Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Racun yang Lezat (1)



Racun yang Lezat (1)

0Sore itu, Fan Jin datang ke hutan bambu untuk kunjungan harian melihat keadaan adiknya. Ketika ia melihat pipi adiknya berwarna sedikit kemerahan, ia merasa lega dan senang di saat yang sama.     

Makanan Fan Zhuo telah seluruhnya diubah menjadi santapan medis dan walaupun itu tidak selezat masakan yang telah diatur Fan Qi sebelumnya, itu tetap berbeda dan sebuah perubahan yang diterima dengan baik.     

Wajah Ah Jing kelabu seraya dirinya menyajikan hidangan itu di atas meja. Fan Zhuo mengambil sumpitnya dan menundukkan kepalanya mulai menyantap hidangan sehat yang disiapkan untuknya, mencoba sekuatnya untuk diam dan menikmati aroma menggoda dari makanan lezat yang lewat di hidungnya milik dua pemuda yang lain.     

Ia selalu kurang napsu makan dan setelah makan hidangan sehat Jun Xie selama beberapa hari terakhir ini, warna di wajahnya mulai terlihat lebih baik dan ia merasa lebih energetik. Ia mulai merasa bersemangat menjalani hari-harinya ke depan dan mengorbankan sedikit gairahnya untuk makanan lezat masih dapat diterimanya.     

Fan Jin di sisi lain, tidak menyadari itu semua dan sumpitnya mengayun kesana kemari di atas meja. Untung saja, Fan Zhuo lebih cepat kali ini dan mengambil sejumlah kecil makanan dari berbagai hidangan dan memberikannya di piring terpisah bagi Jun Xie. Jika tidak, dengan kecepatan makan Jun Xie, ia tidak akan mendapatkan apa-apa makan di meja yang sama dengan Fan Jin.     

Selain Jun Wu Xie dan Fan bersaudara, ada sosok kecil lain di meja.     

Sejak Fan Zhuo tahu bahwa roh cincin Jun Xie tidak takut padanya, ia sering meminta kucing hitam kecil untuk makan di meja yang sama dengan mereka.     

Walaupun roh cincin tidak dapat mendapatkan nutrisi dari makanan manusia biasa, roh cincin tetap dapat menikmati rasanya.     

Kucing hitam kecil persis seperti itu. Setiap kali Fan Zhuo menyiapkan sesuatu yang nikmat bagi kucing itu, kucing hitam kecil tak pernah menolaknya, dan memakan semuanya tanpa ribut. Sementara ia mengerikiti makanannya, ekornya akan membelai tangan Fan Zhuo, membuat wajah Fan Zhuo menjadi kemerahan.     

Fan Jin melahap habis makanan di meja secepat kilat sementara Jun Wu Xie menikmati waktunya untuk mengunyah. Setelah beberapa saat, sumpit Jun Wu Xie tiba-tiba terjatuh.     

"Ada apa?" Fan Jin bertanya pada Jun Xie di balik mangkuknya yang hampir kosong. Fan Jin tak dapat menahan untuk tidak bertanya ketika ia melihat bahwa makanan yang diambilkan untuk Jun Xie tidak berkurang banyak dan mangkuk nasinya masih penuh.     

"Apakah makanannya tidak sesuai dengan seleramu?" Fan Zhuo meletakkan sumpitnya dan bertanya pada Jun Xie, kekhawatiran melukisi wajahnya.     

Jun Wu Xie heran dan bibirnya terkatup rapat. Ia menatap sisa makanan di meja di hadapannya dan tiba-tiba berdiri mengambil sumpit dari tangan Fan Jin dan membuangnya ke lantai.     

"Ap … Aku belum selesai …." Fan Jin menatap, matanya mengedip kebingungan melihat Jun Xie.     

"Jangan dimakan." Jun Wu Xie tiba-tiba berkata.     

Fan Jin ketakutan, dan ekspresinya tiba-tiba berubah. Ia langsung mengeluarkan sumpit perak yang selalu dibawanya ke mana-mana dan mencicipi semua hidangan di atas meja. Tetapi ia tak melihat tanda sumpit perak itu menghitam ketika dicabut keluar dari semua makanan di hadapannya.     

"Tidak ada racun." Fan Jin berkata.     

"Bukan racun. Toniknya." Mata Jun Wu Xie memicing. Ruangan itu dipenuhi aroma harum makanan dari hidangan di atas meja. Tetapi bersembunyi di balik berbagai aroma itu, Jun Wu Xie mendeteksi bau tumbuhan herba yang samar.     

Baunya tidak khusus tetapi Jun Wu Xie yakin itu tidak beracun, melainkan sebuah tonik.     

"Tonik?" Fan Jin bahkan lebih bingung lagi.     

Jun Wu Xie menundukkan kepalanya memikirkan semua pertanyaan yang mengganggunya selama ini ketika tiba-tiba ia menemukan sebuah jawaban.     

"Kambuhnya penyakit Fan Zhuo bukan sebuah kebetulan tetapi disebabkan oleh tangan seseorang." Jun Wu Xie memastikan kecurigaannya selama ini dengan lantang.     

"Apa!?" Fan Jin berdiri marah, wajahnya tak percaya seraya menatap Jun Xie. "Xie Kecil, apakah kau mengatakan … seseorang telah mencemari hidangan ini?"     

Jun Wu Xie mengangguk.     

"Dari awal, ketika aku mengukur denyut nadi Fan Zhuo, aku sudah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Berdasarkan kondisi kesehatan Fan Zhuo saat itu, nadinya seharusnya tidak sekacau itu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.