Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Dilahap (4)



Dilahap (4)

0Kaisar gemetar melihat Mo Xuan Fei yang tergeletak di lantai, ia merasa hatinya bagaikan ditusuk dengan sebuah pisau.     

Ia tak mengingkari bahwa ketika Mo Xuan Fei memanggil Singa Emas, ia begitu gembira dan merasa mereka memiliki kesempatan besar untuk menang.     

Namun ketika ia melihat pertarungan getir yang dilakukannya, dan ketika singa itu mulai dimakan oleh monster hitam Jun Wu Xie, hatinya menciut dan firasat buruk menyeruak dari kedalaman hatinya.     

Jun Wu Xie adalah reinkarnasi dari iblis!     

Kaisar tak lagi melihatnya sebagai orang normal, ia mampu meraih tujuan yang begitu besar dalam usia semuda ini dan mampu merencanakan hal seperti ini dan rencananya untuk memaksa Kaisar turun dari takhtanya bukan sesuatu yang dapat dilakukan oleh seorang remaja berusia empat belas tahun. Terlebih lagi, monster hitamnya mampu memangsa Singa Emas ….     

Ia memang bukan manusia! Ia adalah iblis!     

Kaisar merasakan sensasi dingin di tulang punggungnya, tubuhnya bergetar ketika kembali duduk di singgasananya. Ia tak berani memohon satu kata pun untuk menyelamatkan Mo Xuan Fei.     

"Bawa dia kembali." Jun Wu Xie mengernyitkan keningnya dan menatap hina Mo Xuan Fei yang mengalami kejang di lantai dan mulutnya mulai mengeluarkan busa. Orang ini tak dapat menunggu serangan keduanya dan sudah hampir mati.     

Kedua Tentara Rui Lin mengangkatnya kembali ke kursi rodanya, kali ini ia tak lagi melawan, ia mengigau dan mulutnya terus mengeluarkan busa.     

Roh kontraktualnya telah dimangsa dan menyebabkan jiwanya terluka parah.     

Setelah menyaksikan semuanya, Bai Yun Xian begitu ketakutan dan menjadi pengecut, meringkuk mencoba bersembunyi di balik sebuah pilar, berharap Jun Wu Xie tak dapat melihatnya.     

Malang, bagaimana Jun Wu Xie dapat melupakan seseorang yang telah 'memberikan perlakuan khusus' pada kakeknya?     

Ketika Jun Wu Xie menatap Mo Qian Yuan, ia langsung memahami maksud gadis itu dan mengajak dua Tentara Rui Lin ikut bersamanya untuk menarik Bai Yun Xian keluar dari balik pilar, mengabaikan teriakan melengking dan bahkan menyumpal mulutnya dengan kain ketika mereka menariknya ke suatu sudut di aula, menunggu hukumannya dijatuhkan.     

Kini pembukaan acara pengunduran diri Kaisar sudah berakhir, waktunya untuk acara utama.     

Senyum Jun Wu Xie telah lama hilang ketika ia menatap datar ke arah singgasana, perlahan mendekatinya, dan menghampiri Kaisar yang wajahnya gelap bagaikan abu saat ini.     

"Ja … jangan mendekat …." Kaisar terbata-bata dan mundur ketakutan, tatapan dingin yang terpaku padanya membuat Sang Kaisar merasa seakan angin topan yang dingin turun dari langit dan ia terjebak di tengahnya, tak mungkin melarikan diri.     

"Aku hanya ingin bertanya sesuatu." Jun Wu Xie menatap matanya.     

"Pertanyaan apa yang kau miliki?" Kaisar melihat Jun Wu Xie dengan gugup, keringat dingin membasahi seluruh punggungnya.     

"Ayahku meninggal, pamanku terluka, apakah kau yang bertindak di balik layar dan menyebabkan semua ini?" Jun Wu Xie memicingkan matanya sambil menatap Kaisar dengan pandangan dingin yang menusuk tajam.     

Seluruh tubuh Kaisar berguncang ketakutan saat ini dan ia mencoba untuk menghindar dari tatapannya yang menusuk.     

Ia tak berani menjawab … dan juga tak dapat menjawab ….     

Jika ia menjawab, ia akan mati!     

"Bukan … bukan aku …." Ia memaksakan kata-kata itu keluar dari mulutnya.     

Jun Wu Xie melengkungkan bibirnya dan mengeluarkan lima buah jarum.     

"Ini yang kau minta." Sampai saat ini, ia masih tidak mau mengakuinya, hanya ada satu jalan, jalan menuju ke kematian!     

Kemerosotan Keluarga Jun tentu saja bukan sebuah kebetulan dan melihat reaksi Jun Qing dan Jun Xian yang cenderung menghindar ketika ia bertanya mengenai kematian ayahnya, ia telah menebak bahwa itu ada hubungannya dengan Sang Kaisar yang bermain di balik layar.     

Setelah Istana Lin memenangkan perang, Kaisar telah memutuskan untuk menyingkirkan mereka karena mereka sudah selesai melakukan tugasnya. Ia benar-benar memiliki nyali memperlakukan mereka seperti pion dan membuang mereka dengan cara kejam!     

"Aku akan memberimu kesempatan untuk memikirkan apa yang akan ditulis di batu nisanmu."     

Mo Qian Yuan terkejut, sebelum ia dapat berpikir lebih jauh apa maksud Wu Xie, beberapa saat selanjutnya, teriakan melengking terdengar memenuhi aula istana, begitu mengejutkan sehingga bahkan tombak peraknya terjatuh ke lantai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.