Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Tamparan Kelima (3)



Tamparan Kelima (3)

0Jun Wu Xie berdiri dan memandang kedua belati yang tergeletak di lantai di dekat kakinya. Tatapan seriusnya berubah ketika ia kembali dan berdiri di samping Qiao Chu. Ia kemudian membuka paksa mulut Qiao Chu dan memasukkan sebuah ramuan ke dalamnya.     

Sesaat kemudian, tubuh kaku yang terbaring di papan kayu itu melompat berdiri tiba-tiba dan Qiao Chu berteriak!     

"Menjijikkan!!! Cuih!!" Qiao Chu menarik pakaiannya yang digunting dan kedua tangannya menggosok dadanya dengan penuh kemarahan hingga kulitnya berubah menjadi merah dan terasa perih.     

'Sial! Ia barusan saja dibelai oleh seorang pria!'     

'Apakah idiot itu seorang cabul!?'     

Gambaran dirinya dibelai oleh si cabul ketika ia dalam keadaan sadar sepenuhnya tetapi tak dapat bergerak membuat Qiao Chu kehilangan akal! Ia berjalan dengan penuh tekad ke arah wajah hina yang membuatnya mendidih dengan kemarahan dan berdiri di sebelah monster hitam, matanya terbakar karena kemarahan yang tak terpendam!     

Monster hitam itu ragu dan berkedip pada Qiao Chu yang berasap, dan melemparkan pandangan bingung ke arah Jun Wu Xie.     

Jun Wu Xie mengangguk perlahan.     

Dan monster hitam itu mengangkat tapak kaki kanannya.     

Di saat yang sama ketika monster hitam mengangkat tapak kakinya, murid yang lega itu mengambil napas dalam, tetapi menyadari dirinya diangkat melayang di udara oleh Qiao Chu yang murka dan tubuhnya meledak beberapa saat kemudian!     

"Jangan berisik." Jun Wu Xie memberikan Qiao Chu tatapan peringatan.     

Qiao Chu membalikkan tangannya dan menutupi mulut murid yang hendak berteriak dan menekan tubuhnya ke tanah. Dengan tangannya lainnya, ia mengepalkan tinjunya dan menghujani wajah sang murid dengan pukulan bertubi-tubi, melampiaskan rasa jijik dan frustrasi di dalam dirinya!     

Murid itu tak dapat melarikan diri dari tangan yang menutupi mulutnya atau membebaskan diri dari Qiao Chu seraya dirinya berjuang sekuat tenaga untuk kabur. Namun, sosok kurus Qiao Chu menyembunyikan kekuatan yang mengejutkan yang dapat menyaingi Teratai Mabuk ketika ia menahan murid itu dengan satu tangan ke lantai dan menghujaninya dengan pukulan dengan satu tangan lainnya, menghancurkan wajah itu dengan pukulannya!     

Murid Puncak Awan Tersembunyi yang masih berada di bawah tapak kaki Monster hitam, dipaksa melihat rekannya ditumbuk menjadi hancur berdarah-darah, tulangnya hampir semuanya patah, dan ia sendiri mulai gemetaran.     

Hanya ketika pria itu mengembuskan napas terakhirnya, Qiao Chu melepaskannya. Ia perlahan berdiri, menyeka tangannya yang berlumuran darah dengan pakaian lusuhnya, dan berkata dengan serius, "Ini adalah pakaian terbaikku! Dan sekarang sudah rusak juga!"     

"Katakan, Xie Kecil, apa yang kau berikan padaku? Aku tak dapat menggerakkan satu otot pun!" Qiao Chu memutuskan ia tak akan pernah mau mengalami hal itu lagi. Ketika Ke Cang Ju muncul, ia ingin meninjunya, tetapi tubuhnya tidak bisa digerakkan satu sentimeter pun, hingga Jun Wu Xie memberikan ramuan kedua ke dalam mulutnya barulah ia kembali dapat menggerakkan anggota tubuhnya.     

"Aksi ini harus diselesaikan." Jun Wu Xie berkata lembut, sambil menatap murid Puncak Awan Tersembunyi di bawah tapak kaki Monster hitam.     

Murid itu memperhatikan mata Jun Wu Xie yang menatap dirinya dan ia mulai gemetar lebih hebat dan menatap Jun Wu Xie ketakutan, menggelengkan kepalanya, memohon belas kasihan untuk nyawanya.     

"Bunuh." Jun Wu Xie memerintahkan.     

Sebelum murid itu dapat bersuara, monster hitam itu menggigit lehernya. Wajahnya masih terpaku, dengan ekspresi menakutkan.     

Setelah membereskan kedua murid itu, Jun Wu Xie dan Qiao Chu melanjutkan perjalanan masuk lebih dalam di ruangan bawah tanah.     

Di dalam sana, "pelajaran hari ini" untuk Hua Yao masih berlanjut, yang 'mengajar' adalah Ke Cang Ju. Sepenuhnya terhanyut ketika memberikan instruksi pada muridnya, ia tiba-tiba menyadari reaksi muridnya. Pemuda tampan yang menjalani siksaan akhirnya mengangkat kepalanya, matanya menyala, menatap langsung kepadanya.     

"Akhirnya? Kau mencapai batasmu?" Ke Cang Ju terkekeh, dan tawa iblisnya menggema di seluruh ruang bawah tanah. Selama ini, Hua Yao tidak menunjukkan reaksi sedikit pun terhadap begitu banyak siksaan yang diberikan padanya, tetapi akhirnya, matanya berubah. Bukankah ini berarti bocah ini akhirnya tak dapat lagi mempertahankan aksi cueknya?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.