Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Kakak Hua (1)



Kakak Hua (1)

0Pemandangan di depan mata mereka membuat pikiran Jun Wu Xie berkelana. Saat itu, ia merasa seakan dirinya telah dilemparkan kembali ke dalam penjara di mimpi buruknya. Di bawah siksaan iblis, ia dipaksa untuk menyaksikan pria itu melakukan percobaan kejam dan tak manusiawi terhadap tubuh manusia.     

Qiao Chu menyadari wajah Jun Wu Xie yang mendadak pucat dan ia menatap Jun Wu Xie dengan rasa bersalah.     

"Aku tidak ingin kau melihat semua ini …." Ia sebelumnya sudah tahu mengenai tempat memuakkan ini yang tersembunyi di Puncak Awan Tersembunyi.     

"Aku baik-baik saja." Jun Wu Xie kembali ke alam sadarnya dan melambaikan tangannya. Ia telah membakar neraka itu sampai tak bersisa, dan mengirim iblis itu kembali ke neraka jahanam.     

Ia tak lagi memiliki rasa takut!     

Qiao Chu tidak tahu bagaimana menghibur Jun Wu Xie dan hanya dapat menggaruk kepalanya karena rasa frustrasi seraya terus memandu lebih dalam ke kamar-kamar bawah tanah.     

Semakin jauh mereka melangkah, pemandangannya semakin mengerikan. Neraka yang memuakkan di dalam Puncak Awan Tersembunyi, adalah sebuah mimpi buruk yang menjadi kenyataan!     

Akhirnya, Qiao Chu berhenti dan berdiri di hadapan sebuah dinding. Pada dinding itu, seorang pemuda tinggi memiliki dua buah kait yang menembus tulang panggulnya, dan sembilan pasak yang ditusukkan ke dalam tubuhnya. Kedua tangannya diikat dengan rantai yang menjuntai dari atap. Darah merah yang masih segar mengalir dari luka-luka akibat tusukan itu ke seluruh tubuhnya, dan akhirnya menetes dari ujung jari-jari kakinya. Genangan darah terbentuk di atas lantai di bawah tubuh pria itu.     

Kepalanya tertunduk, dan ia hanya diam saja, seakan sudah mati.     

"Kau akhirnya datang?" Sebuah suara yang dingin tiba-tiba terdengar, dan pemuda yang tergantung di dinding akhirnya kembali hidup seraya ia mengangkat kepalanya.     

Ia memiliki figur yang agak feminin dan terlihat cukup tampan sehingga membuat orang tak ingin menghancurkan keindahan itu. Bentuk matanya sedikit naik di sudut luarnya dan memiliki tahi lalat kecil tepat di bawahnya, yang memberikan pesona tersendiri pada fitur wajah pemuda tampan ini.     

"Ka … Kakak Hua …." Qiao Chu menatap pemuda di atasnya dalam keadaan porak-poranda namun masih terlihat tampan.     

Jun Wu Xie menyipitkan matanya menatap sosok di atas dinding. Ia menilai luka-luka yang diderita oleh pemuda itu dan terkejut seseorang masih bisa tetap sadar di bawah kondisi seperti ini. Pria ini benar-benar memiliki keinginan hidup yang kuat.     

Pemuda tampan itu heran ketika menatap Jun Wu Xie yang berdiri di belakang Qiao Chu.     

"Siapa itu?"     

Qiao Chu menelan ludah dan berkata, "Ini bocah yang aku ceritakan pada kalian sebelumnya. Si jenius yang kutemui di Kota Hantu."     

Jenius? Jun Wu Xie mengangkat alisnya mendengar perkataan itu.     

Pemuda yang tak lain adalah Kakak Hua memicingkan matanya lagi dan sebuah pemandangan yang menakjubkan terlihat tepat di depan mata Jun Wu Xie!     

Pemuda yang telah dipasung dengan kait besi dan pasak tiba-tiba mulai bergerak. Tangannya yang diikat dengan rantai terlihat menjulur keluar dari rantai itu dan bergantung lemah karena tulang-tulangnya telah dikeluarkan dari tubuhnya. Sementara ia membebaskan diri dari belenggunya, ia menjejakkan kakinya di dinding dan mendorong tubuhnya terbebas dari kait di tulang panggulnya. Tubuhnya yang tinggi dan ramping melengkung bagaikan busur di udara kemudian mendarat di hadapan Jun Wu Xie dan Qiao Chu, kaki telanjangnya menginjak genangan darahnya sendiri.     

Kakak Hua yang berdiri tegap di tanah telah menyembuhkan tangannya, jari-jari tangannya menarik keluar pasak yang ditusukkan ke dalam tubuhnya satu per satu.     

Pasak yang dikeluarkan membawa serta potongan daging yang melekat tetapi ia tak berkedip sedikit pun, dan terus lanjut menatap Jun Wu Xie dengan mata memicing.     

Pembebasan diri dari kurungannya begitu mudah dan halus baginya sehingga membuat orang yang melihatnya tercengang.     

"Mengapa kau membawa dia ke sini?" Kakak Hua berbalik dan matanya yang dingin memandang Qiao Chu. Tatapan marah pemuda tampan itu tak betul-betul memperlihatkan ancaman pada Qiao Chu, tetapi malah terlihat begitu memikat dan lembut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.