Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Meniru (4)



Meniru (4)

0Itu pasti benar! Puncak Awan Tersembunyi tak akan pernah menyiksa mereka seperti ini tanpa alasan. Ini pasti sebuah ujian bagi mereka! Jika mereka bertahan sedikit lebih lama, mereka akan segera menjadi murid Puncak Awan Tersembunyi yang sebenarnya!     

Setelah mereka mengatakan pada diri sendiri bahwa mereka akan dirawat oleh Sang Penatua jika mereka jatuh sakit, keluhan karena kelelahan kelihatannya menguap ke udara. Beberapa dari mereka bahkan mulai bersemangat memacu tubuhnya sampai kelelahan supaya bisa memperoleh perawatan dari Penatua Ke, sehingga mereka terus mendorong tubuhnya hingga mencapai batas.     

Impian yang menyelimuti pikiran para remaja ini memberikan kekuatan baru bagi mereka dan tubuh mereka yang hancur lebur tiba-tiba dapat bergerak dan kemudian para pemuda itu melangkah keluar bertekad untuk meraih kesuksesan.     

"Dasar manusia tolol." Para murid Puncak Awan Tersembunyi bergumam dalam hati sambil berdiri di pintu masuk kawasan tempat tinggal mereka, matanya terpaku pada para calon kurban yang lugu yang tak menyadari mengenai kematian yang telah menunggu mereka di akhir ilusi keberuntungannya, mereka semua berjalan dengan letih untuk menderita di bawah siksaan yang lebih berat.     

"Apakah kita kirimkan kedua orang ini langsung ke Sang Penatua?" Beberapa murid Puncak Awan Tersembunyi menghampiri dan menendang pasangan yang tergeletak tak bergerak di tanah sambil bertanya cuek.     

"Kirim saja mereka, aku tak menyangka di antara para domba kurban ada yang sudah kalah karena siksaan di hari pertama. Mereka benar-benar tidak beruntung." Tanpa merasa kasihan pada pasangan itu, dua murid Puncak Awan Tersembunyi membawa Qiao Chu dan Jun Wu Xie untuk memindahkan mereka ke kawasan yang lebih dalam.     

Ketika mereka berjalan, kedua murid itu tak memedulikan kedua orang yang terluka ini dan membawa mereka dengan kasar. Setelah beberapa saat, mereka tiba di hadapan sebuah gedung yang sama di mana Qiao Chu dan Jun Wu Xie menyelinap masuk tadi malam.     

Pintu gedung itu terbuka dan penjaga pintu mempersilakan para murid masuk tanpa menghentikan mereka ketika melihat dua orang murid baru digendong di pundak mereka.     

Setelah mereka masuk, Qiao Chu dan Jun Wu Xie dilemparkan seperti buah karung di atas lantai yang keras.     

Dengan suara yang keras, pintu gedung itu kemudian tertutup.     

Qiao Chu tergeletak di lantai, wajah pucatnya yang meringis kesakitan menghadap ke lantai yang kotor.     

Apakah ada yang akan memberitahu apa yang terjadi padanya?     

Mengapa dia tiba-tiba pingsan? Apa yang lebih menakutkan dirinya setelah ia pingsan, ia tetap sadar, dan mendengar setiap perkataan dari pembicaraan para murid senior. Dan walaupun ia mencoba dengan sekuat tenaga, ia tak dapat menggerakkan jarinya.     

Ia tetap dalam keadaaan sadar, dan matanya yang setengah terpejam membuatnya dapat melihat semua yang terjadi. Tetapi ia hanya tak dapat … bergerak!     

Ramuan apa yang diberikan Jun Xie padanya? Mengapa ia sampai seperti ini?     

Sementara Qiao Chu merasa tak berdaya dan bingung di atas lantai yang keras, ia tiba-tiba menyadari sebuah bayangan kecil melintas di depan matanya. Bayangan itu dengan gesit melompat di dalam ruangan dan akhirnya berhenti di depan sebuah rak yang dipenuhi dengan kendi-kendi obat.     

Itu adalah seekor kucing hitam kecil yang lembut, dan dadanya berhiaskan surai emas yang terang!     

Kucing hitam kecil melihat mata Qiao Chu sambil menjilati tapak kakinya perlahan dan mengibaskan ekornya pelan, sebelum kucing itu lompat naik untuk bersembunyi di belakang kendi-kendi obat.     

Waktu berlalu, sebelum pintu gedung terbuka kembali. Sinar matahari masuk melalui pintu itu dan menerangi ruangan yang remang-remang itu dengan cahayanya. Sesosok pria berjalan berdiri di depan pintu di dalam ruangan, dengan berkas cahaya di belakangnya.     

"Tetap waspada dan perhatikan situasi, aku tidak ingin ada gangguan." Sebuah suara misterius terdengar, suara yang akan membuat seseorang merasa mereka dicelupkan ke dalam air es di tengah danau di musim dingin.     

Sebelum sinar matahari dapat menghangatkan lantai dingin yang keras, pintu ruangan itu tertutup sekali lagi!     

Suara lonceng yang bergemerincing terdengar di telinga Jun Wu Xie dan Qiao Chu, dan suaranya perlahan mendekat ke kedua sosok yang tergeletak tak dapat bergerak di lantai. Suara lonceng itu menggetarkan jantung mereka, seirama dengan detak jantung mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.