Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Menyelesaikan Masalah (2)



Menyelesaikan Masalah (2)

0Jika bukan karena manuver tegas Jun Wu Xie, Mo Qian Yuan tidak akan pernah dapat duduk di takhta.     

Jun Wu Xie melemparkan pandangan ke arah sosok kalah yang dipegangi oleh para penjaga, dan matanya kembali memandang sosok di singgasana, pada Mo Qian Yuan yang terlihat seperti pahlawan di atas podium.     

"Mengapa menurutmu ia melakukannya?"     

Mantan Kaisar berhenti, dan berkata dengan menggertakkan gigi, "Serakah dan ambisi, apa lagi?"     

Jun Wu Xie tidak mengalihkan pandangannya, "Ia adalah anjing setiamu, tetapi kau menjadikannya seekor serigala. Kau membunuh ibunya, mengeksekusi keluarga ibunya, dan meracuni dirinya. Kau menyudutkan dia, dan memutuskan hubungan ayah dan anak. Kau masih punya harga diri untuk mengaku sebagai ayahnya?"     

Ini semua terlalu akrab baginya. Di kehidupan sebelumnya, ia juga tak diperlakukan seperti seseorang yang memiliki hubungan darah, ia diperlakukan seperti anjing, dikurung sepanjang waktu. Hanya di kehidupan saat ini, ia belajar dari Jun Xian, seperti apa sebenarnya seorang kakek.     

Kau menabur benihnya, kau akan menuai hasilnya.     

Untuk Mo Qian Yuan sampai melakukan apa yang ia perbuat sekarang, semua itu karena apa yang dilakukan mantan Kaisar padanya.     

Pria tua itu tak dapat berkata-kata, dan terduduk lemas dalam kekalahan.     

"Ini waktunya untuk mengurus kalian semua." Jun Wu Xie memberikan isyarat pada penjaga Rui Lin.     

Mantan Kaisar menjadi ketakutan, intuisinya terhadap Jun Wu Xie yang mengerikan bertambah tajam. Ia ingin berteriak, tetapi dibungkam tanpa ampun oleh penjaga Rui Lin, dan diseret pergi dari sudut aula utama Istana.     

Ruang bawah tanah Istana selalu menjadi tempat di mana para anggota Keluarga Kekaisaran melakukan perbuatan-perbuatan pengecut. Tempat itu terisolasi dengan baik dan gelap serta suram. Hanya sedikit orang di luar anggota Keluarga Kekaisaran yang mengetahui tentang keberadaan tempat itu. Selama beberapa generasi pemerintahan, banyak eksekusi bagi orang yang menentang Kaisar dilakukan di sini, termasuk Jun Xian yang sebelumnya ditahan di sini, menunggu kematiannya.     

Mantan Kaisar diseret ke ruang bawah tanah, rantai besi di kakinya ditarik-tarik di sepanjang lantai batu, suara logam berdenting di atas batu terdengar jelas. Di ruang bawah tanah yang sunyi, suara itu bergema semakin keras.     

Di dua sudut yang saling berhadapan di ruang bawah tanah, di balik dua jeruji besi, Mo Xuan Fei dan Bai Yun Xian dikurung terpisah. Suara rantai yang berdenting membangunkan mereka dari mimpi buruk yang mengisi tidur mereka. Mereka membuka mata lebar-lebar, melihat ke luar.     

Mo Xuan Fei telah kehilangan aura congkaknya sebagai Pangeran Kedua karena roh kontraktualnya telah hancur, kakinya lumpuh, dan kedua tangannya dirantai ke kursi roda. Ia harus tidur sambil duduk tegak di kursi roda dan kepalanya terantuk kesana kemari, pakaiannya sudah dekil, dipenuhi darah, debu dan kotoran sehingga warnanya tak dapat dibedakan lagi. Rambutnya yang acak-acakan terurai berjatuhan, wajahnya menjadi pucat karena siksaan rasa sakit yang dideritanya, matanya tak memiliki ekspresi apa pun, hanya teror.     

Ia tak terlihat seperti manusia, bahkan jika si lumpuh yang compang camping dan ringkih ini dilemparkan ke jalanan, tak akan ada yang percaya sebelumnya ia adalah Pangeran Kedua yang congkak dan sopan.     

Ia terbangun karena dikagetkan suara nyaring rantai itu, wajahnya diselimuti topeng ketakutan ketika ia melihat ayahnya diseret ke dalam selnya seperti hewan ternak, dan dicampakkan ke lantai.     

"Pangeran Kedua, aku yakin kau sehat." Suara yang dingin tiba-tiba terdengar dari luar sel penjara. Hati Mo Xuan Fei menciut ketakutan mendengar suara itu, dan tubuhnya mulai bergetar tak terkendali.     

Giginya bergemelatuk ketika ia menoleh, melihat Jun Wu Xie berdiri di depan jeruji.     

Ia mengenakan gaun biru muda, warna dingin yang begitu sesuai dengan kepribadiannya, dan wajah cantiknya tak memiliki ekspresi, matanya seperti sumur yang sudah mengering, menatap seekor anjing yang tak bernyawa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.