Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Seni Membunuh (3)



Seni Membunuh (3)

0Para pejabat berlutut di depan gerbang mengintip ke atas tembok dan begitu melihat Kaisar, mereka mulai berteriak, merasa yakin Kaisar akan menyelamatkan mereka.     

Namun ketika mereka melihat mayat yang tergeletak di tanah dan mengenali wajahnya, hati mereka menciut dalam keputusasaan!     

Para pejabat itu membisu, bahkan Wu Wang dan Wei Qun Hua tak dapat lari dari tebasan pedang, siapa mereka mengharapkan keadaan berbeda bagi mereka?     

Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, para pejabat istana merasakan seolah mereka tenggelam ke dalam kiamat yang tak tertunda.     

"Jun Wu Xie, mengapa kau membawa mereka ke sini?" Kaisar bertanya dengan suara gemetar. Ia berpikir menyaksikan eksekusi Wu Wang dan ayah mertuanya adalah batas maksimal yang dapat diterimanya. Melihat para pejabat berlutut memohon di depan gerbang membuatnya mual, seraya ia berjuang untuk tetap berdiri tegak.     

Ia mengamati wajah para pejabat itu. Semua tanpa kecuali, adalah musuh Istana Lin yang telah mencemarkan nama mereka atau mencoba menghina mereka dengan cara apa pun.     

Ia tak melewatkan satu orang pun, atau salah menangkap satu orang pun.     

Prajurit Rui Lin telah menangkap semua pejabat di Ibu Kota Kekaisaran yang berkomplot menentang Keluarga Jun, dalam satu serangan!     

Kuku tajam kengerian menancap di hati Kaisar, dan ketika ia melihat mata dingin dan tak kenal ampun Jun Wu Xie, ia merasa kuku itu tertancap semakin dalam.     

Orang gila ini mampu melakukan apa saja!     

"Biarkan mereka membaca." Jun Wu Xie melemparkan tas itu ke atas tanah di hadapan para pejabat, dan gulungan kertas itu berserakan ketika menggelinding keluar.     

Long Qi memerintahkan pada Prajurit Rui Lin untuk menyerahkan gulungan kertas itu pada pejabat istana, dan memaksa mereka membukanya untuk membacakan isinya.     

Wajah mereka menjadi pucat dan mereka mulai gemetar, menghadapi ketakutan.     

"Baca!" Jun Wu Xie berseru, suaranya bergema dengan kesadisan.     

Pedang Long Qi dikeluarkan dari sarungnya dan ditodongkan ke leher pejabat yang berada di ujung kanan. Pria itu hampir menangis dan dengan suara gagap, ia membaca, "Liu Pu … Kai … Kai Yuan … tanggal tiga … tiga belas, men … menculik seorang wanita, … mem … membunuh keluarganya …."     

Suara itu, walaupun bergetar, cukup kencang karena pedang yang ditodongkan di lehernya, dan terdengar oleh semua orang yang hadir di situ.     

Ia berkeringat begitu banyak di malam yang dingin ketika membacakan isi gulungan itu sampai habis, dan terjatuh di atas onggokan kertas, kelelahan.     

"Bunuh." Jun Wu Xie memerintah dengan suara pelan.     

"Ampun! Aku tidak …." Pejabat Liu Pu yang berlutut di tengah mulai memohon sebelum ucapannya disela oleh ayunan cepat pedang Prajurit Rui Lin yang berdiri di belakangnya.     

Kepala berdarah itu berguling, membentuk jejak merah.     

Para pejabat itu meringis ketakutan ketika menyaksikan pemandangan yang terjadi di depan mata mereka, ancaman gulungan yang menumpuk di hadapan mereka yang diketahui berisi rincian kejahatan di masa lalu yang mereka lakukan, dan apakah setelah ini giliran mereka?     

Kematian bergantung di kepala mereka, menghantui setiap pejabat yang berlutut di depan gerbang istana. Jun Wu Xie tak akan menyisakan satu pun di antara mereka!     

Ketika gulungan yang berisi daftar kejahatan mereka dibacakan, itu adalah kata-kata terakhir yang akan mereka dengar.     

"Yang Mulia! Selamatkan kami!"     

"Yang Mulia!"     

Mereka menangis, memohon, pejabat kelas atas memohon Kaisar untuk turun tangan dan melimpahkan kebajikannya ketika mereka berlutut di atas tanah keras.     

"Jun Wu Xie! Untuk kejahatan ini, investigasi akan dilakukan dan hukuman akan dijatuhkan oleh pejabat otoriter! Siapa kau berhak melakukan semua penghakiman ini!?" Mo Xuan Fei berteriak, tak dapat menahan diri lebih lama, mengamuk dalam kemurkaan, mengarahkan jarinya pada Jun Wu Xie.     

Jun Wu Xie menaikkan pandangannya dan menjawab datar, "Aku hanya menjalankan perintah."     

"Omong kosong! Perintah siapa!?"     

"Putra Langit, Sang Kaisar."     

"Bohong!" Mo Xuan Fei ingin sekali merobek tubuh Jun Wu Xie.     

Jun Wu Xie membalasnya dengan tenang, "Orang-orang ini telah memiliki andil terhadap penyeranganmu, Pangeran Kedua, dan Kaisar telah memberikan kekuasaan penuh pada Istana Lin untuk menyelesaikannya."     

Maka, ia hanya membunuh mereka di bawah perintah itu.     

Ya, kan?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.