Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Aku Perlu Lebih Kuat (1)



Aku Perlu Lebih Kuat (1)

0Jun Wu Xie segera kembali ke Istana Lin dan bertemu dengan Jun Xian dan Jun Qing di ruang kerja, meminta mereka menceritakan padanya semua mengenai Giok Jiwa.     

Air muka Jun Xian bertambah suram seraya dirinya mengembuskan napas dan berkata, "Giok Jiwa telah dikubur bersama dengan ayahmu."     

Jun Wu Xie tetap diam, sembari mengamati raut wajah Jun Xian dan Jun Qing. Ia menyimpulkan kedua ayah dan anak ini enggan mengganggu istirahat abadi ayahnya.     

Dari Jun Xian, ia memahami bahwa orang-orang di dunia ini akan meletakkan sebuah batu giok ke dalam mulut orang yang telah meninggal untuk mengusir setan, dan percaya bahwa ini akan membiarkan jiwa mereka beristirahat dengan tenang. Meletakkan sebuah batu giok di mulut orang yang telah meninggal dunia dan menguburkannya bersama batu itu adalah sebuah praktik yang pernah didengar Jun Wu Xie di kehidupan sebelumnya juga. Itu adalah kebiasaan kuno dari masa lampau.     

Giok Jiwa dianugerahkan oleh Kaisar pendiri Kerajaan kepada keluarga mereka, dan sebagai simbol kejayaan Negeri Qi. Ketika Jun Gu terbunuh di medang perang, Jun Xian begitu berduka dan barang-barang yang berhubungan dengan kejayaan yang diraih dari pertempurannya sendiri hanya mengingatkan dirinya atas kegetiran yang ia rasakan karena kehilangan putranya, dan ia memutuskan untuk menguburkan Giok Jiwa bersama dengan Jun Gu.     

Siapa yang menyangka bahwa setelah bertahun-tahun, Klan Qing Yun datang mencari Giok Jiwa itu?     

"Sehubungan dengan hal ini, pamanmu dan aku akan menyelesaikan masalah ini." Jun Xian melenguh, dan telah memutuskan sesuatu di dalam hatinya.     

Sang Wafat tak lagi berada di dunia ini, sementara orang-orang yang masih hidup menderita karena kesulitan dalam hidup. Klan Qing Yun yang maha kuasa bukan sesuatu yang dapat dihadapi Istana Lin. Bahkan jika ia menolak, fakta bahwa Giok Jiwa dikuburkan bersama dengan Jun Gu telah diketahui banyak orang, dan dengan sedikit penyelidikan, Klan Qing Yun akan menemukannya dengan mudah.     

Mengetahui cara semena-mena yang akan dilakukan Klan Qing Yun, mereka akan mengabaikan protes yang dilakukan oleh Keluarga Jun.     

Daripada membiarkan Klan Qing Yun menggali kuburan itu dengan paksa, mereka lebih baik melakukannya sendiri.     

Jun Wu Xie, tetap terdiam, seraya melihat tatapan tak berdaya dan duka mendalam di wajah Jun Xian dan Jun Qing, ia meremas tangannya erat-erat.     

Perbedaan kekuatan mereka menunjukkan padanya dengan jelas bagaimana realitas sebenarnya.     

Hukum rimba, yang lemah mengandalkan belas kasih yang kuat. Walaupun mereka enggan melakukannya, tak ada cara lain.     

Lalu kenapa jika ia mampu memaksa Kaisar turun dari takhtanya? Seluas-luasnya bumi ini, ada banyak kekuatan yang sanggup memaksa Keluarga Jun menyerah.     

Situasi ini menjadi contohnya. Klan Qing Yun telah mendesak Keluarga Jun sehingga tak memiliki pilihan selain menodai kuburan Jun Gu, atau jika Klan Qing Yun menemukan apa yang dilakukan Jun Wu Xie terhadap Bai Yun Xian, seluruh Keluarga Jun akan dimusnahkan.     

Bahkan dengan ratusan ribu Prajurit Rui Lin yang kuat melindungi mereka, di antara delegasi sebanyak lebih dari dua puluh orang dari Klan Qing Yun, banyak yang berkeahlian tinggi. Dengan kekuatan Jiang Chen Qing, jika ia ingin membunuh ketiga anggota Keluarga Jun di Istana Lin, seluruh Prajurit Rui Lin tak akan dapat menghentikannya!     

Jun Wu Xie menggertakkan giginya, ia tak ingin Keluarga Jun menjadi begitu tak berdaya.     

"Kau sebaiknya beristirahat." Jun Xian mendengus. Ia merasa sangat enggan, namun ia tak siap merisikokan nyawa putra dan cucu perempuannya.     

Teraniaya walaupun mereka tak bersalah.     

Keluarga Jun yang terpandang harus menderita karena ketidakadilan ini.     

Jika Klan Qing Yun mengetahui bahwa setengah Giok Jiwa itu berada di tangan Keluarga Jun, Klan Qing Yun akan memaksa untuk mendapatkannya jika Keluarga Jun tidak menyerahkannya.     

Jun Wu Xie berdiri, dan pergi tanpa bicara.     

Ia berjalan keluar dari ruang kerja dan menatap langit malam. Bulan bundar yang cerah dan langit bertabur bintang tak dapat memaksanya menghargai keputusan kakeknya.     

"Apa yang ada di benakmu?" Suara yang sedang melamun terdengar.     

Jun Wu Xie tak menoleh, ia sudah tahu siapa pemilik suara itu.     

"Jun Wu Yao." Ia memanggilnya, matanya tertuju pada langit di atasnya.     

"Hmm?"     

"Apakah kau kuat?"     

Langkah yang menghampiri Jun Wu Xie berhenti. Ia tak tergesa-gesa seperti biasanya, untuk memeluk gadisnya. Wu Yao mengecilkan matanya, dan menatap punggung yang merenung di hadapannya.     

"Aku rasa begitu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.