankan jalannya mobil itu.      

"Lepaskan aku! Jangan terlalu kampungan! Ini baru kecepatab awal. Jadi, bersiaplah untuk kecepatan penuhnya!" Kata Rena sambil tersenyum licik lagi lalu menginjak gas semakin kuat.      

Mendengar apa yang Rena katakan Qiano terkejut. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan orang gila seperti Rena.      

"Hentikan mobilnya kalau tidak maka aku kan melompat. " Kata Qiao lagi dengan tatapan yang menyala.      

Rena langsung ngerem mendadak mendengar ancaman Qiano.      

"Auhhh ... " Ringis Qiano sambil menutup matanya lagi ketika mobil berhenti mendadak.      

"Dasar pengecut. Lelaki kok takut. Sudahlah, turun kamu! " ucap Rena sembari tersenyum kepada Qiano.      

Dengan pelan, Qiano pun membuka matanya lalu menyadari mobil sudah berhenti.      

Tanpa mengatakan apapun, Qiano langsung turun dari mobil Rena. Tidak lama kemudian, Rena pergi dari hadapan Qiano dengan kesal.      

'Ya ampun. Apa keputusanku salah untuk pindah ke kampus ini? Kenapa aku melakukan ini demi Qiara? Apa aku sudah gila? Tapi, harus bagaimana lagi. Aku sudah terlanjur pindah. Haruskah aku berhadapan dengan perempuan gila tadi? Sedangkan Qiara terlihat menjaga jarak denganku. ' Batin Qiano dengan eskpresi yang rumit.      

Tidak lama setelah itu, Qiano pun naik taxi untuk kembali ke kosnya. Karena, dia fikir tidak akan ada gunanya jika dia kemabali ke kampus untuk menunggu Qiara.      

Sementara itu. Qiara sampai di kampus. Dia pun berlari ke sana kemari mencari keberadaan Qiano. Bahkan, dia bertanya pada beberapa orang yang menurutnya kenal dengan Qiano.      

'No, apakah kamu sudah pergi? Mungkin, karena hari sudah mulai gelap. Maafkan aku karena tidak tepat waktu!' Batin Qiara sembari menunduk lemas.      

"Ny., Tuan menelpon tadi. Katanya, saya harus membawa Ny. Ke kantor nya sekarang! " Kata Pak Joni dengan ragu karena dia takut kena semprot ketika melihat ekspresi Qiara yang murung.      

'Jangan bilang kalau dia ingin mengamuk. Ya ampun, aku harus kuat mental menghadapi majikan aneh seperti dia. Kalau di smprot diam saja. ' Batin Pak Joni dengan sedikit ketakutan karena Qiara hanya diam saja.      

Tidak lama kemudian, Qiara pun mendongak menatap supirnya. Seketika itu Pak Joni terkejut.      

"Mau kemana? " tanya Qiara dengan nada lemah.      

"Ke kantor Tuan. "Jawab Pak Joni.      

"Ayo berangkat! " Seru Qiara sembari masuk ke mobil tanpa banyak tanya lagi. Karena, dia merasa malas dan sedih tidak bisa memenuhi janjinya.      

Setelah Qiara masuk. Pak Joni pun langsung berlari memasuki mobil. Tidak lama kemudian mobil Qiara meninggalkan area kampus yang sudah mulai sepi itu.      

Di sepanjang perjalanan. Qiara tidak mengatakan apapun. Dia hanya, menikmati pemandangan yang ada di luar jendela mobil.      

Tepat saat itu. Ponselnya berbunyi. Dan itu dari Julian. Dengan malas Qiara pun memgangkatnya.      

"Hallo! " Sapa Qiara duluan setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.     

"Qi, apa kamu sudah di jalan menuju kantor? " tanya Julian dari seberang trelpon.      

"Ngapain kamu bertanya? Bukankah supir mu itu sudah memberitahumu? " Jawab Qiara dengan ketus sembari melihat kearah Pak Joni yang ada ada di depan.      

Mendengar jawaban ketus Qiara. Pak Joni mengelus dadanya. Dia merasa kasihan sama Tuan yang dia layani, dia terlihat sempurna. Memikiki tubuh yang bagus, kekayaan yang melimpah. Wajah tampan dan keluarga terpandang. Namun, kurangnya cuma satu. Yaitu, memiliki istri yang tidak patuh, kasar dan tidak begitu cantik dan seksi. Fikir pak Joni.      

"Oh... Baiklah. Apa kamu sudah makan? " Ucap Julian yang lagi-lagi memaklumi sikap Qiara.      

"Aku baru pulang dari kampus dan belum juga sampai rumah malah di minta ke kantor. Jelaslah aku belum bisa makan. Lagi pula, ngapain sih aku harus ke kantormu yang jelek. Tentunya, di penuhi oleh orang-orang sepertimu. Aku tidak suka tempat seperti itu. " Kata Qiara sembari merengek pada Julian. Tempat yang serius seperti perpustakaan, ruang unjian dan beberap lagi, adalah musuh yang Qiara hindari. Karena dia berfikir kalau tempat seperti itu membosankan dan memuakkan.      

"Jangan banyak merengek lagi. Sebaiknya kamu patuh dan ikuti arahan Pak Jono. Sudah, aku tutup! " Setelah mengatakan itu Julian menutup telponnya tanpa menunggu ucapan terakhir Qiara.      

"Haiss... Kenapa dia main tutup saja? Tidak sopan. Apa mungkin dia marah? Ahhh... Masa bodoh lah. Aku tidak perduli." Ucap Qiara dengan kesal ketika melihat panggilannya berakhir begitu saja.      

"Ny. Apa saya boleh bicara? " Tanya Pak Joni yang sudah tidak tahan dengan sikap Qiara.      

"Katakan saja! " Jawab Qiara dengan ketus.      

"Maaf ya Ny. Ju! Saya bukannya mau ikut campur. Tapi, sebagai orang yang lebih dewasa, sudah sewajarnya saya mengingatkan anda tentang mana yang baik dan yang buruk ..."     

"Katakan saja! Apa maksud Pak Joni. Jangan muter-muter. Saya tidak suka. " Kata Qiara menyela pembicaraan Pak Joni sehingga berhenti tiba - tiba.      

"Baik Ny. Begini, sebagi istri. Tidak baik bicara ketus dan marah-marah pada suami. Kami saja sebagai pelayannya sangat menghormati Tuan. Masak Ny. Ju yang menjadi istrinya malah sangat kasar. Bagaimana kalau Tuan Ju memcari perempuan lain untuk mencari kesenangan karena di rumahnya hanya ada istri yang kasar? Apakah Ny. Ju mau menjadi janda? Atau, menjadi istri pertama yang di gilir? " Kata Pak Joni sambil menelan ludahnya dalam-dalam karena dia benar-benar takut kalau Qiara akan memarahinya.      

"Di gilir? Apa maksudnya itu? Dan, menjadi jadi janda tidak begitu buruk. Lagi pula aku menikah terpaksa kok." Kata Qiara dengan heran. Namun, ketika dia mengatakan kalau menjadi Janda tidak buruk, dia mengatakannya dengan pelan sehingga Pak Joni tidak bisa mendengarnya.      

Pak Joni bernafas lega karena Qiara bertanya bukannya marah. Itu artinya, sang Ny. Bos mau berdiskusi dengannya.      

"Begini Ny. Ju. Saling gilir itu sama artinya dengan pakaian. Jika sudah Ny. Pakai, maka perempuan lain juga harus memakainya. Jadi, bahasa kasar dan joroknya itu. Punya Tuan yang biasanya buat Ny. Malah harus di pakai juga oleh wanita lain di malam yang lain. Dalam seminggu Ny. Harus rela berbagi beberapa malam termasuk uang, rumah dan perhatian Tuan akan di bagi dengan adil. "Jelas Pak Jono.      

Mendengar penjelasan Pak Jono. Qiara bersandar di sandaran tempat duduknya dengan ekspresi yang bingung.      

'Apa Ny. Faham ya apa yang aku maksud? Apakah Ny. bisa menerimanya? Atau, masih bingung? Haduhhh... Sepertinya Ny. Benar - benar gadis remaja yang polos. Dia menyembunyikan kepolosanya lewat sikap arigan dan kasarnya. Aku tidak percaya gadis seusia dia tidak mengerti hal seperti itu. 'Batin Pak Joni sambil mengintip Qiara dari kaca sepion.      

Tidak lama setelah itu. Qiara kembali memandang Pak Joni dengan keheranan.      

"Aku benci pakaianku di pakai oleh orang lain. Bahkan, kakak ku sendiri tidak pernah menggunakan pakaianku. Jika pun terpaksa ada yang menggunakan, aku pun tidak akan mau memakainya lagi. Intinya, aku tidak suka bergilir. Tapi, jika Julian mau mencari perempuan lain, ya silahkan aku tidak akan keberatan. " Ucap Qiara setelah lama terdiam.      

Pak Joni kaget mendengar perkataan Qiara yang begitu mudah mengucapkannya itu.      

"Apa Ny. Pernah jatuh cinta dan cemburu? " Pertanyaan Pak Joni seketika itu membuat Qiara terdiam. Bukan tidak pernah jatuh cinta, hanya saja dia tidak mengerti apa itu cinta. Dan, rasa cemburu yang benar itu seperti apa.      

"Tentu aku pernah jatuh cinta. Perasaan itu sangat menyenangkan. Deg-degan saat bersamanya. Dan banyak lagi. Tapi, kalau cemburu aku tidak tau pasti rasanya. Karena orang yang aku cintai tidak pernah membuatku cemburu. "Jawab Qiara sambil mengingat bagaimana perasaannya pada Qiano.      

"He he... " Pak Joni malah tertawa mendengar jawaban Qiara. Seketika itu eksprasi Qiara berubah murung.      

"Kenapa Pak Joni malah tertawa? Apakah ada yang lucu? " Tanya Qiara dengan heran.      

"Kalau Ny. Memang cinta sama orang itu. Kenapa Ny. Tidak minta cerai atau mengajukan surat cerai ke pengadilan? Lalu, kembali bersamanya, mumpung Ny. Belum punya anak. "Kata Pak Joni setelah selesai bicara.      

"Cerai? " Saat mendengar dan mengucapkan kata cerai. Entah kenapa dia merasa berat. Ada rasa tidak rela jika melakukannya. Tapi, dia juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh pak Joni.      

"Untuk saat ini. Aku tidak bisa melakukannya. Dulu, aku memang sangat ingin cerai. Tapi, sekarang aku malah berat. Entah kenapa aku tidak tau." Ucap Qiara sambil menunduk.      

"He... Lalu, bagaimana dengan lelaki yang katanya Ny. Cintai itu? Apakah dia tau kalau Ny. sudah menikah? "Tanya Pak Joni.      

"Aku menghindarinya. Karena aku tidak ingin dia kecewa. Selain itu, aku merasa jauh lebih baik saat melakukannya. Temanku juga menyukainya, jadi aku fikir harus memberinya ruang juga. "Jelas Qiara.      

"Ha ha... Ny. Itu bukan cinta. Lebih kepada perasaan biasa saja. Mungkin tumbuh karena keterbiasaan. Karena cinta itu seperti kentut atu bersin. Tidak akan bisa di tahan. Hati kita akan sakit bila melihat ada orang yang menyukainya. Juga, kita akan mudah marah jika dia sampai membagi perhatiannya. Itulah yang namanya cinta. Seperti aku yang tidak bisa menahan cintaku pada sang istri. "Jelas Pak Jono lagi.      

Bicara dengan Qiara menbuat Pak Jono mulai berubah fikiran tentang bosnya.      

'Aku melihat Tun Ju sangat menyayangi Ny. Ju walaupun dia kasar dan menyebalkan. Tapi, Tuan Ju yang tidak pernah marah padanya, juga selalu mempercayai perkataan istrinya. Dulu aku bingung mengapa Tuan bersikap begitu. Tapi, sekarang aku mengerti kenapa.' Batin Pak Jono sembari tersenyum manis.      

Sedang Qiara terdiam mencerna apa yang Pak Jono katakan. Dia ingat perasaan kesal saat dia mendengar beberapa gadis mengagumi dan ingin tidur bersama Julian.      

'Apa itu artinya aku cinta sama Julian? Apa mungkin? Tapi, aku tidak boleh mencintai dia. Karean dia menikahiku atas dasar cintanya pada Kak Vania. Semua demi mantan pacarnya yang sudah neninggal dunia. ' Batin Qiara sambil menikmati pemandangan dari luar jendela mobil.      

Melihat ekspresi Qiara dan sikap diamnya. Pak Jono tidak lagi mengajaknya bicara karena dia ingin membiarkan Qiara berfikir tentang perasaan nya.      

Tidak lama setelah itu. Mereka sampai di kantor. Karena itu sudah malam. Kantor tidak terlalu ramai.      

"Kita dimana? " tanya Qiara ketika turun dari mobil.      

"Ouhh... Kita sudah sampai di kantor Tuan." Jawab Pak Jono.      

Mendengar apa yang dikatakan Pak Jono. Qiara pun langsung menodongak memperhatikan gedung pencakar langit dengan disaen mewah serta bangunan yang sangat luas.      

"Uahhh... Ini kantor Julian? " Tanya Qiara dengan melotot.      

"Iya. Ini kantor Tuan Ju. Beliau adalah pengusaha nomer satu di kota A. Presiden Direktur PT Royal Grup. Apa Ny. Ju tidak tau? " kata Pak Jono.     

Qiara tersenyum sambil menggeliat malu-malu karena dia memang tidak tau. Dia hanya pernah mendengar tentag nama perusahaan itu. Tapi, tidak tau siapa pemimpin nya.      

"Aku fikir Ny. Tidak tau. Oleh karena itu, Ny. Harus lebih dekat lagi dengan Tuan. Agar Ny. Bisa tau siapa dia. " Kata Pak Jono. Setelah mengatakan itu, Pak Jono pun pergi meninggal Qiara untuk memarkir mobilnya.      

'Wahhh... Apa ini bercanda? Jadi, aku istri seorang miliarder? Apa tidak salah? Bukankah Julian itu hanya seorang pedangang? Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku? Apakah aku ini Cinderella? Tapi, aku tidak punya sepatu kaca. Juga, tidak pernah kabur di jam 12 malam. ' Batin Qiara sembari menatap kepada gedung yang menjulang tinggi itu.      

"Selamat malam Ny. Ju! Saya Andi, asistennya Tuan Ju. Saya di minta untuk menjemput anda di sini!" Kata Andi yang baru saja datang dan langsung menghampiri Qiara.      

"Kenapa bukan dia yang menjemputku? Kenapa harus anda? " tanya Qiara dengan cemberut. Karena sedari perjalanan tadi, ia sudah membayangkan bagaimana Julian akan datang menjemputnya.      

"Tuan Julian sedang ada pekerjaan yang harus dia selesaiakan dengan segera. Oleh karena itu, dia meminta saya menjemput anda. "Jelas andi dengan penuh hormat.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.