Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Siksaan (1)



Siksaan (1)

0Bau darah yang sengit menyebar di dalam ruangan aula utama di Istana Kekaisaran. Qin Yu Yan duduk di atas singgasana yang merupakan simbol Kekaisaran. Wajahnya yang cantik dan anggun tersenyum lembut seperti biasa, tetapi senyuman itu tidak sampai ke matanya.     

Di bawah kursi singgasana, sekelompok murid Klan Qing Yun yang dipimpin oleh Jiang Chen Qing duduk berkeliling, mulut mereka mencibir, ketika mereka melihat pria yang meringkuk, tergeletak di lantai, di tengah aula.     

Pakaian mewah pria itu kini sudah compang-camping, rambutnya berantakan, dan luka yang tak terhitung jumlahnya, besar dan kecil memenuhi tubuhnya. Darah merah yang cerah menetes dari lukanya yang menganga dan tertumpah di atas lantai pualam yang dingin dan pembawaannya yang tegap dan gagah telah menurun drastis menjadi bola yang meringkuk, gemetar karena kesakitan.     

Pelayan istana dan para kasim berkumpul di sudut ruangan, dipaksa menyaksikan teror di hadapan mereka, karena tak pernah terbayang dalam mimpi mereka, akan menyaksikan kekejian seperti ini.     

"Yang Mulia masih menolak untuk mengungkap lokasi Giok Jiwa? Mengapa kau memilih untuk menderita di bawah siksaan ini? Klan Qing Yun dan Kerajaan Qi selalu berteman, mengapa kau memilih untuk mengganggu kami?" Qin Yu Yan duduk dengan penuh penyesalan dan mengeluh karena jengkel, ia terlihat gusar, matanya tertuju pada sosok yang terkapar di atas lantai dingin.     

Mo Qian Yuan, Kaisar yang baru dinobatkan dari Kerajaan Qi, ditakdirkan untuk menikmati sebuah perayaan dan penghormatan dari orang-orang yang mengaguminya, tetapi ia malah disiksa dengan kejam, di aula utama Istana Kekaisaran, oleh orang-orang Klan Qing Yun.     

Ia tak lagi memiliki tenaga untuk berjuang, dan hanya bernapas lemah dengan wajah menghadap ke lantai keras yang dingin. Wajah tampan itu, memiliki dua luka besar, dan luka itu terbuka membujur dari pelipis kanan dan kirinya sampai ke rahangnya. Darah yang masih mengalir tanpa henti dan rasa sakit telah dilupakan oleh Mo Qian Yuan, karena rasa sakit di bagian luar tubuhnya, terkalahkan dengan rasa sakit yang menyiksa di dalam tubuhnya. Rasanya seolah semua yang ada di dalam tubuhnya dihancurkan dengan belati, dan ia seharusnya sudah pingsan karena rasa sakit itu.     

Namun Mo Qian Yuan tahu, manisnya kenyamanan dari keadaan pingsan tak akan pernah datang.     

Ia tak tahu berapa lama dirinya telah menderita di bawah siksaan ini, ia hanya ingat ketika itu pagi dini hari saat Klan Qing Yun menerobos masuk ke dalam Istana Kekaisaran, dan mengusir keluar semua pejabat istana, dan membanting pintu di aula utama. Mereka kemudian menarik pemimpin kerajaan dari singgasananya dan menjejalkan racun tak dikenal ke dalam tenggorokannya.     

Rasa sakit kemudian dimulai sejak itu ….     

Mereka memotong otot tangan dan kakinya serta mematahkan tulang punggungnya. Ia bahkan tak dapat menghitung jumlah sayatan dan irisan yang telah memenuhi tubuhnya. Rasa sakit itu terlalu kuat untuk ditahan, namun murid Klan Qing Yun telah memberikan sebuah obat supaya dirinya tetap sadar. Tak peduli seberapa pedihnya rasa sakit dan derita yang ia rasakan, ia tak akan pernah jatuh pingsan, dan merasa kesakitan setiap kali siksaan diberikan padanya.     

Mo Qian Yuan ingin tertawa, karena keluguannya sendiri, menertawakan kebodohannya. Semua penderitaan yang dialaminya, disebabkan oleh sikap lugu dan baik hati yang dimilikinya ….     

Jika ia mendengarkan Jun Wu Xie, dan menyerang mereka terlebih dahulu, ia tak akan jatuh ke dalam tangan Klan Qing Yun.     

Namun, ia tak pernah membayangkan bahwa klan tertinggi di bawah langit, klan yang dikenal dengan kemampuan mereka sebagai penyembuh dengan obat-obatannya, mampu melakukan tindakan kejam dan sadis terhadap musuh mereka. Menolak pelukan kematian mereka yang manis, hanya untuk menderita lebih lama di bawah penganiayaan.     

Ia berpikir Jun Wu Xie keji, tetapi apa yang dilakukan Klan Qing Yun padanya, membuat Jun Wu Xie terlihat seperti malaikat.     

Setidaknya, Jun Wu Xie tak akan pernah menyentuh orang tak bersalah.     

Ini adalah taruhan yang ia buat dengannya?     

Apakah Klan Qing Yun akan mempertahankan reputasi mereka sebagai klan yang paling terpandang di seluruh negeri? Dan apakah Qin Yu Yan begitu toleran dan pengertian seperti yang dibayangkannya sebelumnya?     

Mo Qian Yuan menelan darah yang menetes di tenggorokannya, dan mulutnya berkerut mencemooh dirinya sendiri, dan jejak terakhir kemurahan hati di dalam dirinya telah musnah, ketika ia tenggelam dalam siksaan pedih.     

"Kau masih menolak untuk mengatakannya?" Qin Yu Yan memegang dagunya dengan tangannya, seraya melihat Mo Qian Yuan yang membisu dengan tidak sabar. Ia tak menyangka bahwa, Kaisar kerajaan kecil yang lemah seperti ini, memiliki keberanian untuk berbohong padanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.