Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Hutan Pertempuran Roh (1)



Hutan Pertempuran Roh (1)

1Saat ini malam sudah tiba dan Hutan Pertempuran Roh menjadi gelap gulita. Jun Wu Xie dan teman kelompoknya memegang obor mereka tinggi-tinggi seraya mereka menyusuri pepohonan lebat dan tanaman di hutan itu, menerangi jalan di depan mereka.     

Auman roh binatang buas sesekali terdengar di kegelapan malam itu. Di malam yang sunyi, berbagai suara dari hutan membuat seluruh tempat itu semakin terasa angker.     

Obor di tangan Qiao Chu menyala terang. Ia kerap kali mengarahkan obor itu ke pepohonan di sekeliling mereka dan melihat peta yang dipegangnya lama sekali. Ia akhirnya menyerah.     

"Dan mereka sebut ini sebuah peta? Siapa yang bisa membacanya!?" Qiao Chu menyelipkan peta itu ke dalam kantungnya kesal dan berseru keras pada kawannya karena jengkel.     

Fan Jin sudah pernah ke hutan ini beberapa kali dan ketika ia mendengar Qiao Chu, ia berkata sambil tertawa, "Peta itu akan memberikan kita gambaran umum mengenai arah yang akan kita ambil. Lagipula, sekarang sudah larut malam dan pandangan kita terbatas. Bahkan jika kita memiliki sebuah peta, kita tak akan dapat melihat jalan dengan jelas. Mengapa kita tidak berhenti dan mencari tempat untuk tidur terlebih dahulu dan menunggu pagi datang. Kita masih memiliki banyak waktu untuk berburu setelah matahari terbit."     

Fan Jin sedikit lebih tua daripada yang lain dan ia adalah satu-satunya di antara mereka yang pernah datang ke hutan ini sebelumnya. Maka, yang lain tentu saja meminta saran padanya bagaimana rencana mereka di dalam hutan lebat ini.     

"Kurasa itu ide bagus." Qiao Chu mengangguk setuju.     

"Hutan semakin berbahaya di malam hari dan ada binatang buas yang keluar di malam hari untuk berburu makanan. Jika kita tidak ingin menjadi santapan mereka, aku sarankan kita beristirahat di atas pohon." Fan Jin memperingatkan dengan serius.     

Kelompok itu mengangguk satu per satu dan mencari pohon tua di sekeliling mereka. Cabangnya lebih lebar dan daunnya lebih rimbun, yang menjadi tempat yang sesuai untuk beristirahat bagi kelompok itu.     

Fan Jin mengeluarkan sebuah gulungan tali dari pinggangnya dan mengikat kait di satu ujungnya. Ia hendak melemparkannya ke atas ketika ia melihat Qiao Chu dan gengnya memanjat naik ke puncak pohon dengan cepat dan tangkas!     

Gerakan mereka begitu ringan dan lincah dan dengan satu kali lompatan, mereka sudah mencapai dahan yang paling rendah dan mereka segera memanjat lebih tinggi dengan beberapa lompatan cepat berayun ke kiri dan ke kanan tanpa beban.     

Mata Fan Jin berkilat seraya hatinya diliputi kekaguman.     

Ia awalnya berpikir bahwa Jun Xie mengumpulkan kelompok ini bersama karena sebelumnya mereka melakukan perjalanan bersama ke Akademi Angin Semilir, dan bahkan jika mereka ternyata lemah dan tak dapat berkontribusi banyak, ia telah mempersiapkan diri setidaknya untuk menjaga keselamatan kelompok ini ketika mereka di hutan. Tetapi apa yang baru saja dilihatnya mengatakan bahwa pemuda ini bukan lemah atau tidak memiliki keahlian.     

Di bawah kegelapan malam, di mana penglihatan sangat remang, kawan-kawannya masih bisa menemukan pijakan kaki yang diperlukan dengan akurasi yang tinggi untuk meraih dahan pohon yang lebih pohon dalam waktu singkat, dan ini menunjukkan padanya betapa cekatan dan tangkas rekan-rekannya ini.     

Fan Jin tahu bahwa bahkan di divisi utama Akademi Angin Semilir, tidak banyak yang cukup ahli untuk menyamai dengan prestasi seperti ini.     

"Lemparkan talinya. Kami akan menarik kalian berdua ke atas." Qiao Chu jelas tidak menyadari bahwa pertunjukan ketangkasan mereka sudah melewati standar keahlian yang "seharusnya" dimiliki oleh murid-murid dari divisi cabang.     

Fan Jin melepaskan kait dari ujung tali dan melemparkan ujung tali itu ke Qiao Chu di atas. "Tarik Xie Kecil saja, aku akan memanjat sendiri." Fan Jin memberikan ujung tali satunya pada Jun Xie dan ia melingkarkannya di pinggangnya, membiarkan Qiao Chu menarik dirinya melalui dahan-dahan pohon. Fan Jin meniru rekannya dan memanjat dari dahan ke dahan untuk meraih dahan pohon yang lebih tinggi.     

Sementara mereka berbaring di dahan pohon yang tersembunyi dengan baik, semua orang tenang. Cahaya rembulan bersinar di sela-sela dedaunan lebat yang membentuk kanopi, dan berkas cahaya menyinari enam sekawan ini, seolah bintang turun bersinar di tubuh mereka.     

"Huh, sudah lama aku tidak tidur seperti ini. Seperti nostalgia." Qiao Chu teringat akan sesuatu dan ia bergumam sambil tertawa. Ia memutar kepalanya ke satu sisi dan melihat Jun Xie di dahan di sebelahnya dan ia tertegun melihat apa yang dilakukan Jun Xie.     

Jun Wu Xie tidak beristirahat tetapi ia mengeluarkan sebuah botol porselen dari lengan bajunya. Ia menuangkan bubuk putih ke tangannya dan menaburkannya di dahan pohon tempatnya bersandar. Setelah ia selesai, ia melemparkan botol itu pada Qiao Chu dan berkata singkat, "Banyak serangga, taburkan itu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.