Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Giok Penenang Jiwa (4)



Giok Penenang Jiwa (4)

0Senyum itu masih tertinggal di wajah Jun Wu Yao, tetapi sinar di matanya meredup bagaikan ombak yang menjauh dari pantai.     

Jun Wu Xie tak menyadari perubahan itu dan terus mengoceh, "Tak perlu mencelakai mereka kali ini, aku hanya perlu menemui Mo Qian Yuan."     

Itu bagus sekali, aku hanya perlu menyerahkannya ke dalam tangan Putra Mahkota terkutuk itu!     

Pembunuhan bergolak di kedalaman mata Jun Wu Yao. Baik, ia akan membawanya ke sana, dan di saat yang sama, menyingkirkan siksaan bagi mataku, Kaisar yang baru saja dinobatkan!     

Ketika ia tak mendengar jawaban dari Jun Wu Yao, Jun Wu Xie mengangkat kepalanya dan melihat perubahan di mata Jun Wu Yao, dan ia mengigit bibirnya sambil merenung.     

Ia lupa bahwa antara Jun Wu Yao dan dirinya, mereka bukan hanya sekedar orang asing yang saling menggunakan satu sama lain untuk mencapai tujuan mereka.     

Mengingat semua yang telah dipelajarinya sejak kelahirannya kembali dari ayah dan anak Keluarga Jun dalam hal keahlian komunikasi antar anggota keluarga, Jun Wu Xie menjadi tegang, dan kata-kata sulit keluar dari mulutnya.     

"Kakak besar?"     

" …. " Kilat menyambar hati Jun Wu Yao!     

Musim dingin berlalu, dan es serta salju meleleh, dan musim semi adalah waktunya untuk lahir kembali!     

Hasrat untuk membunuh yang begitu dingin di hatinya telah meleleh dengan kedatangan musim semi yang menghangatkan hatinya!     

Jun Wu Yao terdiam, seraya tubuh jangkungnya berjalan menghampiri Jun Wu Xie, ia mengulurkan tangannya yang kekar, dan melingkarkannya ke tubuh mungil Jun Wu Xie. Dengan sebuah lompatan tinggi, mereka melayang ke udara!     

Jun Wu Xie refleks melingkarkan tangannya di leher Jun Wu Yao ketika lompatan itu membawa mereka melayang ke langit. Jun Wu Yao menggendongnya terbang melintasi udara, bintang-bintang di atas langit sepertinya dapat dijangkau jika ia mengulurkan tangannya.     

"Wu Xie." Suara Jun Wu Yao terdengar di telinganya di tengah deru angin.     

"Hmm?"     

"Katakan lagi." Suara yang sedikit serak bercampur dengan antisipasi.     

Jun Wu Xie menatap kosong dan memikirkannya sejenak sebelum ia akhirnya sadar apa yang dibicarakan Jun Wu Yao.     

"Kakak besar."     

Tangan yang melingkar di tubuh Jun Wu Xie semakin erat, meremas begitu erat sampai-sampai hampir meremukkan badannya.     

"Ke mana pun kau ingin pergi, apa pun yang ingin kau lakukan, kakak akan bersamamu. Baik?" Jun Wu Yao menundukkan kepalanya dan melihat Jun Wu Xie di dalam dekapannya. Gadis ini begitu mungil dan ringan, tetapi saat itu, beratnya mencapai satu ton, dan ia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk memegangnya atau ia bisa-bisa lenyap dari cengkeramannya.     

Jun Wu Xie merasakan gejolak emosi dalam diri Jun Wu Yao dan merasa heran, hingga sebuah pemikiran menyadarkannya.     

Jun Wu Yao ini mungkin sangat kuat, tetapi hati pria itu mungkin sama saja dengan hatinya.     

Pertama kali ia merasakan perhatian dan kasih sayang dari Jun Xian dan Jun Qing, ia bereaksi dengan cara yang sama.     

Jun Wu Yao hanya berinteraksi dengannya dan tak ada yang lain. Pria itu telah memperlakukan dirinya sebagai orang yang berjasa menyelamatkan nyawanya dan rasa kepercayaan tumbuh di dalam dirinya.     

Jun Wu Xie yang tak pernah merasakan cinta, tentu saja menghubungkan sikap tidak normal Jun Wu Yao dengan pengalaman pribadinya yang begitu pahit.     

"Baik." Ia mengangguk pelan.     

Ia memiliki Kakek, paman, dan mungkin ayah di masa depan. Menambahkan seorang kakak di dalam keluarga rasanya tidak menuntut terlalu banyak.     

Jun Wu Yao tersenyum puas. Ia tak tahu apa itu, yang membuat gadis kecil yang cuek ini akhirnya terbuka, tetapi apa pun itu, ia merasa begitu fantastis!     

Keduanya dengan takdir yang saling bertautan, memiliki dua definisi yang berlawanan untuk satu kata, "kakak."     

Di dalam Istana Lin, Kucing hitam kecil duduk di halaman paviliun, dan menatap langit, melihat bintik yang menghilang di kejauhan, gemetar karena ketidakcakapannya.     

[Oh tidak! Nonaku telah diculik lagi!]     

[Nona! Kau meninggalkanku!?]     

[Bawa aku serta!]     

Teratai Kecil yang berdiri di suatu sisi, diam-diam bergegas melangkahkan kaki pendeknya, dan pergi ke kamar, memanjat ke lemari di mana Nektar Giok disimpan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.