Istri Kecil Tuan Ju

Bingung



Bingung

0"Oke. Sekarang, kamu pergilah!" Seru Qiara seraya menarik tangannya dari Qiano.     

Tidak lama setelah itu, Qiano pun berdiri lalu kembali ke tempat duduknya. Sedang yang lain, hanya fokus pada acara sehingga mereka tidak menghiraukan Qiara yang lagi ngobrol sama Qiano.     

"Qiara, apakah lelaki tadi adalah kekasihmu? Dia sangat manis dan aku sangat mengaguminya. Jika Tuan Ju seperti Raja. Maka, lelaki tadi adalah pangeran karena aura mereka sama - sama kuat sehingga aku merasa ingin memeluk keduanya dalam waktu yang bersamaan. He." Bisik Vega setelah Qiano kembali ke tempat duduknya.      

Mendengar apa yang Vega katakan. Qiara merasa semakin jijik kepadanya. Gadis remaja yang mengaku pernah bercinta itu berhasil membuatnya emosi.      

'Aku merasa kalau aku sudah salah menemukan teman. Bagaimana mungkin aku menjalani masa keemasanku di kampus ini bersama anak gadis yang setiap hari berbicara mesum. Walaupun aku sudah menikah dan pernah merasakan itu, tapi aku tetap malu saat mendengarnya. Dan, maafkan aku Qiano karena harus kembali bersikap acuh padamu. Karena aku tidak ingin kamu kecewa jika tau kalau aku sudah menikah.' Batin Qiara sambil menunduk menyembunyikan wajah kesal nya dari Vega.      

"Qiara ... Kenapa kamu hanya diam saja? Jawab dong pertanyaanku! Jika kamu bukan pacarnya, maka aku yang akan mengejarnya." Bisik Vega lagi sambil tersenyum.      

"Qiara aku kembali!" Kata Orlin sambil berbisik.     

Qiara merasa lega melihat kedatangan Orlin tepat sebelum dia memberi jawaban, karena dia merasa bingung ingin menjawab apa.      

"Ohh ... Syukurlah kamu cepat kembali. Oh iya, aku mau perkenalkan kamu sama teman kelasku. Namanya Vega!" Sahut Qiara sambil tersenyum ramah pada Orlin.      

Mendengar Qiara yang memperkenalkannya dengan seorang teman itu. Orlin pun langsung tersenyum dan menjulurkan tangan kanannya kepada Vega.      

"Hallo, senang kenal denganmu! Aku Orlin. Panggil saja begitu!" Kata Orlin sambil tersenyum dengan ceria.      

"Vega! " Sahut Vega sembari bersalaman sambil memandang aneh kearah Orlin.      

"Oh iya Vega. Tadi kamu tanya kan? Apakah lelaki tadi punya kekasih? Nah, aku jawab kalau kekasihnya adalah Orlin. "Ucap Qiara dengan ragu.      

"Apa? Dia pacarnya? Apa aku tidak salah dengar?" Ucap Vega dengan ekspresi terkejut.      

"Maaf! Apa sebenarnya yang kalian bicarakan? Aku pacar siapa? " Tanya Orlin dengan heran. Ia pun memandang Vega dan Qiara dengan keheranan.      

"Ohhhh ... Kami sedang mebahas pecarmu. Bukankah kamu pacar Qiano?" Sahut Qiara lagi sambil mengedipkan mata sebelahnya pada Orlin.      

"Ummm ... Qiano? Ahhh iya, aku memang pacarnya."Jawab Orlin ketika dia berhasil menangkap kode yang diberikan oleh Qiara.      

"Oh. "     

Ucap Vega sembari memalingkan wajahnya dari Orlin dengan menyembunyikan kekesalannya.      

Entah kenapa dia mulai kesal pada Orlin yang mengatakan kalau dia adalah pacar Qiano.      

Melihat ekspresi Vega. Qiara pun langsung tersenyum.      

'Rasain kamu gadis mesum. Ya ampun, kenapa aku merasa jadi orang jahat ya? He he he... ' Batin Qiara sembari tersenyum licik sambil menutup mulutnya. Karena Qiara tau kalau Vega sepertinya tertarik dengan Qiano.      

Sedang Orlin langsung duduk kembali ke tempat nya dengan tersipu malu. Dia ingin berteriak seraya berterimakasih pada Qiara.      

Tidak lama setelah itu, Qiara kembali fokus keatas panggung melihat Gibran yang masih berkoar - koar memandu acara hiburan itu.      

Tepat saat itu. Tatapan Qiara tertuju pada kursi yang tadi Julian duduki. Ia masih teringat sama sosok dingin dan tampan yang tidak lain adalah Julian suaminya sambil tersenyum memikirkan kalimat Julian yang mengaku kalau dia sudah punya istri.      

Sementara itu, suara Gibran sebagai pembawa acara masih terdengar jelas di telinga Qiara kalau acara akan berakhir sebentar lagi.      

Tidak lama kemudian. Acara pun selesai. Dengan semangat, Qiara pun langsung keluar. Tepat saat itu, ia melihat bayangan yang bersembunyi di balik salah satu tiang yang ada di kampus itu.      

"Ra, kenapa kamu berhenti? " tanya Orlin yang berdiri di sampingnya.      

"Aaa ... ?" Qiara langsung menoleh kepada Orlin yang terlihat bingung melihatnya.      

"Kenapa kamu malah terlihat bingung? Ada apa?" tanya Orlin lagi dengan cemas.      

"Ummm... Kamu duluan saja ya! Aku ada urusan sebentar. " Kata Qiara sambil mendorong Orlin pergi.      

"Tapi ... " Orlin mulai penasaran dengan apa yang Qiara ingin lakukan. Tapi, dia tidak bisa memaksa Qiara untuk mengijinkannya tau.      

"Baiklah, aku akan pergi. Tapi, kamu jangan lupa untuk menghubungiku oke. " Ucap Orlin.     

"Oke. " Setelah mengatakan itu, Qiara pun melambaikan tangannya kepada Orlin yang sudah pergi meninggalkannya.      

Sepeninggal Orlin. Qiara pun kembali fokus kepada seseorang yang masih berdiri di balik tembok.      

Perlahan, Qiara mendekati tiang itu. Seketika itu ia mengerutkan keningnya melihat seorang gadis yang gendut dengan pakaian besar berdiri sambil memandangnya keheranan.      

"Kenapa kamu bersembunyi disini?" Tanya Qiara.      

"Ssstttt... " Gadis itu menempelkan telunjuk di bibir nya sebagai isyarat agar Qiara diam.      

Qiara pun langsung diam dan dengan anehnya dia ikut bersembunyi dengan gadis itu walaupun dia terlihat bingung.      

Gadis itu pun kembali mengintip dari balik dinding. Dengan bodohnya, Qiara juga ikut. Seketika itu Qiara pun nyengir ketika melihat orang yang gadis itu intip.      

'Hah? Dia mengintip Jhonatan? Apa mungkin dia menyukai si anak manja dan sombong itu? Tapi, apakah tidak sia - sia yang dia lakukan? Jhonatan fans nya cantik - cantik. Sedang dia, khemmmm... ' Batin Qiara setelah melihat Jhonatan berjalan hendak melewati tiang itu.     

Setelah itu, Qiara memperhatikan gadis itu dari atas hingga bawah. Mengingat watak Jhonatan, Qiara tidak yakin kalau gadis itu bisa kenal dengan Jhonatan. Jangankan di sapa, dilirik pun enggak.      

"Kenapa kamu memandangku begitu? Apa aku tidak boleh melihat Jhonatan? " tanya gadis itu sembari menunduk malu.     

"Ummm... Apa kamu menyukai Jhonatan? " tanya Qiara dengan ragu.      

"Tidak kok. Aku hanya ingin melihatnya karena dia seniorku di club music. Walaupun, aku tidak pernah menyanyi di depan orang banyak. Tapi, suara ku di sukai banyak orang kok. " Kata gadis itu seraya mengelak tuduhan Qiara.      

"Maksudmu apa? Tidak pernah tampil di depan orang banyak, tapi suaramu di sukai.? " Qiara merasa bingung dengan perkataan gadis itu yang menurutnya membingungkan.      

"Ummm... Kamu lihat sendiri kalau penampilanku tidak menjul kalau kata pelatihku. Tapi, suaraku masih bisa di dengar jika aku mau menyanyi untuk lipsing. Karena aku suka menyanyi, aku pun menginyakannya."Jelas gadis itu dengan ekspresi sendu.      

"Uwhhh... Ini tidak adil. Sangat tidak adil. Bagaimana pun juga itu suaramu dan orang berhak tau siapa penyanyinya. Ini tidak bisa di biarkan. Aku akan menuntut keadilan buatmu. " ucap Qiara dengan kesal. Dia sangat membenci ketidak adilan.      

"Jangan lakukan apapun! Aku tidak keberatan kok melakukan ini. Jadi, jangan ganggu aku! " Setelah mengatakan itu, sang gadis yang gendut itu pergi begitu saja sambil berjalan dengan menunduk.      

"Tunggu!" Qiara mengejar gadis itu karena ia merasa penasaran sama gadis unik menurutnya.      

"Kenapa kamu memanggilku lagi? " tanya gadis itu lagi sembari memperbaiki kaca matanya.      

"Maaf, tapi kita belum kenalan. Aku Qiara, mahasiswi baru dari fakultas seni!" Ucap Qiara sambil tersenyum menjulurkan tangan kanannya.      

Gadis itu terkejut melihat Qiara yang ingin berkenalan dengannya. Selama kuliah di Kemas. Tidak ada yang mau menjadi temannya. Tapi, sekarang ada orang yang menawarkan pertemanan dengannya.      

"Aku Nimas Ayumi. Kamu bisa memanggilku Yumi, begitulah aku di panggil dari kecil. Aku mahasiswi semester 5 dari fakultas yang sama dengan Jhonatan. Dan aku hanya aktif di club musik. "Jawab Yumi sembari menjabat tangan Qiara.      

"Ohhh... Halloo Kak Yumi. Senang berkenalan denganmu. Kalau kakak tidak keberantan. Apa kakak mau berteman denganku? "Ucap Qiara sambil tersenyum kegirangan.      

"Terimaksih karena kamu mau menawarkan petemanan denganku. Aku terharu karena ini kali pertama ada orang yang mau berteman denganku. " Sahut Yumi sambil tersenyum.      

"Sama - sama." Setelah mengatakan itu, Qiara pun langsung bertukar nomer telpon dengan Yumi. Entah kenapa Qiara sangat senang melihat Yumi.      

"Ya sudah, aku akan pulang sekarang! Sampai jumpa besok Qiara. " Kata Yumi sambil melambaikan tangannya kepada Qiara.     

Setelah Yumi pergi, Qiara pun langsung pergi menuju pintu keluar karena dia ingin pulang dengan segera.      

"Ehhh... Gendut! Aku dengar tadi kamu mengintip Jhonatan lagi. Apa kamu masih berharap bisa dilirik olehnya? Sebaiknya kamu jangan mimpi terlalu tinggi karena orang seperti kamu itu hanya berakhir di tong sampah." Kata Siska yang tiba-tiba datang menyerang Yumi yang hendak pulang.      

'Aduhhh... Kenapa aku ketahuan Siska sih? Dari mana dia melihatku? Sepertinya aku dalam masalah. Aduhhh... Mama tolong Yumi!' Batin Yumi dengan gemetar.      

"Kenapa kamu melotot kepadaku? Kamu fikir kalau kamu bisa melawanku hah? Itu tidak akan terjadi!" Kata Siska lagi yang semakin memojokkan Yumi.      

"Aku tidak menatapmu kok Siska. Jadi, tolong jangan ganggu aku! Aku tidak pernah berniat mengganggu dan membuat masalah denganmu." Kata Yumi seraya menunduk ketakutan.      

Setelah mengatakan itu,Yumi langsung memalingkan wajahnya dari Siska. Karena dia benar - benar tidak menyukai berurusan dengan Siska si bintang sekolah yang sombong dan judes.      

"Yaaa... Gendut. Berhenti di situ dari pada aku kempesin tubuhmu. " Teriak Siska dengan tatapan yang menyala.      

Seketika itu, Yumi berhenti. Dengan pelan ia menoleh kepada Siska.      

"Ada apa lagi Siska? " tanya Yumi dengan suara bergetar.      

"Aku cuma mau ingatkan kamu agar menjauh dari Jhonatan. Aku muak melihatmu yang selalu mencuri pandang padanya. Kalau tidak begitu, aku pastikan kamu akan di keluarkan dari kampus ini." Kata Siska sambil mendorong tubuh Yumi. Sehingga Yumi langsung tersungkur ke tanah.      

"Auhhh ... " Ringis Yumi ketika melihat kedua telapak tangannya yang dia gunakan sebagai tumpu malah terluka.      

"Hahahaha... Dasar gendut. " Semprot Sisika dan dua orang temannya. Namun, tawa mereka terhenti seketika saat melihat Jhonatan tiba - tib berdiri di belakang Yumi dengan ekspresi yang teramat gelap.      

"Natan... " Ucap Siska dengan mata yang melotot sempurna. Mendengar Siska menyebut nama Natan. Yumi pun langsung mendongak kepada Natan.      

'Ya ampun. Kenapa ada Natan? Malunya.' Batin Yumi sembari bersegera memalingkan wajahnya lalu menunduk.      

Tidak lama kemudian, Natan melangkah mendekati Yumi setelah menatap sinis kepada Siska.      

Melihat itu Siska semakin melotot dan penasaran dengan apa yang akan di lakukan oleh Jhonatan karena Siska tidak akan bisa berkutik dan bicara ketika Natan menatapnya dengan sinis.      

"Ayo bangun! " Mendengar suara lembut Natan. Yumi kembali mendongak dan menatap tangan kanan Natan yang menjulur kepadanya. Seketika itu Yumi serta Siska dan teman - temannya pada bengong dan kaget melihat apa yang Natan lalukan.      

"Ayo! " Kata Natan lagi sembari mengendepankan lagi tangannya sambil tersenyum pada Yumi     

 Seketika itu jantung Yumi berdebar hebat. Dan pipi nya memerah. Dia tidak menyangka Natan akan melakukan ini setelah mereka kuliah bareng selama beberapa tahun.      

Dengan malu - malu. Yumi pun meraih tangan Natan yang lembut. Seketika itu Yumi merasa tersengat listrik dan jantungnya bergetar Hebat.      

'Mama, Jika ini mimpi, tolong jangan bangunkan Yumi! Karena dia sekarang memegang tanganku, dia juga tersenyum padaku. Tidak hanya itu, dia menolongku dari bulian Siska dan teman -temannya. Aku bahagai Mama, walau hanya sebatas ini. Sungguh, aku tidak berharap banyak.' Batin Yumi sambil menunduk malu - malu.      

"Natan .... Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu memegang tangan gadis gendut itu? Nanti kamu kena banyak kuman, karena tangannya di penuhi dengan kuman. " Kata Siska dengan kesal.      

"Kamu tidak apa - apa kan? " tanya Natan pada Yumi seolah tidak perduli dengan apa yang dikatakan oleh Siska. Lebih tepatnya, Natan menganggap Siska tidak ada.      

"Natan, kamu mengabaikanku hanya karena perempuan jelek ini? Apa kamu lupa kalau aku ini adalah tunanganmu. Sadar Natan! " teriak Siska dengan frustasi.      

Yumi yang hendak menjawab pertanyaan Natan itu pun langsung diam dan mengurungkan niatnya.      

Sedang Natan menarik nafas dalam lalu menoleh kepada Siska.     

"Berdiri di belakangku dan jangan pergi! " Seru Natan pada Yumi.      

"Ummm... "Sahut Yumi sambil mengangguk. Setelah itu ia pun segera berjalan menuju kearah belakang Natan.      

"Siapa yang bilang kalau kita bertunangan? "tanya Natan tanpa ekspresi.      

Untuk sesaat Siska terdiam mendengar pertanyaan Natan. Dia memutar otaknya untuk menemukan alasan yang pas agar terlihat alami.      

"Tante Sarah sangat menyukaiku. Jadi, dia setuju untuk menjodohkan kita. Juga, dia sudah mengatur pertunangan kita. "Jawab Siska tanpa ragu.     

Karena dia fikir akan masuk akal jika dia membawa - bawa nama Ibu Natan.      

"Mama ku seleranya terlalu bagus. Dia sangat mudah mengenali mana gadis baik dan yang tidak. Bahkan di saat semua orang memandang rendah keseseorang. Tapi, Mama ku malu melihat emas di tumpukkan sampah sekali pun. Jadi, jangan ngarang kamu! " Ucap Natan sembari menyeringai kepada Siska.      

"Jadi, kamu mau bilang kalau Mama mu tidak mungkin menjodohkan kita karena dia tau sifatku. Apa begitu maksudmu hah? " teriak Siska sambil mengepalkan tinjunya.      

"Itu kamu yang mengatakannya bukan aku. Jadi, pergilah dari sini karena aku tidak mau melihatmu lagi! " Ucap Natan dengan sinis.      

Siska langsung terdiam mematung denga tatapan yang berkaca-kaca. Dia tidak menyangka kalau Natan akan mengatakan itu padanya demi membela Yumi.      

"Siska, ayo pergi! " Kata dua temannya yang merasa kasihan pada Siska.      

Sebelum pergi. Siska menatap Natan dengan sinis. Ia mengepalkan tinjunya karena geram melihat sikap Natan yang mengabaikannya.      

'Aku akan meloloskanmu dan memaafkanmu kali ini. Tapi, aku tidak akan menyerah begitu saja pada sikap acuhmu ini. Tunggu sampai aku bertindak. Aku tidak akan pernah melepaskanmu Natan, karena aku sudah merancang kehidupan bahagia bersamamu. 'Batin Siska.     

Setelah itu ia pun pergi dari tempat itu bersama teman -teman nya.      

"Apa kamu baik - baik saja? " tanya Natan lagi setelah ia berbalik dan menemukan Yumi berdiri di belakangnya dengan tatapan yang tertuju pada Siska yang sudah pergi.      

"Hei... Aku disini. Kenapa kamu melihat lain? Tidak bisakah kamu hanya fokus padaku! " kata Natan yang merasa di cuwekin oleh Yumi.      

Mendengar ucapan Natan. Yumi pun langsung fokus menatap kearah depan nya. Seketika itu Yumi merasa tidak nyaman dengan tatapan Natan yang lembut. Dia tidak pernah bermimpi kalau Natan akan memandangnya seperti itu.      

"Ahhh... Maaf! Aku cuma kaget saja. Iya, aku sekarang baik - baik saja. " Sahut Yumi dengan salah tingkah.      

"Ouh... Baguslah. Kalau begitu aku akan pergi sekarang. Lain kali hati- hati kalau ketemu Siska lagi. Juga, jangan lupa obati lukamu. Dah... ".     

Setelah mengatakan itu. Natan pun pergi meninggalkan Yumi sambil melambaikan tangannya dan tersenyum.      

"Oke. Aku Kan mengingat pesan mu. Hhihihi ... " ucap Yumi setelah Natan sudah pergi jauh.     

Yumi benar-benar tidak menyangka kalau Natan akan bersikap sepsrti itu padanya.      

'Ahhhh... My Natan. Kamu memang terbaik. Aku tidak salah ngefens sama orang. Seperti nya aku akan mimpi indah malam ini. ' Batin Yumi.     

Setelah itu ia pergi dari tempat itu untuk menemukan taxi karena dia harus segera membantu Ibu nya di butik.      

Di tempat tertentu dari balik tembok pintu keluar. Qiara ternyata belum pulang. Dia mengurungkan niatnya saat melihat Siska datang membuli Yumi setelah ia pergi cukup jauh. Namun, kembali lagi dengan niat menolong Yumi. Karena dia tau bagaimana sikap kejam Siska. Namun, dia memilih bersembunyi saat melihat Natan berjalan menghampiri Yumi dan Siska.      

'Aahh si Natan juga memiliki keperibadian ganda? Hari ini aku melihat sikapnya yang berbanding kebalik dengan watak aslinya. Apakah dia orang yang seperti ini? Aduhhh... Kenapa aku merasa pusing sendiri sih dengan sikap keluarga suami ku. Kakak iparku cukup aneh dengan amarahnya. Begitupun dengan adik iparku. Apa cuma aku yang memang belum bisa faham watak mereka semua?' Batin Qiara sambil menggaruk kepalanya.      

"Ny. Apa anda akan pulang? " suara pak Joni, yang tidak lain adalah supir Julian. Membuat Qiara langsung kaget dan terkejut bukan main.      

"Astaga... Pak Joni. Kenapa mengagetkanku? Lagi pula, kenapa Pak Joni bisa disini? Bukankah aku bilang jangan jemput? " Kata Qiara setelah sadar dari keterkejutannya.      

"Maaf Ny. Tapi, saya hanya menjalankan perintah dari Tuan saja. Jadi, saya minta tolong Ny. Ikut saja ya! Agar Tuan tidak marah pada saya. " Kata Pak Joni dengan penuh harap.      

"Baiklah. Tapi, tolong bapak pergi dari sini sekarang. Aku akan menyusul kemudian. Karena, keadaan lagi tidak baik. " Ucap Qiara seraya mendorong Pak Joni pergi lebih dulu.      

"Baik Ny. " Setelah mengatakan itu, Pak Joni pun pergi dari hadapan Qiara. Ia patuh begitu saja karena dia tau kalau tuannya sangat menyanyangi Qiara.      

Tidak lama setelah itu, Qiara pun segera berlari tergopoh - gopoh menuju parkiran dimana Pak Joni sudah menunggunya sedari tadi.      

"Berangkat pak! " Seru Qiara setelah ia duduk dengan tenang di dalam mobil.      

"Baik Ny. !" Sahut Pak Joni dengan patuh.      

Setelah itu ia pun menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan area parkiran dengan cepat.      

Di tengah jalan. Tiba-tiba Qiara teringat akan kedatangan Julian yang tiba -tiba. Dia pun semakin penasaran. Oleh karena itu ia memutuskan untuk bertanya pada Pak Joni yang sudah berkerja cukup lama dengan Julian.     

"Ummm... Pak Joni. Apakah saya boleh bertanya? " tanya Qiara dengan ragu.      

Mendengar pertanyan Qiara. Pak Joni pun langsung melirik kaca sepion untuk melihat ekspresi Ny. Bosnya.      

"Tentu Ny. Anda bisa bertanya apa saja dan saya akan menjawab semampu saya. "Jawab Pak Joni sambil menganggukkan kepalanya.      

"Ummm... Begini. Apakah suamiku selalu datang setiap tahun diacara seperti ini? " Tanya Qiara sambil menatap kearah Pak Joni yang ada di tempat pengemudi.      

"Seingat saya. Tuan Ju tidak pernah datang di acara seperti ini di tahun - tahun sebelumnya. Bahkan, Tuan tidak pernah betah berada di keramaian. Tuan orang nya tertutup. Dia tidak pernah memperlihatkan kesulitan atau kesedihannya. Dia begitu sempurna dengan sikapnya yang selalu tenang seakan tidak punya masalah. Begitulah, saya melihat Tuan. "Jawab Pak Joni yang sudah sekian tahun ikut Julian.      

"Apakah dia begitu dimata orang-orangnya? Tapi, kenapa dimataku dia selalu membuatku kesal? " kata Qiara sambil cemberut mengingat bagaimana sikap Julian yang kadang menyebalkan.      

"Saya fikir kalau itu hanya perasaan anda saja. Padahal Tuan selalu membuat anda bahagia dan lebih mengutamakan anda bahkan dari pekerjaan nya sendiri. Juga, Tuan selalu datang setiap kali anda bermasalah. Bukankah begitu Ny? " Kata Pak Joni sambil tersenyum melirik Qiara dari balik sepion.      

"Satu lagi. Apakah anda masih ingat waktu anda dan Tuan berlibur ke Korea. Tuan meninggalkan rapat penting bersama beberapa orang penting kota A. Hanya untuk membuat anda merasa bahagia. Apakah itu masih kurang manis? Akankah anda menganggap Tuan Ju sering membuat anda kesal?" kata pak Joni lagi yang berusaha memberi pengertian kepada Qiara yang juga dia faham kalau anak muda seperti Qiara memang susah melihat hal-hal positif dari orang -orang terdekatnya.      

"Apakah Pak Joni ditugaskan untuk membuat saya terkesan? Kenapa harus begitu? Saya bukan anak kecil lagi yang tidak bisa membedakan mana orang baik dan yang bukan. Sayang nya itu tidak mempan buat saya. " Kata Qiara sambil memalingkan wajahnya dari Pak Joni.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.