Istri Kecil Tuan Ju

Merasa Semakin Kesal



Merasa Semakin Kesal

0Namun, mereka tidak bisa mewawancarai Julian, karena Julian di jaga ketat oleh dua orang pengawalnya.     

Sementara itu, para wartawan merasa kecewa dengan hal itu.Qiara masih terdiam dengan pipi memerah mendengar Julian yang mengatakan dirinya sudah punya istri. 'Kenapa aku berfikir kalau Julian sangat keren hari ini? Ahhh... Dia berani mengatakan kalau dia sudah menikah. Cowok banget. He he.. ' Batin Qiara sembari memegang pipinya.     

"Baiklah! karena orang spesial kita sudah pergi. Maka, kita akan lanjut ke acara bebas. Apakah ada adik-adik yang mau menyumbang? " Kata Gibran lagi setelah kepergian Julian.     

Seluruh dosen dan Dekan kampus itu langsung berdiri lalu pergi meninggalkan panggung untuk memberikan waktu bagi para mahasiswa beramain dan menikmati acara yang masih tersisa.     

"Qiara...?" Mendengar suara akrab itu memanggil namanya. Qiara pun terkejut dari lamunannya.     

Seketika itu jantung Qiara seakan mau copot. Matanya kembali membulat sempurna, karena khawatir akan ada yang beranggapan buruk tentang hubungannya.     

"Qiara kamu kenapa? " Suara itu kembali terdengar di telinga Qiara sambil merasakan tangan orang itu berada di bahunya.     

Seketika itu Qiara langsung menengok dengan eskpresi yang rumit. Tidak lupa ia menengok ke kiri dan kanan, takut teman-teman nya akan membuat gosip. Kehadiran Julian di kampus membuatnya menjadi parno.     

"Qiano? " Ucap Qiara setelah mendongak melihat Qiano yang berdiri di sampingnya. 'Qiano, kenapa kamu muncul di waktu yang tidak tepat? Orlin pasti sedang mengamatiku dari suatu tempat. Dia pasti akan berfikir macam-macam.' Batin Qiara samil Menunduk.     

"Hei... Kamu anak baru ya? Kenapa berdiri di situ? " Teriak salah seorang mahasiswi yang merasa terganggu karena Qiano yang berdiri. Untungnya, Orlin ke toilet, sementara, Vega hanya termenung memperhatikan Qiano yang berusaha mengajak Qiara bicara.     

Mendengar teriakan dari arah belakang. Qiano pun menoleh dengan pelan. Seketika itu mereka yang merasa terganggu dengan Qiano, langsung terdiam.     

"Waoo ... Tampan banget. Aku tidak menyesal masuk kampus ini. Selain bergengsi, kampus ini di penuhi oleh para cowok ganteng. Tadi, cowok tampan yang dewasa. Senior yang keren abis. Dan sekarang, daun muda yang lebih fres dan bening banget. Siapa dia? Dari fakultas mana? Aku sungguh-sungguh ingin berkenalan." Kata beberapa perempuan yang tadinya kesal, mulai keranjingan melihat Qiano.     

"Kamu benar. Dia terlihat paket komplit. Sepertinya juga dia anak orang kaya. Ahhh ... Aku ingin menjadi pacarnya." Kata perempuan yang duduk di sampingnya itu. Karena suara mereka cukup keras dengan jarak hanya satu kursi, Qiara dan Qiano serta Vega mendengar jelas apa yang mereka katakan.     

"Tapi, dia tidak begitu seksi seperti Tuan Ju tadi. Ototnya, bahunya yang lebar, wajahnya yang tegas dan tampan, tinggi dan penuh karisma. Tidak sebanding dengan pemuda yang sepertinya lembek dan manja. " lanjut gadis lainnya sambil menyeringai kepada Qiano yang masih berdiri tanpa ekspresi.     

Mendengar apa yang dikatakan para gadis itu. Qiara pun tersulut emosi. Dia tidak menyangka kalau di kampus elit itu, dihuni oleh para gadis mesum yang tidak bisa melihat lekaki bening.     

Seketika itu, Qiara mendongak lalu menoleh kepada para perempuan yang berniat begitu pada Julian dan Qiano. Bagaimana pun juga Qiano adalah teman masa kecilnya yang dia cintai. Sedangkan Julian adalah suami yang dia kasihi karena begitu baik padanya. 'Apakah tidak cukup dengan Vega saja? Nyatanya, masih ada perempuan gila dan mesum yang tidak bisa melihat cowok tampan. Dasar para gadis mesum.' Batin Qiara sambil menatap sinis kepada para gadis itu.     

"Ra, kenapa kamu terlihat marah? Abaikan saja mereka!" Kata Qiano sembari memegang bahu Qiara untuk menenangkannya.     

"Benar itu apa yang dikatakan si tampan ini. Harusnya, kamu abaikan saja mereka. Pasti, mereka tidak akan berani mengganggu cowok tampanmu ini." Kata Vega sambil menyenggol bahu Qiara tanpa meninggalkan tatapannya pada Qiano.     

"Aku cuma tidak suka kalau temanku di pandang mesum begitu. Dan juga, kamu ngapain kesini? Bukankah kamu duduk di ujung sana? "Jawab Qiara sembari memicingkan matanya kepada Qiano.     

Melihat ekspresi mengerikan Qiara. Vega pun kembali duduk dengan tenang di kursinya. Dia tidak tertarik untuk berdebat dengan Qiara. 'Ya ampun. Apakah segitunya Qiara cemburu, sampai kekasihnya sendiri di tatap seperti penjahat. Kasian sekali si ganteng ini. Benar - benar mengerikan.' Batin Vega seraya menelan ludah nya dalam-dalam.     

"Jadi, kamu tidak suka kalau aku di pandang mesum oleh perempuan lain? Apa itu artinya kamu... " Kata Qiano yang mencoba membuat kesimpulan. Namun, ucapannya terhenti ketika Qiara kembali menatapnya dengan sinis.     

"Qiano... Apa kamu tidak punya malu? Acara masih berlansung, tapi kamu malah dengan bebasnya berdiri disini tidak jelas. Kasian orang yang di belakang tidak bisa menyaksikan acarany." Ucap Qiara sembari menggertakkan giginya karena ia takut Orlin akan segera kembali dan melihatnya bersama Qiano.      

"Tapi, ada yang ingin ku sampaikan padamu. Dari tadi, aku berusaha mencarimu untuk bicara. Tapi, tidak juga ketemu. Ingin menghubungimu, tapi nomermu tidak ada."Jelas Qiao memberikan alasan yang cukup masuk akal. Mendengar penjelasan Qiano. Qiara pun terdiam karena dia merasa alasan Qiano cukup masuk akal.     

"Ra, kenapa kamu malah terdiam lagi? Apa kamu terpesona padaku? " Tanya Qiano lagi, sambil duduk di kursi samping Qiara yang baru saja ditinggal oleh penghuninya.     

"Yaaa ... Qiano ...! Jangan terlalu kepedean kamu! Siapa yang terpesona padamu? Lihatlah dirimu! Kamu tidak begitu bagus di mataku." Ucap Qiara sambil menyeringai kesal kepada Qiano.     

Mendengar ucapan ketus Qiara. Qianopun memicingkan matanya heran. 'Ada apa dengan Qiara? Sepertirnya, dia tidak hanya kesal padaku, tapi juga ada seseorang yang berhasil menyulut emosinya. Entah kenapa aku merasa kalau Qiara yang aku lihat sekarang sangat berbeda dari Qiara dulu ku kenal. Tubuhnya juga agak sedikit berbeda. Apakah ada sesuatu yang terjadi padanya yang tidak aku ketahui? ' Batin Qiano sembari bertanya-tanya pada dirinya.     

"Kenapa sekarang kamu yang diam? Ahhh... Sudahlah! Sebaiknya kamu kembali ke kursimu! Aku tidak ingin ada yang salah faham dengan kedekatan kita ini! " Ucap Qiara sembari mendorong Qiano pergi.     

Vega yang sedari tadi diam, ternyata mencuri pandang dengan Qiano yang sudah duduk di kursi samping Qiara.     

"Baiklah! Aku akan pergi sekarang. Tapi, setelah acara ini, kita bicara. Oke? " kata Qiano sambil memegang tangan Qiara yang berusaha mendorongnya.     

"Oke. Sekarang, kamu pergilah! " Sahut Qiara seraya menarik tanganya dari Qiano. Tidak lama setelah itu, Qiano pun berdiri lalu kembali ke tempat duduknya. Sedangkan yang lain, hanya fokus pada acara sehingga mereka tidak menghiraukan Qiara yang sedang gobrol sama Qiano.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.