Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Tamparan Kelima (6)



Tamparan Kelima (6)

0Ke Cang Ju menatap Jun Wu Xie dan Qiao Chu, matanya mengecil dengan tatapan kekejian. Ia lebih paham dari siapa pun bagaimana mematikannya Asap Tunggal. Racun itu berwujud asap, dan bahkan jika orang menahan napas mereka, racun itu setidaknya masih akan meresap ke dalam tubuh melalui kulit.     

Ruangan bawah tanah praktis terkunci dan di ruangan tertutup seperti ini, tak ada tempat bagi kedua mangsa ini untuk melarikan diri!     

Asap Tunggal itu berputar-putar dan menyebar ke setiap sudut ruangan bawah tanah. Kedua begundal ini sama saja dengan mati. Racun ini bahkan dapat membunuh satu unit tentara!     

Nikmati setiap detik penderitaan ini! Di dalam penjara tanpa jalan keluar ini, gemetarlah dalam ketakutan karena kematian akan datang untuk menjemput kalian berdua!     

Wajah Ke Cang Ju terlihat semakin bengis ketika senyumnya semakin lebar. Ia begitu mendamba untuk melihat kedua pemuda kurang ajar ini jatuh di hadapannya, dan meringkuk ketakutan di kakinya.     

Begitu Qiao Chu memiliki kesempatan, menarik siku Jun Wu Xie, ketika kata-kata "Asap Tunggal" menyentuh bulu kuduknya.     

"Lari! Asap Tunggal sangat mematikan! Sedikit saja kontak dengan asap itu akan membunuhmu!" Qiao Chu menarik Jun Wu Xie sambil berteriak, wajahnya pucat ketakutan.     

Ia tak mengharapkan Ke Cang Ju memiliki sesuatu yang mematikan seperti Asap Tunggal.     

Qiao Chu menarik dengan panik tetapi melihat bahwa bocah itu tak bergerak sedikit pun. Ia berbalik dan melihat Jun Xie memandang Ke Cang Ju penuh kekejian, masih tersenyum begitu berseri-seri.     

"Jun Xie? Ayo pergi!" Qiao Chu terlihat gusar, hampir ingin menggendongnya begitu saja dan melarikan diri dari racun itu.     

"Ini Asap Tunggal?" Jun Wu Xie mengangkat alisnya, dan mulutnya terbuka dan tertawa, matanya tak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Ia menatap datar asap hijau yang berputar-putar di sekelilingnya, seperti melihat asap biasa.     

Qiao Chu terpaku, ia menatap Jun Xie, berpikir apakah bocah ini sudah tidak waras. Bukankah reaksi pertama seseorang yang normal ketika mereka menghadapi asap racun mematikan adalah lari? Tetapi orang gila ini hanya berdiri di sini, menolak untuk bergerak, memandangnya, dan tersenyum, seolah ini hanyalah sebuah hiburan!?     

Senyum menakutkan Ke Cang Ju sirna, "Kau begundal, orang-orang di dunia bawah yang mendapat kehormatan mati karena Asap Tunggal hanya berjumlah sedikit. Aku telah menggunakan racun berharga untuk mengirimmu ke neraka, kau seharusnya merasa terhormat."     

Jika wajah begundal ini tak memperlihatkan senyuman yang begitu bersinar dan indah, ia tak akan menggunakan Asap Tunggal yang begitu langka dan berharga padanya. Tetapi untuk dapat melihat wajah mereka mengalami penderitaan sebelum mati karena Asap Tunggal, akan sangat berharga.     

Ketika ia melihat racun itu menyebar semakin jauh, Ke Cang Ju tak dapat menahan kesenangan yang meluap dari dalam dirinya. Asap Tunggal telah menyelimuti Jun Xie dan sulur-sulur racun itu telah membelai kulitnya. Tak akan lama, sebelum begundal angkuh ini berubah menjadi onggokan tulang!     

"Berharga?" Jun Wu Xie tertawa, seolah ia mendengar sebuah lelucon yang sangat lucu. Ia memiringkan kepalanya dan melihat asap yang terus berputar di sekelilingnya, dan tatapan tajam di matanya semakin menusuk.     

"Jika kau bilang mainan tidak penting milikmu begitu berharga, aku akan menunjukkan sesuatu yang lebih baik padamu." Kata-kata Jun Wu Xie menampakkan kegembiraannya dan ia melangkah maju, lalu menyentakkan lengan bajunya, menghalau asap di hadapannya.     

"Bagaimana mungkin kau masih baik-baik saja?" Wajah Ke Cang Ju tegang karena terkejut. Asap Tunggal jelas telah menjangkaunya dan menelan seluruh tubuhnya! Mengapa tidak ada reaksi?     

Tidak mungkin!     

Asap Tunggal yang mematikan seharusnya memberikan reaksi langsung setelah mengenai tubuh, dan bagaimana berandal itu masih baik-baik saja?     

"Kau mau mencelakaiku dengan mainan anak-anak? Berhenti bercanda." Jun Wu Xie berkata datar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.