Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Pertukaran Jiwa (2)



Pertukaran Jiwa (2)

0Qiao Chu tak dapat berkata-kata seraya menatap punggung Jun Wu Xie yang perlahan menghilang, tangannya dibiarkan terangkat di udara dengan kepergian mendadak Jun Wu Xie.     

Ia tak keberatan ditolak masuk ke kamar Jun Xie, tetapi bocah itu setidaknya meninggalkan kucingnya! Ia tak akan dapat membawa kucing itu ke Kakak Hua jika ia tak diperbolehkan masuk ke kamar Jun Xie!     

Setidaknya perjelas semuanya sebelum pergi!     

Ketika fajar menyingsing keesokan pagi, Qiao Chu yang masih tidur tiba-tiba terkejut mendengar sebuah suara menggaruk-garuk di pintunya. Membuka pintu dengan geram, Qiao Chu hanya melihat seekor kucing hitam kecil duduk lugu di hadapannya.     

"Apakah Tuanmu mengantarmu ke sini?" Qiao Chu melihat ke atas langit, dan langit di ufuk timur baru saja terang. Pintu kamar murid lain semua masih tertutup rapat, mungkin mereka masih tertidur pulas sambil bermimpi.     

Kucing hitam kecil mengecilkan matanya, sikap tidak senangnya terhadap pemuda ini kemarin malam kelihatannya sudah sirna, tetapi digantikan dengan aura dingin menusuk.     

Qiao Chu berbalik menghadap kucing hitam kecil dan membungkuk untuk menggendongnya di dalam tangannya. Ia melihat mata dingin dan tenang kucing hitam kecil itu seraya menundukkan tubuhnya, dan ia tiba-tiba melihat sesuatu. Berdiri di hadapannya bukan seekor kucing hitam kecil, tetapi Jun Xie.     

Mata itu! Mereka terlihat persis sama!     

Menatap ke dalam mata itu, Qiao Chu tiba-tiba tidak memiliki keberanian untuk menggendongnya. Hal itu memberikan gambaran seolah ia sedang menggendong Jun Xie.     

Kucing hitam kecil tak menunjukkan cakar tajamnya kali ini, tetapi berjalan melenggang dengan anggun ke samping Qiao Chu, dan dengan sebuah lompatan besar, ia mendarat dengan gesit di pundak Qiao Chu dan kucing kecil yang manis itu duduk dengan nyaman di pundaknya.     

Kucing hitam kecil tetap diam, tapak kakinya menggaruk-garuk pelan pakaian Qiao Chu dan duduk dengan menaikkan dagunya, matanya masih terlihat dingin.     

"Sungguh luar biasa! Mengapa aku merasa bahwa kau dan tuanmu diciptakan dengan cetakan yang sama?" Mata itu, dan karakternya, benar-benar replika dari Sang Tuan!     

Namun kucing hitam itu memiliki reaksi berbeda kemarin malam.     

Ia tak memiliki waktu untuk menjernihkan keraguannya. Qiao Chu memanfaatkan langit yang masih gelap sebelum fajar tiba, dan melesat ke kawasan tempat tinggal Hua Yao.     

Hua Yao masih tertidur pulas dan bermimpi ketika sebuah suara keras membangunkannya tiba-tiba. Ia langsung duduk menatap keji pengacau yang menerobos melalui jendela yang sudah ditutup!     

"Kakak Hua! Selamat pagi!" Qiao Chu berseru sambil membersihkan embun pagi yang membasahi pakaiannya setelah membawa kucing hitam kecil itu. Pakaian itu lumayan bagus dan ia sangat menyayanginya.     

Hua Yao menggosok keningnya, merasakan pening menyerang. Ia menahan keinginan di dalam dirinya sekuat tenaga, untuk mencekik perusuh di hadapannya sampai mati.     

Tak bisakah ia bersikap seperti orang normal? Orang yang mengetuk pintu!     

Hua Yao menelan kekesalannya, matanya tertarik pada sosok hitam pekat itu.     

Ketika Qiao Chu menerobos melalui jendela, kucing hitam kecil melompat ke atas pundaknya dan mendarat dengan cekatan di atas meja di pinggir kamar. Sekarang kucing itu langsung menghadap Hua Yao yang masih duduk di atas kasur.     

"Ini adalah ….?" Hua Yao bingung melihat kucing hitam yang luar biasa tenang.     

Qiao Chu membalikkan sebuah kursi dan berkata sambil tersenyum, "Xie Kecil menyuruhku membawanya. Ia mengatakan untuk membawa kucing ini ke dalam pertemuan dengan Qin Yue. Kakak Hua, apa menurutmu pentingnya membawa kucing ini?"     

Bahkan Hua Yao kali ini heran, dengan pikirannya yang cerdas dan cepat, ia tertegun, tak dapat memikirkan sebuah alasan bagus bagi Jun Xie untuk membawa kucing hitam kecil ke dalam pertemuan.     

Tak ada persiapan lain, tetapi hanya membawa kucing ini?     

Sementara Hua Yao mencoba menemukan alasan yang tepat di benaknya, kucing yang duduk mengamati mereka dengan serius, tiba-tiba membuka mulutnya untuk berbicara.     

"Kapan Qin Yue datang?"     

Suara yang dingin dan jernih yang begitu mereka kenal, dan mereka pun terlihat bagaikan disambar petir, jiwa mereka hampir melayang keluar dari tubuh mereka karena terkejut!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.