Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Cerawat (2)



Cerawat (2)

0Suara yang menggelegar membahana di seluruh Ibu Kota Kekaisaran ketika orang-orang yang dibangunkan dari tidur mereka berlari ke jendela memandang ke luar dengan gugup dan melihat langit malam menyala merah.     

Orang-orang yang tak mengetahui alasan di balik langit merah itu merasa bahwa itu adalah pemandangan indah seraya warna merah yang berkilauan memudar, banyak keluarga yang berkumpul, mengagumi keindahannya.     

Para pejabat, meskipun begitu, tidak berhasrat untuk menikmati lukisan langit merah. Hanya karena cahaya merah itu dan suara yang menggelegar terlalu akrab di telinga mereka.     

Setiap kali mereka mendengar suara ini, dan melihat langit merah ini, itu hanya berarti satu hal - akan terjadi pertumpahan darah.     

Cerawat telah ditembakkan! Panggilan untuk menggerakkan seluruh pasukan tentara Rui Lin!     

Ini adalah sentakan bagi pikiran mereka karena teror yang menyertai penembakan cerawat itu memenuhi hati mereka.     

Sesuatu yang besar akan terjadi malam ini! Perubahan besar akan terjadi.     

Di Istana Kekaisaran, Kaisar yang berada di kamarnya berteriak kaget ketika ia mendengar suara ledakan itu. Ia bergegas keluar melihat keributan apa yang terjadi sambil mengusap keringat dinginnya, namun begitu ia mencari sumber suara itu, ia berdiri terpaku menatap langit merah itu dengan mulut menganga. Itu adalah warna merah yang dikenalnya, ia menelan ludah dan jantungnya terasa panas, terbakar oleh rasa takut.     

Siapa itu? Siapa yang menembakkan cerawat?!     

Di bawah selimut malam, bumi bergetar ketika suara ringkikan kuda yang mengamuk dan derap sepatu kuda terdengar mendekat ke Ibu Kota Kekaisaran.     

Di Ibu Kota Kekaisaran, para pengawal istana memicingkan mata mereka dan memandang ke kegelapan dengan obor yang menyala, melihat pasukan tentara berkuda dengan senjata lengkap serta simbol Qilin dengan kedatangan mereka yang mengancam dan mata menyala berapi-api. Para penjaga itu merasa kaki mereka lemas dan berlari kembali ke perbatasan kota ketika mereka melihat seluruh pasukan di hadapan mereka.     

Prajurit Rui Lin!     

Itu Prajurit Rui Lin!     

Menunggang kuda agung mereka dan berderap melaju ke arah Istana Lin, mereka bagaikan tiupan angin ketika melewati para penjaga istana yang belum sadar dari lamunan mereka.     

Malam itu, adalah malam tanpa tidur bagi semua orang di Ibu Kota Kekaisaran.     

Di Istana Lin, Jun Wu Xie berdiri terpaku seakan sedang berpikir keras ketika angin malam yang dingin bertiup sementara nyala api obor menyinari wajahnya yang cantik. Tetapi, ekspresinya begitu suram dan dingin.     

Begitu Prajurit Rui Lin tiba di Istana Lin, mereka turun dari kudanya. Setiap anggota pasukan mengenakan baju perang yang disepuh perak dengan lambang Qilin dan segera bersimpuh dengan satu lutut secara serentak berkumpul di hadapan Jun Wu Xie.     

Long Qi di barisan depan ketika ia berlutut dengan wajah serius dan berkata, "Nona Muda."     

Jun Wu Xie mengecilkan matanya dan memandang pasukan terkemuka di Kerajaan Qi, seluruh aura dingin di matanya dibakar bara api dari dalam tubuhnya.     

"Wu Xie! Apa maksudmu?" Jun Qing duduk di serambi dan menatap cemas ke arah Jun Wu Xie yang berdiri di gerbang istana.     

Jun Wu Xie berbalik dan melihat Jun Qing, matanya penuh dengan kekejian.     

"Kaisar harus turun takhta." Kaisar bodoh itu! Berani sekali dia?!     

Jun Qing tertegun dan matanya membesar karena terkejut, memaksa Kaisar untuk menyerahkan takhta? Apakah ia sudah gila?     

Li Ran yang begitu terguncang dengan serangan bertubi-tubi yang menggetarkan perbatasan, kakinya hampir ambruk. Ia tak dapat mempercayai apa yang baru saja didengarnya.     

Nona Muda Istana Lin menginginkan Kaisar turun takhta? Ia diliputi keringat dingin yang membasahi pakaiannya.     

"Hitam Kecil." Jun Wu Xie memanggilnya keluar dengan suara datar. Sebuah bayangan hitam yang besar melangkah ke serambi dengan langkah tegap berjalan dengan begitu agung. Masih ada bekas darah di taringnya.     

"Suruh dia diam." Jun Wu Xie memicingkan matanya.     

Li Ran memiliki sebuah firasat namun sebelum dirinya dapat bereaksi, dalam satu kedipan mata, seekor binatang buas berwarna hitam menggapainya.     

Teriakan nyaring terdengar, namun dalam sekejap, suasana kembali menjadi hening.     

Jun Qing menatap tubuh Li Ran yang dicampakkan ke lantai oleh monster hitam itu yang berjalan melenggang kembali ke sampingnya.     

Di luar gerbang, seluruh Prajurit Rui Lin telah menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri pemandangan mengerikan ini, mereka mengenal Jenderal Li Ran, tetapi mereka tak tahu bagaimana ia telah membuat marah Nona Muda mereka dan berakhir seperti ini.     

Mereka semua menatap dingin tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.     

Prajurit Rui Lin sangat patuh pada Keluarga Jun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.