Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Akademi Phoenix (2)



Akademi Phoenix (2)

0Pria berjanggut menaikkan sebelah alisnya. "Bunga ini akan hidup jika kau diamkan di dalam sana."     

"Di mana Hua Yao dan Qiao Chu?" Jun Wu Xie kemudian bertanya.     

"Fei Yan, ajak dia menemui mereka." Pria berjanggut itu berbicara seraya menunjuk dengan dagunya.     

Seraya ia menatap punggung Jun Wu Xie yang menjauh, pria berjanggut itu menaikkan alisnya berpikir keras dan menyeruput anggurnya lagi. Sementara anggur itu mengalir turun di tenggorokannya yang terasa panas, matanya berpaling melihat Teratai salju di kolam.     

"Sebuah roh tanaman …. Tak heran mereka menarik perhatian orang-orang dari Dua Belas Istana. roh cincin tanaman yang begitu berharga. Jika Dunia Atas mendengar tentang hal ini, tentu akan terjadi pertumpahan darah lagi." Ia bergumam pada dirinya sendiri, dan mentertawakan situasi pelik ini.     

Fei Yan membawa Jun Wu Xie balik ke halaman dan memandunya ke pintu yang terkunci. Ia baru saja akan mengetuk ketika pintu itu terbuka.     

Pemuda yang memikat dengan gerakan lembut berdiri di balik pintu. Matanya yang tersenyum digantikan dengan tatapan terkejut ketika ia tiba-tiba melihat Fei Yan dan Jun Wu Xie di luar dan ia berkata sambil tertawa, "Kau di sini untuk bertemu dengan mereka, Fei Yan? Dan ini pasti teman yang dibawa oleh Kakak Hua."     

Fei Yan melangkah dan berdiri di sebelah pemuda itu. Sekilas, keduanya tampak memiliki tinggi badan yang sama.     

"Ini dia. Ia baru saja bangun dan ia bersikeras bangkit dari ranjang. Aku tak dapat menghentikannya dan Tuan menyuruhku mengajaknya bertemu Kakak Hua dan Qiao Chu."     

Pemuda itu tersenyum dan senyuman berkilau itu seolah mampu membuat bunga di padang malu-malu.     

Pemuda itu baru akan keluar ketika dari dalam ruangan, kemudian terdengar suara yang akrab di telinga Wu Xie.     

"Xie Kecil di sini? Tunggu! Aku belum memakai celana!" Qiao Chu terdengar panik.     

Fei Yan yang masih berdiri di pintu tertawa, "Kebodohanmu mungkin menular, tolong pastikan dirimu tertutup rapat."     

Pemuda itu tertawa riang dan menatap Jun Wu Xie lalu berkata, "Tolong tunggu sebentar. Namaku Rong Ruo. Aku dengar Qiao Chu memanggilmu Xie Kecil, apakah kau keberatan jika aku juga memanggilmu seperti itu?"     

Jun Wu Xie mengangguk perlahan.     

Rong Ruo tiba-tiba melihat langit dan matanya tiba-tiba tampak menerawang.     

"Ketika Kakak Hua dan Qiao Chu membawamu kembali pada kami di hari itu, kami sangat terkejut. roh cincin ular hitam yang mengirimmu ke sini hari itu mati segera setelah tiba di sini, dan hanya meninggalkan tumpukan tulang ular. Aku menguburnya di bukit di belakang akademi."     

Jun Wu Xie tak menjawab. Ingatannya berhenti ketika Ye Sha mengorbankan dirinya. Ia tak dapat mengingat apa pun yang terjadi setelahnya.     

Ular Hitam itu mungkin roh cincin pria berpakaian hitam. Ketika seseorang meninggal, roh cincin mereka menghilang dan tak meninggalkan tulang belulang seperti ular hitam itu. Ini sedikit membingungkan.     

Sesaat kemudian, Qiao Chu memanggil lagi dari dalam ruangan.     

"Sudah selesai! Masuk!"     

Rong Ruo mempersilakan Jun Wu Xie masuk, begitu sopan dan lembut.     

Jun Wu Xie berjalan ke dalam ruangan dan melihat dua ranjang di masing-masing sisi ruangan, dengan Hua Yao dan Qiao Chu berbaring malas-malasan di ranjang mereka.     

Setengah wajah Qiao Chu masih terbalut perban dan ia mengenakan jubah yang longgar. Ia menyeringai melihat Jun Wu Xie dan Hua Yao hanya duduk di ranjangnya tak mengatakan apa pun, terlihat sedikit lebih baik daripada Qiao Chu. Ketika tatapan Jun Wu Xie bertemu dengan matanya, Hua Yao mengangguk menyapanya tapi tak mengatakan apa pun.     

"Pegang sebentar." Jun Wu Xie tiba-tiba berputar dan menyerahkan kucing yang sedang tertidur pulas pada Rong Ruo. Rong Ruo bingung dan ia bertukar pandang dengan Fei Yan, dan keduanya bertanya-tanya.     

Kucing hitam itu pasti begitu berarti bagi Jun Xie. Mengapa ia menyerahkannya pada Rong Ruo dan bukan Fei Yan, orang pertama yang dilihatnya ketika ia bangun untuk pertama kalinya?     

Mereka berdua benar-benar tidak memahami hal itu.     

"Xie Kecil, kau benar-benar tidur pulas. Sudah tiga hari lamanya sebelum akhirnya kau sadar." Qiao Chu berbicara sambil tertawa ketika ia melihat Jun Xie mendekat. Dengan setiap langkahnya, senyum yang tampak di setengah wajahnya yang tak tertutup semakin lebar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.