Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Angin Puyuh (1)



Angin Puyuh (1)

Tanpa tanda-tanda takut atau merasa bersalah, "Ke Cang Ju" membawa muridnya dan muncul di hadapan aula utama.     

Satu tatapan ke arah mereka sudah cukup untuk membuat para Tetua lain hampir lompat karena marah. Jika bukan karena kehadiran Qin Yue, mereka semua mungkin sudah menyerang Ke Cang Ju dan mengulitinya hidup-hidup.     

"Penatua Ke, ada sesuatu yang perlu kami diskusikan hari ini. Suruh muridmu keluar dari sini." Qin Yue berkata, setelah menjernihkan tenggorokannya. Ia berpikir bahwa Ke Cang Ju semakin merajalela dengan aksinya. Untuk apa ia membawa muridnya ke dalam pertemuan antara Pemimpin dan Tetua?     

"Ke Cang Ju" menjawab sembarangan, "Tak ada yang tak boleh mereka dengar, dan karena Pemimpin meminta kehadiranku, maka aku di sini. Apakah aku membawa serta murid-muridku, itu seharusnya tidak mengganggu Pemimpin kami."     

Dengan jawaban sombongnya, wajah para Tetua menjadi pucat kelabu dan bahkan Qin Yue terlihat marah.     

"Ke Cang Ju" mengabaikan perintah Qin Yue di hadapan semua orang dan nada bicaranya begitu angkuh, menunjukkan dirinya tidak menghargai sama sekali posisi dan kepemimpinan Qin Yue.     

Wajah Qin Yue semakin kelam dan jika bukan karena bukti dosa yang berada di tangan "Ke Cang Ju", Qin Yue sudah meledak dari dahulu.     

Qin Yue terpaksa menahan amarahnya dan melanjutkan seperti tak ada yang salah.     

"Penatua Ke, apakah kau tahu mengapa aku memanggilmu ke sini hari ini?" Qin Yue berusaha berbicara dengan suara tegar.     

"Aku tahu." Hua Yao menjawab sembari mengayunkan tangannya dan membawa Jun Xie dan Qiao Chu masuk sementara dirinya duduk di satu sisi, tak menghiraukan tatapan menusuk para Tetua lain padanya.     

"Jika kau tahu mengenai apa semua ini, bukankah kau seharusnya memberikan jawaban terhadap tuduhan yang dijatuhkan padamu?" Qin Yue bertanya dengan hati-hati. Keributan yang mengguncang Klan Qing Yun akhir-akhir ini sudah mencapai tahapan yang tak pernah terjadi sebelumnya. Bukan hanya para Tetua, bahkan murid Wisma Dalam mulai takut dan gelisah. Qin Yue tak menyangka keadaan menjadi sulit seperti ini, jika saja ia tahu, ia tak akan menyetujui permintaan Ke Cang Ju.     

Tetapi sekarang sudah terlambat untuk mungkir.     

"Jawaban? Jawaban apa?" Hua Yao bertanya heran. Pendiriannya teguh dan tetap congkak.     

Sudut mulut Qin Yue berkedut, dan wajah para Tetua lain dipenuhi kemarahan dan kebencian.     

Cai Zhuo tak dapat menahan lagi dan berkata, "Ke Cang Ju, seperti yang sudah dikatakan, tindakan kita tak boleh melewati batas, dan itu akan menjaga hubungan kita tetap baik! Tetapi kau membunuh para murid yang diambil dari berbagai Puncak, kau tak akan pergi tanpa memberikan jawaban yang memuaskan pada kami!"     

Hua Yao menatap Cai Zhuo yang agresif dan menyeringai. Ia mengangkat tangannya dan menunjuk Jun Xie yang duduk di sebelahnya dan berkata pada yang lain, "Kau mau aku menjelaskan hal kecil seperti ini? Muridku akan mengatakan padamu apa yang ingin kukatakan padamu." Ia bersandar di kursinya, menolak untuk berbicara lebih banyak.     

Ini membuat para Tetua geram!     

Mereka datang ke sini untuk menyelesaikan urusan dengan "Ke Cang Ju", tetapi ia hanya memajukan muridnya untuk menjawab atas namanya. Apa artinya ini? Sikap sembrono dan angkuhnya adalah yang terburuk!     

Membiarkan seorang murid maju untuk berbicara pada para Tetua? Sungguh sebuah lelucon! Itu benar-benar tidak menghargai! Bagaimana mungkin seorang murid rendahan memberikan jawaban dan bahkan berdiskusi dengan orang-orang selevel Tetua!?     

Jun Wu Xie menjadi pusat perhatian seraya dirinya duduk di aula utama, menghadapi tatapan tak ramah dari setiap arah. Meskipun demikian ia memutuskan untuk tetap tenang dan suara jernihnya terdengar di seluruh aula utama.     

"Para Tetua menginginkan sebuah jawaban, dan jawaban itu yang akan kuberikan. Penatua Ke bertindak di bawah perintah dan semua aksi yang dilakukannya sudah disetujui oleh sang Pemimpin. Terlebih lagi, aksi Penatua Ke dilakukan bukan semata untuk kepentingannya sendiri, tetapi demi membalaskan dendam Nona tertua dan Penatua Jiang." Jun Wu Xie berkata perlahan.     

Qin Yue yang duduk gagah di belakang kursi kekuasaan bertambah kaget ketika Jun Wu Xie berbicara. Matanya tak percaya melihat sosok kecil yang duduk di sebelah "Ke Cang Ju", yang berbicara dengan wajah datar, blak-blakan dan begitu jelas.     

Anak itu! Apa dia memahami apa yang dia katakan!?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.