Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Cara Main Seorang Kaisar (1)



Cara Main Seorang Kaisar (1)

0"Jika Nonaku pergi ke Klan Qing Yun, kau harus memastikan, tidak masuk ke Puncak Awan Tersembunyi." Bai Yun Xian mengingatkannya untuk berhati-hati. Murid Puncak Awan Tersembunyi selalu menghilang secara misterius atau mereka ditemukan mati tanpa penyebab jelas. Itu adalah fakta yang tak diketahui orang di luar Klan Qing Yun, tetapi banyak orang yang tak memiliki kemampuan untuk diterima sebagai murid baru diam-diam diterima secara pribadi oleh Ke Cang Ju dan dibawa masuk ke dalam Puncak Awan Tersembunyi. Orang-orang ini selalu berpikir bahwa itu kesempatan kedua yang diberikan oleh seorang Dewa, tetapi mereka tidak tahu bahwa mereka baru saja melangkahkan kaki ke pintu kematian.     

"Katakan padaku lebih banyak mengenai Ke Cang Ju." Jun Wu Xie telah memutuskan bahwa Klan Qing Yun adalah sebuah tempat yang memiliki segalanya kecuali keterbukaan dan ketulusan. Orang yang dapat menghasilkan seorang murid seperti Bai Yun Xian dan menjadi ayah dari seorang putri seperti Qin Yu Yan, tak mungkin jika tidak mengerikan seperti Pemimpin Klan Qing Yun.     

"Ke Cang Ju bukan berasal dari Klan Qing Yun. Ia dibawa masuk ke Klan Qing Yun setelah Qin Yue dinobatkan menjadi pemimpin, dan naik peringkat dalam beberapa tahun ke posisi Tetua." Bai Yun Xian menjawab dengan jujur. "Aku tidak tahu identitas asli Ke Cang Ju, kecuali hanya karakternya yang pemurung, karena ia jarang terlihat di Klan Qing Yun. Puncak Awan Tersembunyi tertutup bagi murid lain dan bahkan jika Qin Yue sendiri ingin pergi ke sana, ia harus memberitahu Ke Cang Ju sebelumnya."     

Jun Wu Xie memperhatikan keadaan misterius orang ini dan mendengarkan penuturan Bai Yun Xian mengenai apa yang diketahuinya tentang Klan Qing Yun lebih banyak lagi, sebelum ia menyuruh Bai Yun Xian pergi dan melanjutkan perjalanannya ke kamar Mo Qian Yuan.     

Setelah tidak sadarkan diri sepanjang malam, Mo Qian Yuan sudah kembali sadar. Tetapi rasa sakit itu masih berputar-putar dan terus menyiksanya. Ia dibalut perban dari kepala hingga ujung kaki dan bahkan duduk adalah suatu harapan yang tak dapat diwujudkan.     

Ketika Jun Wu Xie melangkah masuk ke dalam kamar, ia melihat kedua penjaga yang dipanggilnya kemarin berdiri di masing-masing tepi ranjang, yang satu sedang memegang teko teh, dan yang lain memegang baki yang berisi botol-botol obat, wajah mereka suram, jelas karena kurang tidur.     

"Nona Jun." Kedua penjaga itu segera berlutut ketika mereka melihat Jun Wu Xie mendekat.     

"Pergi." Jun Wu Xie berkata datar.     

Kedua penjaga itu segera keluar tanpa ragu, tak lupa untuk meninggalkan barang-barang yang ada di tangannya.     

"Kau di sini …." Mo Qian Yuan tak dapat bergerak, dan hanya dapat menggerakkan matanya untuk berusaha melihat Jun Wu Xie.     

"Apakah pikiranmu sudah mulai jernih?" Jun Wu Xie tak memeriksa luka Mo Qian Yuan tetapi duduk di sebuah kursi di tepi ranjang.     

Mo Qian Yuan tertawa getir, tetapi itu merobek luka di wajahnya dan ekspresinya berkerut kesakitan.     

"Tidak bisa lebih jernih lagi sekarang. Bukankah menurutmu ini semua terjadi karena diriku sendiri?" Jika ia tak mencoba untuk menghalangi Jun Wu Xie, ia tak akan mengalami semua kesakitan ini. Jika saja ia tidak buta dengan sifat asli Klan terkuat di seluruh dataran, berpikir bahwa mereka bijaksana dan pengertian, ia tak akan menyadari bahwa mereka sebenarnya hanya sekelompok binatang buas tanpa ampun dan tak berperasaan.     

Tanpa ada tanda-tanda Jun Wu Xie akan menjawab, Mo Qian Yuan tidak memedulikannya, dan meneruskan monolognya.     

"Aku begitu tolol, jika tidak, aku tak akan berada di dalam situasi ini, dan memerlukan kau untuk menyelamatkanku untuk kesekian kalinya. Ketika aku masih kecil, ibuku, sang permaisuri, selalu mengatakan padaku, sifat manusia adalah baik hati. Bagaimana pun jahatnya seseorang, ia pasti memiliki sisi baik. Memperlakukan orang dengan hati tulus akan membuatmu menerima perlakuan yang sama. Aku percaya dirinya selalu benar selama ini, tetapi peristiwa belakangan ini menunjukkan padaku bahwa ibuku salah dari awal. Ia memperlakukan pria itu begitu baik, dan menahan kecemburuan di dalam hatinya, mengawasi enam belas istana, hanya mengharapkan kedamaian dan ketenteraman di Harem Istana Kekaisaran. Tak peduli selir mana pun yang dibawa lelaki itu, ia tetap tersenyum pada mereka, tak pernah melukai seorang pun dari mereka, mendukung dan membantu lelaki itu menjadi seorang pemimpin cemerlang di generasinya. Ia menelan janji-janji surga yang dibisikkan padanya, dan tak pernah memikirkannya hingga hari ia dibunuh, seluruh hidupnya mengabdi untuk Sang Kaisar dan seluruh keluarganya akhirnya dihancurkan oleh tangan lelaki itu sendiri." Suara Mo Qian Yuan tercekat, menyembunyikan kegetiran yang merayap naik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.