Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Taruhan (2)



Taruhan (2)

0"Apa maksudmu?" Jantung Mo Qian Yuan berhenti berdetak sesaat.     

"Aku akan memiliki Giok Jiwa apa pun caranya, dan tak akan memberikannya pada siapa pun. Bukankah kau berpikir aku ingin membunuh mereka tanpa alasan dan aku hanya bersikap sembrono dan brutal? Maka mari kita lihat apa yang akan dilakukan Klan Qing Yun ketika kita menolak menyerahkan Giok Jiwa padahal mereka tahu kita memilikinya?" Jun Wu Xie awalnya ingin mengatasi masalah ini langsung tetapi kini ia berubah pikiran.     

Bukan untuk alasan lain, selain mengasah si perisai tumpul Mo Qian Yuan supaya lebih tajam.     

Wataknya yang hangat, butuh sedikit dipanaskan.     

Keluarga Jun di masa depan akan menghadapi banyak musuh dan permasalahan, dan Jun Wu Xie tak ingin berhadapan dengan hati mulia Mo Qian Yuan setiap saat. Untuk mencegah mimpi buruk berulang di masa yang akan datang, ia memilih untuk membiarkan Mo Qian Yuan melewati gerinda.     

Begitu ia melihat kekejaman dan kebengisan musuh, ia akan mengerti, memiliki hati yang penuh kebaikan hanya akan membunuhnya.     

"Katakan pada Klan Qing Yun besok bahwa potongan Giok Jiwa yang dimiliki oleh Keluarga Jun telah dikubur bersama para tetua keluarga dan berharap mereka dapat melupakan permintaan mereka." Sedangkan reaksi mereka, akan berada di luar kendalinya.     

Mata Mo Qian Yuan memperlihatkan emosi yang bercampur aduk. Ia tak menyangka Jun Wu Xie akan menyerah pada Klan Qing Yun sejak awal, dan entah bagaimana ia merasa, bahwa niatnya tidak sesederhana yang dikatakan.     

"Baik, aku akan mencobanya." Mo Qian Yuan mendengus.     

Jiang Chen Qing bukan orang yang mudah, tetapi Qin Yu Yan terlihat seperti orang yang lebih pengertian.     

Sementara mereka berbicara, para penjaga membawakan Giok Jiwa dan menyerahkannya pada Mo Qian Yuan yang langsung memberikan pada Jun Wu Xie.     

Setengah potongan Giok Penenang Jiwa tersimpan di dalam sebuah kotak brokat, dan setelah Jun Wu Xie memeriksanya, ia menutup kotak itu dan menyimpannya ke dalam tempat aman.     

Mo Qian Yuan telah melihat Giok Jiwa ini sebelumnya, dan tidak berpikir itu adalah benda yang penting. Ia tak akan menyangka bahwa sepotong kecil Giok Jiwa akan membuat Jun Wu Xie menentang Klan Qing Yun. Ia tak ingin menggali lebih jauh karena ia percaya apa pun yang dilakukan Jun Wu Xie, gadis itu pasti memiliki alasan yang tepat.     

Dengan apa yang ada di tangannya, dan taruhan yang telah ditetapkan, Jun Wu Xie tak memiliki banyak perkataan lagi. Ia berbalik untuk meninggalkan kamar dan Jun Wu Yao mengikuti, selanjutnya mereka pun menghilang.     

Di luar kamar Mo Qian Yuan, Jun Wu Xie menatap langit yang bertabur bintang, dan berbalik menghadap Jun Wu Yao yang mengikuti di belakangnya. Jun Wu Yao tersenyum dan dengan lembut melingkarkan tangannya di tubuh Jun Wu Xie. Dengan sebuah lompatan, mereka melayang ke udara sekali lagi.     

Para penjaga di luar kamar, menatap tertegun sosok yang melayang di udara melintasi langit dan bertanya-tanya dalam hati.     

Di bawah langit malam yang berbintang, angin dingin menerpa tubuh mereka, tetapi tak berpengaruh sedikit pun pada Jun Wu Yao. Wanita di tangannya selalu kedinginan dan merasa tidak sehat, tetapi di dalam dekapan tangannya, pria itu menekan tubuh mungilnya ke dadanya, kehangatan menyebar dari tubuhnya yang perkasa.     

"Mengapa membuang-buang waktumu membuat taruhan dengan si dungu itu?"     

Jika menurutmu tidak berharga, singkirkan saja.     

"Sebuah pedang harus diasah supaya menjadi tajam, aku hanya meletakkannya di bawah sebuah gerinda." Ini mungkin perubahan cara pandang Jun Wu Xie terhadap Jun Wu Yao yang membuatnya begitu terbuka padanya.     

"Pedang tajam?" Jun Wu Yao menaikkan alisnya, tak berbicara lebih banyak.     

"Mo Qian Yuan adalah seorang pria yang cerdas, hal-hal yang tak pernah diajarkan Kaisar sebelumnya kepadanya, aku bisa mengajarkannya. Kerajaan Qi memerlukan seorang Kaisar, aku memerlukan pewaris takhta yang sah yang akan berhutang budi pada kebaikan Keluarga Jun." Jalur untuk menjadi seorang Kaisar yang hebat tak memiliki ruang untuk kebaikan sejati dan kemurnian. Mo Qian Yuan telah ditinggalkan dan dihinakan oleh mantan Kaisar dan tak memiliki kesempatan untuk banyak belajar. Jun Wu Xie tak keberatan, untuk melatih dan mendidik dirinya menjadi Kaisar yang kompeten.     

"Sayangku sangat baik padanya." Jun Wu Yao berkata sambil tertawa, tetapi matanya tak menunjukkan sedikit pun rasa senang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.