Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Tamparan Keenam (4)



Tamparan Keenam (4)

0Wajah salah satu Tetua begitu terperanjat melihat pemandangan berdarah di depan matanya dan ia hanya dapat melihat dengan tatapan penuh teror. Setelah mendengar teriakan Qin Yue, ia kembali sadar dan lari keluar untuk meminta bantuan.     

Namun, sebelum ia dapat melangkah keluar dari pintu aula utama, bayangan hitam raksasa melesat dan menyeretnya kembali ke dalam!     

Monster raksasa hitam berdiri menghalangi pintu keluar dengan tubuhnya, kepalanya merunduk rendah seraya menggeram. Monster itu membuka rahangnya, memperlihatkan taringnya yang runcing! Tetua yang hampir dibuat pingsan karena hembusan napas monster itu lari ke arah pintu. Ketika ia melihat monster hitam itu, tiba-tiba kakinya terasa lemas.     

Darah tersembur di aula utama dan murid Puncak Awan Biru berjatuhan silih berganti. Di bawah serangan monster raksasa ini, ketiga pemuda itu berdiri tegap tak tersentuh di tengah ruangan, menonton dengan tenang sementara mayat yang berjatuhan mulai menumpuk.     

Jun Wu Xie berdiri di dalam pusat badai dan mengamati Qin Yue yang pucat pasi. Ia mengamati lelaki itu tanpa suara dan es di matanya semakin mengeras.     

Qin Yue merasakan sensasi dingin merayapi tubuhnya ketika ia menatap mata sedingin es itu.     

Ia tidak ingat kapan dalam hidupnya telah membuat marah malaikat kematian ini. Mereka jelas masih sangat muda, tetapi roh kontraktual mereka sudah begitu kuat!     

Melihat mereka, bahkan Qin Yue yang sangat ahli tak berani masuk ke dalam pertempuran.     

Ia telah melihat kemampuan mereka dan ia tahu di dalam hatinya bahwa ia bukan tandingan tiga roh kontraktual binatang buas yang membunuh murid-muridnya!     

Ketakutan di dalam diri Qin Yue bangkit kembali, dan teror menyelimuti dirinya ketika ia merasakan kematian mendekatinya dan masuk ke dalam tubuhnya melalui kepalanya.     

Ia dapat melihat di dalam benaknya, semua muridnya dibantai, dan darah mereka menggenangi setiap titik di lantai aula utama. Mayat mereka menumpuk tinggi, mengelilingi satu-satunya titik di lantai pualam yang masih terlihat putih di bawah kaki ketiga pemuda itu.     

Pertempuran berdarah di hadapannya tak akan menggores ketiga pemuda yang berdiri di tengah ruangan.     

Qin Yue dan para Tetua dikuasai ketakutan, mereka selalu dihormati dan diagung-agungkan oleh semua orang di seluruh dataran. Mereka tak pernah menyangka bahwa tiga orang bocah dapat membuat mereka mencicipi ketakutan seperti ini, rasa getir terasa di mulut mereka.     

Keangkuhan, martabat, sekarang tidak penting lagi bagi mereka karena mereka telah dihancurkan sedikit demi sedikit. Hidung mereka yang biasanya mendongak ke atas dan sikap puas diri mereka hilang dan mereka hanya berdiri gemetar, tak dapat menggerakkan ototnya, berharap ini semua hanya sekedar mimpi.     

"Siapa yang perlu melarikan diri sekarang?" Jun Wu Xie menatap Qin Yue dan para Tetua yang bersatu meringkuk erat.     

Hanya satu Tetua di dalam ruangan yang masih duduk dengan tenang. Matanya bertatapan dengan Jun Wu Xie dan ia berdiri, berjalan perlahan menghampiri ketiga pemuda ini.     

"Apa yang Mu Chen lakukan?" Cai Zhuo bertanya, bersembunyi di belakang Penatua lain, sambil mengintip ketika Mu Chen berjalan menghampiri Jun Wu Xie.     

Mata Qin Yue terpaku menatap punggung Mu Chen.     

"Kau lebih hebat dari yang kubayangkan. Ini merupakan sebuah kehormatan bagiku untuk bekerja sama denganmu." Mu Chen melangkah melewati kolam darah di lantai dan berdiri di hadapan Jun Wu Xie, wajahnya bersinar dengan senyuman pertama yang benar-benar datang dari lubuk hatinya setelah sepuluh tahun lebih.     

"Ini belum berakhir." Jun Wu Xie tersenyum kembali.     

Qin Yue tak sanggup mendengar percakapan Mu Chen dan Jun Wu Xie. Ia mendidih mengetahui pengkhianatan Mu Chen dan wajahnya menjadi merah.     

"Mu Chen! Kau bersekongkol dengan mereka!? Kau akan menghancurkan Klan Qing Yun!? Berani benar kau? Sebagai seorang Tetua Klan Qing Yun!!" Mu Chen adalah orang terakhir yang ia bayangkan dapat mengkhianati Klan Qing Yun.     

Ayah Mu Chen adalah penguasa Klan Qing Yun sebelum ini dan Mu Chen tumbuh besar di Gugusan Puncak Berawan. Cinta dan hasratnya untuk Klan Qing Yun jauh lebih besar daripada semua orang yang ada di sini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.