Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Tamparan Keenam (9)



Tamparan Keenam (9)

0Mata merah Qin Yue menatap Jun Wu Xie yang tak tergoyahkan, dipenuhi kebencian dan rasa pilu. Tak ada yang dapat membayangkan siksaan yang ia alami. Ia tak dapat bergerak dan rasa sakit yang hebat mengoyak tubuhnya tanpa henti, hampir membuat dirinya gila.     

Ia tak akan pernah menyangka bahwa siksaan tidak manusiawi seperti itu dilakukan pada tubuh manusia.     

Rasanya seperti ada jutaan semut yang menggerogoti tulangnya, sedikit demi sedikit, lama kelamaan dagingnya terpisah dari tulang belulangnya. Di saat itu, satu-satunya harapan Qin Yue adalah dijemput kematian secepatnya!     

Rasa sakit karena siksaan oleh Ular Tulang Berkepala Dua tak dapat dibandingkan dengan penderitaan tak terkatakan yang baru saja dialaminya!     

Ia sudah pingsan beberapa kali melewati cobaan ini, tetapi jarum perak yang berada di tubuhnya membuatnya tetap sadar dan tak memberikan kesempatan padanya untuk menyerah.     

Walaupun hanya sesaat waktu berlalu, rasanya seperti sudah melewati satu tahun bagi Qin Yue. Dipaksa untuk tetap sadar, rasa sakit yang menyayat hati membuat dirinya mendambakan kematian, tetapi pintu kematian tertutup untuknya.     

Keinginan Qin Yue hancur menjadi debu saat itu juga, dan darah keluar dari mulutnya. Jeritannya terus terdengar dan ia akhirnya mengendurkan bibirnya.     

"Di bawah batu di belakang kursi di ruangan kerjaku!"     

Biarkan aku mati!     

Cepat!     

Siksaan itu terlalu berat, dan ia tak dapat menahannya walau sedikit lagi!     

Maaf!     

Maafkan aku!     

Jika ia tahu hari ini akan tiba, ia tak akan merebut kursi Sang Penguasa! Ia akan dengan senang hati tetap menjadi murid yang menghamba dan tak perlu mengalami siksaan ini!     

Jun Wu Xie berbalik dan menatap Hua Yao. Hua Yao terpaku kaget sebelum ia akhirnya menangkupkan kedua tangannya untuk berterima kasih pada Jun Wu Xie, dan segera pergi dengan Qiao Chu menuju ke ruang kerja Qin Yue, untuk mengambil peta itu.     

Di aula utama, Jun Wu Xie melemparkan pandangannya pada para Tetua yang pucat ketakutan, yang sedang memandang dengan mata lebar ke arah Qin Yue yang berteriak meminta kematian datang menjemputnya. Ia kemudian berpaling ke arah Mu Chen dan tersenyum.     

"Kau mau melakukannya?"     

Mu Chen menyipitkan matanya, dipenuhi dengan kekejian. Ia melihat Qin Yue yang gemetar tak terkendali tergeletak di lantai, tanpa sedikit pun rasa kasihan.     

Qin Yue mungkin terlihat begitu kasihan, tetapi semua rasa kasihan itu tertutup sepenuhnya dengan rasa benci!     

Ia tak akan pernah melupakan saat itu ketika kedua orang tuanya meninggal karena racun di hadapan Qin Yue. Ia ingat dengan jelas wajah Qin Yue ketika itu, wajah biadab yang menunjukkan kemenangan. Ia mengingat para Tetua yang dahulu setia pada Pemimpin lama, dibunuh tanpa belas kasihan oleh Qin Yue, satu per satu.     

Qin Yue tak berhak untuk hidup!     

Tetapi kematiannya tidak boleh datang dengan mudah!     

Nyawanya saja, tidak cukup untuk membayar dosa yang dilakukan sepanjang hidupnya!     

Qin Yue telah merusak hidupnya, dan Qin Yue telah membawa kehancuran pada Klan Qing Yun!     

"Tidak, aku ingin ia hidup hingga saat terakhir, dan menderita sampai mati." Mu Chen berkata dengan menggertakkan gigi, kebenciannya terlintas di matanya.     

Jun Wu Xie tak mengatakan apa-apa lagi dan berpaling dari Qin Yue. Ia meninggalkan Mu Chen sendirian, untuk menikmati pembalasan dendamnya dengan perlahan, dan tak mencuri sedikit pun kenikmatan itu darinya.     

Qin Yue berpikir jika ia mengungkap keberadaan peta itu, ia akan dibebaskan dari siksaan pedih. Tetapi jawaban Mu Chen membuatnya merasakan keputusasaan yang mendalam. Penguasa yang dahulu begitu terpandang membawahi Klan terkuat di seantero dataran, sekarang hanya menjadi tumpukan daging yang bergetar di lantai, tubuhnya menggeliat kesakitan.     

Matanya memohon sebuah kematian yang cepat.     

Tetapi, hingga waktunya habis, harapannya tak akan terkabul.     

Suara gong terdengar, menandakan tengah hari telah tiba, dan matahari berada di puncaknya. Sinar teriknya turun ke bumi, dan kabut beracun tiba-tiba menyebar di sebelas puncak. Murid Wisma Dalam tak menyadari kiamat yang mendekat ketika mereka sedang menikmati makanan, sambil berbangga diri membual tentang kejahatan yang mereka lakukan.     

Jun Wu Xie menundukkan pandangannya, dan melepaskan jarum yang membuat Qin Yue tetap sadar sementara ini dalam satu gerakan cepat!     

Tanpa jarum-jarum itu, mata Qin Yue tiba-tiba terbalik, dan tubuhnya bergetar hebat, sebelum akhirnya ia mengembuskan napas terakhirnya!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.