Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Menarik Jala (1)



Menarik Jala (1)

Segera, sebuah kabar berita tersebar di dalam Klan Qing Yun. Ke Cang Ju pergi ke Puncak Menapak Awan dan mengambil paksa seorang murid. Tetua Puncak Menapak Awan, Mu Chen, kemudian menyerbu masuk ke dalam Puncak Awan Tersembunyi sendirian untuk menyelamatkan muridnya. Mu Chen tiba-tiba jatuh sakit setelah dirinya kembali dan demam tingginya belum reda. Bahkan Qin Yue telah memberikan perawatan tetapi Mu Chen masih beristirahat di kasur setelah tiga hari, dan keadaannya masih buruk.     

Mengalami kondisi buruk setelah kembali dari Puncak Awan Tersembunyi. Itu jelas bagi Tetua lain bahwa penggunaan racun Ke Cang Ju pasti menjadi penyebabnya. Mu Chen dan Ke Cang Ju adalah musuh bebuyutan sejak lama dan karena Ke Cang Ju mengizinkan muridnya dibawa kembali ke Puncak Menapak Awan, Mu Chen pasti menderita di bawah kedengkian Ke Cang Ju dan ia meracuni Mu Chen, sehingga dirinya tiba-tiba sakit!     

Tetua lain masih bingung bagaimana Mu Chen dapat membawa kembali muridnya sebelumnya dan alasannya sangat jelas sekarang!     

Dan berita itu membawa ketakutan dan kebencian para Tetua terhadap Ke Cang Ju ke level yang baru!     

Tak peduli seberapa bencinya Ke Cang Ju terhadap Mu Chen, Mu Chen masih seorang tetua Klan Qing Yun, posisi terhormat yang dimiliki keduanya. Tetapi Ke Cang Ju tidak peduli dan meracuni Mu Chen tanpa ragu, menunjukkan ia tak menghargai status terhormat seorang Tetua Klan Qing Yun!     

Bahkan para tetua yang tak bermusuhan dengan Ke Cang Ju mulai merasa terancam dengan tindakannya yang sewenang-wenang.     

Mu Chen telah diracuni oleh Ke Cang Ju dengan terang-terangan, dan Tetua lain mulai merasa keselamatan mereka terancam. Ke Cang Ju telah berani menculik murid mereka, kekejian apa lagi yang akan dilakukannya?     

Para Tetua memikirkan kembali kekacauan dan ketakutan yang telah menyebar sebelumnya, tatapan tertekan dan kekecewaaan di mata murid mereka serta kebencian mereka terhadap Ke Cang Ju mulai mendidih dan berbuih.     

Seorang Tetua telah pergi ke Puncak Menapak Awan, membawa ramuan penguat sebagai hadiah, wajahnya begitu khawatir, berpura-pura menjenguk Mu Chen yang sedang sakit, tetapi sebenarnya ke sana untuk mengetahui siksaan macam apa yang diberikan Ke Cang Ju pada Mu Chen.     

Mu Chen memasang wajah memelas dan tak berdaya seraya berkata dengan lemah, "Ke Cang Ju telah mendapatkan kepercayaan penuh dari Sang Penguasa, sedangkan aku hanyalah seorang Tetua tanpa kekuasaan. Ketika ia memutuskan untuk menculik seorang murid dariku, atau apa pun yang ia lakukan untuk menentangku, tak ada yang dapat kulakukan selain menahan semua penderitaan di bawah penindasannya. Sang Penguasa sendiri berdiri di belakang Ke Cang Ju, apa lagi yang dapat kulakukan? Kurasa hanya menunggu kematian datang menjemputku."     

Kata-kata Mu Chen yang begitu putus asa membuat hati Tetua lain pilu, dan memperlihatkan kegentingan situasinya.     

Di saat yang sama, ini menimbulkan pertanyaan lain. Penatua yang kali ini menderita di bawah penindasan Ke Cang Ju adalah Mu Chen. Tetapi jika Ke Cang Ju mengalihkan pandangannya pada mereka, mereka pasti akan mengalami nasib yang sama.     

Bila itu terjadi, mereka pasti akan dipaksa menerima penindasan yang sama dan menjadi tak berdaya, sebagai mangsa keganasan Ke Cang Ju tanpa dapat memprotes?     

TIDAK!     

Itu tidak boleh terjadi!     

Alarm tersebar di antara para Tetua dan bunyinya sangat keras. Para Tetua yang sudah berhasil menenangkan para murid mengenai insiden sebelumnya mulai merasa bahaya datang mendekati mereka.     

Keadaan Mu Chen yang menyedihkan menyalakan kembali api yang membakar keributan di beberapa hari yang sudah tenang ini. Situasinya kali ini lebih berat dan menyebarkan ketakutan yang lebih besar bagi orang-orang.     

Qin Yue mulai merasa panas dan gelisah. Ia mengirim orang ke Puncak Awan Tersembunyi untuk membawa pesan bagi "Ke Cang Ju", mengatakan padanya untuk berhenti melakukan kekejian, dan tidak memperkeruh suasana.     

Orang yang meniru Ke Cang Ju mengabaikan peringatan itu, melemparkannya seperti ditiup angin.     

Dalam dua hari sejak saat itu, di ketinggian pintu gerbang yang menuju ke Gugusan Puncak Berawan, sepasang mayat busuk digantung. Mayat-mayat ini, adalah tubuh dari murid-murid yang diambil dari berbagai puncak oleh "Ke Cang Ju" dan dibawa kembali ke Puncak Awan Tersembunyi.     

Dalam beberapa jam, panci panas yang berisi kekacauan yang mendidih di Klan Qing Yun bisa meledak!     

Ketika para Tetua melihat mayat yang tercabik-cabik dan berdarah-darah, wajah mereka menjadi seputih kertas!     

"Ke Cang Ju, bajingan kau! Aku … tidak akan diam kali ini!" Kutukan terdengar di seluruh puncak di saat yang bersamaan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.