Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Menyelesaikan Masalah (1)



Menyelesaikan Masalah (1)

0Di dalam ruangan, Jun Wu Xie kumur-kumur berulang kali tetapi tak dapat menghilangkan rasa darah di dalam mulutnya. Ia duduk di tepi meja, melihat perjuangan kucing hitam kecil, matanya diselubungi perasaan khawatir.     

Ia menjulurkan tangannya, seperti yang selalu ia lakukan, untuk membelai bulunya.     

"Bertahanlah." Ia berbisik.     

Kucing hitam kecil tidak tahu sudah berapa lama ia berjuang, binatang kecil itu hanya mengingat tubuh Singa Emas raksasa terkoyak oleh cakar kecilnya sedikit demi sedikit. Tubuh singa itu kini babak belur dan dipenuhi luka-luka, terjebak di dalam kegelapan dan ia kelelahan seraya berbaring di dalam kehampaan ketika sebuah suara terdengar, suara yang terlalu akrab di telinganya.     

"Miauw."     

Jun Wu Xie memutar badannya ketika merasakan kehangatan di pipinya dan ia pun membuka kelopak matanya yang terasa berat. Kucing hitam kecil menggosokkan tubuhnya di wajah Nonanya dengan penuh cinta.     

[Mengapa kau tertidur di sini?] Kucing hitam kecil bertanya, mengedipkan matanya pada Jun Wu Xie. Kucing itu terbangun dan menemukan Jun Wu Xie tidur pulas di meja.     

Jun Wu Xie duduk, tak menjawab pertanyaan Kucing hitam kecil. Ia mengamati binatang kecil ini dengan cermat dan menemukan corak bulu emas di sekeliling lehernya hingga ke dadanya. Corak itu terlihat seperti sebuah kalung emas yang menyatu dengan kulitnya begitu kontras dengan bulu hitam pekatnya.     

Kucing hitam kecil memiringkan kepalanya bertanya-tanya dan mengikuti arah tatapan Jun Wu Xie, dan melihat bulu emas sembari menggaruk dadanya.     

[Hei, ini terlihat seperti kawan besar itu!] Kucing hitam kecil berseru.     

"Bagaimana perasaanmu!?" Jun Wu Xie malah bertanya padanya.     

[Aku merasa penuh dengan energi! Begitu segar! Singa bodoh itu datang ke dalam mimpiku entah bagaimana caranya, dan aku memakannya lagi! He … he ….] Kucing hitam kecil berseru dengan bangga, hidungnya diangkat tinggi-tinggi, dan memamerkan cap emas di dadanya bagaikan sebuah lambang kehormatan.     

Jun Wu Xie mengacak-acak bulu di kepalanya, akhirnya merasa lega setelah semalaman cemas, melembutkan pandangannya ketika ia melihat kucing hitam kecil yang bahagia itu.     

Kucing hitam kecil tidak merasakan perbedaaan apa pun selain cap emas itu dan ia hanya mengusapnya, dan tidak memikirkannya lagi.     

Dua hari kemudian, Putra Mahkota Mo Qian Yuan resmi naik ke takhta, perayaan skala nasional diadakan, Kaisar yang baru dinobatkan, memberikan grasi kerajaan pada para kriminal tingkat rendah.     

Di hari dirinya naik ke takhta, ia mereformasi sistem Kantor Istana Kekaisaran, menyingkirkan lintah koruptor dari posisinya yang penuh kekuasaan, dan memberikan promosi pada pejabat yang bersahaja.     

Kaisar yang baru menunjuk para pejabat istana baru bukan berdasarkan dari latar belakang keluarga atau status sosial yang dimilikinya sejak lahir, tetapi berdasarkan kemampuan mereka. Ini memenangkan sorakan dan dukungan yang lebih besar dari rakyat.     

Sementara perayaan berlangsung, sosok yang diliputi kemarahan diseret dengan paksa oleh dua orang Prajurit Rui Lin untuk berdiri di sudut ruangan selama upacara pagi hari, untuk melihat Mo Qian Yuan mengenakan jubah kekaisarannya dengan gemilang, duduk di atas singgasana, memerintah dan memimpin kerajaan.     

"Bukankah ini pemandangan yang begitu mewah?" Jun Wu Xie menghampiri dan bertanya pada pria tua yang berwajah pucat kelabu.     

Kaisar sebelumnya begitu pucat dan kurus kering, matanya redup karena kekalahan. Ia selalu sangat berhati-hati untuk melindungi takhtanya, dan sekarang takhta itu direbut oleh keturunan yang dibencinya. Lebih parah lagi, ia dipaksa untuk menyaksikan pemandangan yang memuakkan ini, oleh para penjaga dari Prajurit Rui Lin.     

Jarum Jun Wu Xie telah menusuk matanya, tetapi tidak cukup untuk membuatnya buta, hanya membuat matanya terus terbuka sepanjang waktu. Ia tak ingin melihat, tetapi jarum perak yang menancap di matanya tak mengizinkan dirinya menutup mata.     

Jun Wu Xie ingin ia menderita dan merasakan siksaan karena menyaksikan Takhta Kaisar yang begitu dicintainya, direbut oleh putra yang dibencinya!     

Dari seorang Kaisar yang berada di atas segalanya, menjadi tahanan rendahan. Terpukul dengan kemunduran besar seperti itu, rambut mantan Kaisar berubah menjadi putih, hanya dalam beberapa hari, terlihat lebih tua puluhan tahun.     

"Jun Wu Xie, kau menang. Aku kalah, bunuh banyak orang sesuai keinginanmu! Jangan senang dahulu! Mo Qian Yuan menaiki takhta dengan membunuh ayahnya, kau pikir ia akan membiarkan Istana Lin sejahtera!?" mantan Kaisar memandang geram pada Jun Wu Xie, mengetahui apa yang sanggup diperbuat Mo Qian Yuan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.