Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Kekerasan (2)



Kekerasan (2)

0Qin Yu Yan hanya diam saja selama ini, ia duduk dengan tenang di kursinya, wajahnya memakai topeng senyuman lembut.     

Setelah mendengar perkataan Jiang Chen Qing, wajah Mo Qian Yuan bertambah buruk dan ia berkata dengan terbata-bata, "Itu … sepertinya bukan ide bagus. Leluhur kami terbaring dalam istirahat kekalnya, dan kita harus membuka tempat peristirahatannya, itu agak …."     

"Orang yang sudah mati sudah tidak ada artinya, Yang Mulia tak perlu menjadi begitu gusar." Qin Yu Yan berkata dengan lembut. "Mantan Kaisar dan Jun Gu sudah meninggal dan tidak berurusan lagi dengan dunia ini. Mengapa Yang Mulia harus merisikokan seluruh isi Kerajaan Qi hanya demi dua orang yang telah meninggal dunia?"     

Mo Qian Yuan tertegun melihat Qin Yu Yan. Ia tak dapat mempercayai apa yang baru saja didengarnya.     

Merisikokan seluruh Kerajaan Qi?     

Ini jelas merupakan sebuah ancaman!     

Mo Qian Yuan tak menyangka bahwa Qin Yu Yan yang terlihat begitu lembut melontarkan bisa yang lebih mematikan daripada Jiang Chen Qing.     

Tanpa memberikan ruang untuk negosiasi, ia telah mengeluarkan sebuah ultimatum.     

Serahkan Giok Jiwa dan mereka akan pergi. Jika mereka menolak menyerahkannya, Klan Qing Yun tak akan melepaskan Negeri Qi ….     

Mo Qian Yuan akhirnya menyadari betapa lugunya dirinya. Ia berharap utusan Klan Qing Yun dapat dihadapi dengan mudah?     

Lihat saja Jiang Chen Qing, dan lihat Bai Yun Xian. Mereka semua berasal dari Klan Qing Yun dan siapa di antara mereka yang dapat dihadapi dengan mudah?     

Mo Qian Yuan mengingat upaya Bai Yun Xian untuk memusnahkan satu Ibu Kota Kekaisaran dengan sebuah racun, dan racun itu datang tak lain dan tak bukan dari Klan Qing Yun ….     

"Jika Yang Mulia merasa tak nyaman melakukannya, kami dapat melakukannya untuk Anda." Qin Yu Yan tidak menunggu jawaban Mo Qian Yuan dan ia berdiri kemudian menghadap Jiang Chen Qing. "Paman, aku harus merepotkanmu untuk membawa mereka ke Makam Kerajaan dan kuburan Keluarga Jun untuk mengambil Giok Jiwa."     

"Tunggu! Nona Qin, kau …." Qin Yu Yan menyela sebelum Mo Qian Yuan dapat melanjutkan.     

"Yang Mulia sebaiknya tidak gegabah. Aku berharap kau memikirkan seluruh isi kerajaanmu. Kau tak ingin rakyatmu celaka, apakah aku benar?" Senyum lembutnya masih tersungging di wajahnya, tetapi aura dingin ancaman di balik perkataannya dapat dirasakan dengan jelas.     

Setelah mengatakan hal itu, Qin Yu Yan pergi dengan utusan Klan Qing Yun yang lain.     

Setelah utusan Klan Qing Yun melangkah keluar dari aula utama, para pejabat yang berdiri di luar aula berbondong-bondong masuk kembali ke dalam aula dengan gugup. Setelah melihat ekspresi kelam di wajah Mo Qian Yuan, mereka mengunci mulut rapat-rapat dan tak berani bertanya mengenai gangguan di pagi hari ini.     

Di dalam aula utama yang luas, suasana sepenuhnya hening dengan Mo Qian Yuan duduk di kursi kerajaannya menatap kosong utusan Klan Qing Yun yang pergi dan hatinya pun terasa dingin.     

[Aku akan menyimpan Giok Jiwa apa pun caranya, dan tak akan menyerahkannya pada siapa pun. Apakah kau pikir aku akan membunuh mereka semua tanpa alasan yang tepat dan hanya bersikap keji dan brutal? Maka mari kita lihat apa yang akan dilakukan oleh Klan Qing Yun ketika kita menolak untuk menyerahkan Giok Jiwa padahal mereka tahu kita memilikinya?] Kata-kata Jun Wu Xie malam itu terngiang kembali dengan jelas di benaknya seraya ia mengingat tatapan mata Jun Wu Xie yang begitu yakin dan percaya diri.     

Mo Qian Yuan tiba-tiba ingin tertawa, Jun Wu Xie telah sepenuhnya melihat karakter asli Klan Qing Yun, jika tidak, ia tak akan membuat taruhan dengannya.     

Dirinya sendiri yang menurutnya lucu. Ia telah melalui penyiksaan dan penganiayaan di bawah tangan mantan Kaisar dan Mo Xuan Fei untuk waktu yang begitu lama, mengapa ia masih mempertahankan sikap belas kasihnya yang konyol?     

Jun Wu Xie tidak salah, ini adalah kebodohannya sendiri dan tak ada orang lain yang bisa disalahkan.     

Dalam sesi apel pagi yang sangat sunyi, rangkaian tawa jahat tiba-tiba memecah kesunyian, dan seluruh pejabat menatap terpaku pada Kaisar yang tertawa keras, tak sanggup berhenti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.