Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Meniru (3)



Meniru (3)

0"Apakah kalian semua sudah menyelesaikannya?" Murid senior yang tampak segar bertanya ketika ia melihat sekelompok pemuda yang kelelahan dan berantakan, sebuah senyuman licik tampak di bibirnya.     

Pemuda itu menundukkan kepala mereka, tak sanggup berbicara.     

"Dasar pecundang! Karena kau tak dapat menyelesaikan tugas sederhana, kau bisa melupakan sarapan! Sekarang, pergi dan ambil air dari belanga-belanga itu untuk menyirami lahan tumbuhan herbal!" Tanpa memberikan kesempatan untuk istirahat pada para pemuda yang teraniaya itu, siksaan selanjutnya sudah ditimpakan.     

Teriakan protes terdengar dari para pemuda itu.     

"Senior, kami hampir mati kelelahan, dan tidak tidur sedikit pun di malam hari … bolehkah kami tidur sebentar sebelum mulai lagi?" Pemuda yang lebih berani di antara mereka memohon untuk kelompoknya.     

Berikutnya, begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, murid senior Puncak Awan Tersembunyi itu bergegas menghampirinya dan menendang perut pemuda itu, membuat pemuda itu semakin lemah dan jatuh ke tanah, mengerang kesakitan.     

"Dasar bocah malas! Peraturan di Puncak Awan Tersembunyi harus dipatuhi begitu kau masuk! Siapa pun yang menolak boleh membereskan barang mereka dan pergi!" Murid senior Puncak Awan Tersembunyi menatap satu per satu pemuda itu dengan tatapan mencemooh dan tertawa dengki, tatapan keji di matanya bahkan tak memandang para murid baru ini sebagai manusia lagi.     

Di bawah ancaman dan rasa takut … membuat pemuda yang benar-benar kelelahan ini berkumpul bersama, tak sanggup berdebat lagi. Mereka menarik kaki mereka dan berjalan malas-malasan keluar.     

Puncak Awan Tersembunyi tidak mengizinkan orang luar untuk masuk, dan maka itu, tak ada yang tahu apa yang terjadi di balik pintu mereka yang tertutup rapat.     

Tidak ada satu orang pun yang akan datang menyelamatkan kambing kurban ini dari tempat pemotongan hewan.     

"Katakan, jika pemuda-pemuda ini tahu bahwa mereka akan disiksa sampai mati di Puncak Awan Tersembunyi, apakah mereka masih begitu ingin masuk ke Puncak Awan Tersembunyi?" Qiao Chu berjalan perlahan keluar dari area itu dan menatap sosok di depannya yang berjalan tidak seimbang, matanya bertanya-tanya.     

Ke Cang Ju adalah sebuah telur busuk, tetapi para pecundang ini juga bukan malaikat. Ketika mereka baru datang di Puncak Awan Tersembunyi, mereka mencemooh dan menghina dirinya dan Jun Wu Xie. Ia ragu apakah mereka masih memiliki kekuatan untuk melakukan hal itu lagi.     

Jun Wu Xie tidak mengatakan apa pun. Ia menurunkan pandangannya dan melihat ke tanah di bawah kakinya.     

Tempat seperti ini, membuatnya mual begitu ia menginjakkan kakinya.     

Dan karena itu begitu memuakkan, ia akan memusnahkan tempat ini sepenuhnya!     

Qiao Chu menunggu Jun Wu Xie untuk menjawab tetapi ia tak mengucapkan sepatah kata pun. Ia kemudian memutar kepalanya dan melihat bahwa pipi merah muda Jun Wu Xie tidak berwarna, dan bibirnya begitu putih!     

"Jun Xie! Kau …." Qiao Chu baru saja hendak membuka mulutnya untuk berbicara ketika tiba-tiba ia merasa dunia berputar di sekelilingnya. Sebelum ia dapat bereaksi, ia sudah jatuh terjerembab ke tanah.     

Dua suara dentuman menyadarkan pemuda yang berjalan di depan mereka. Mereka memutar kepala dan melihat pasangan yang berjalan di baris paling belakang Jun Wu Xie dan Qiao Chu jatuh pingsan, karena mereka tergeletak di tanah. Mereka tak menunjukkan tanda-tanda kelelahan sebelumnya tetapi wajah mereka kini sangat pucat dan bibir kering yang pecah-pecah berubah menjadi putih!     

"To … tolong! Ada yang pingsan!" Teriakan itu terdengar dari antara kelompok pemuda ini.     

Murid senior Puncak Awan Tersembunyi mendengar kericuhan ini dan mereka langsung menemukan Jun Wu Xie dan Qiao Chu tergeletak di sisi jalur tanah.     

Untuk sesaat, kilat kesenangan yang menakutkan terlihat di mata para murid Puncak Awan Tersembunyi, tetapi itu langsung sirna.     

Mereka menunjukkan wajah gusar dan berucap dengan ekspresi menghina pada kelompok pemuda ini, "Orang yang tak berguna! Mereka jatuh pingsan ketika baru saja menghabiskan satu malam di Puncak Awan Tersembunyi! Suruh orang ke sini dan bawa kedua orang tak berguna ini ke Penatua Ke. Aku tak percaya mereka tak berdaya seperti ini! Mereka lebih banyak membawa masalah daripada memberi manfaat dan hanya akan menjadi beban bagi sang Penatua!"     

Kelompok pemuda itu berkerumun menatap tak yakin atas apa yang terjadi. Menurut senior mereka, kedua orang itu akan dibawa ke Penatua Ke untuk mendapatkan perawatan, dan mereka tiba-tiba merasa tenang karena Tetua Puncak Awan Tersembunyi begitu memperhatikan kesehatan murid-muridnya ….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.