Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Tamparan Kedelapan (21)



Tamparan Kedelapan (21)

3Mata Jun Wu Xie berkilat sadis. "Bunuh."     

Jun Wu Yao tertawa dan tanpa sedikit pun ragu, ia mengangkat kepalanya perlahan, untuk melihat kedua pria yang berdiri di sana tercengang.     

"Maka kau harus mati." Senyuman menggoda kembali di bibirnya, tetapi kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar seperti lonceng kematian. Jun Wu Yao mengangkat tangannya dan dua bayangan hitam melesat ke arah dua pria itu!     

Salah satu dari mereka bahkan tak bisa bereaksi dan ia berakhir dengan nasib yang sama dengan rekannya, sementara sang pemimpin mengumpulkan segenap kekuatannya dan ia hampir gagal menahan serangan yang akan langsung membunuhnya. Tetapi walaupun ia berhasil selamat dan kepalanya tidak terpisah dari tubuhnya, bayangan hitam yang dibelokkan telah menyebabkan sebuah luka besar menganga di dadanya, dan darah mengalir keluar dari lukanya.     

Tangannya meremas luka itu dengan putus asa seraya ia menatap terkejut pada pria yang begitu kuat yang baru saja membunuh mereka bertiga, yang merupakan petarung ahli, hanya dengan mengangkat satu tangan acuh tak acuh!     

Walaupun kekuatannya bukan yang tertinggi di antara para elite, tetapi ia bukan seseorang yang lemah. Namun di hadapan pria ini, ia merasa begitu kecil seperti seekor semut. Ia tidak berani membayangkan untuk melawan pria ini, ia tak akan bisa melawan.     

Kekuatan yang begitu hebat, tidak pernah dilihatnya sebelum ini. Bahkan tetua mereka, tidak memiliki kekuatan besar seperti pria ini!     

Dengan nyawanya yang akan segera meninggalkan tubuhnya, pria itu tak dapat melakukan apa pun kecuali menatap Jun Wu Yao tak berdaya, memandang wajah yang luar biasa tampan itu, mencoba mengenali identitasnya.     

"Kau …. Mengapa kau … melawan …." Sang pemimpin itu tiba-tiba geram. Seorang pria yang memiliki kekuatan seperti itu, mengapa ia memilih untuk melindungi sekumpulan manusia lemah ini? Ia yakin tidak ada masalah di antara mereka!     

Bibir Jun Wu Xie membentuk sebuah busur yang memikat. Ia kelihatannya melihat sesuatu yang menarik sementara mengamati pria yang begitu geram dan berkata acuh tak acuh, "Melawanmu? Ha ha. Jangan salah sangka. Aku membunuhmu hanya karena Xie Kecil menginginkan kalian mati."     

Sampah seperti ini berada di bawah radarnya. Mereka tidak tahu apa yang baik bagi mereka dan mereka mengganggu Xie Kecilnya, jadi mereka tak bisa menyalahkan siapa pun jika mereka ditendang ke depan pintu neraka.     

"Sia … Siapa … Kau …." Sang pemimpin itu masih berjuang untuk bertanya.     

Jun Wu Yao meskipun begitu sudah berpaling dan kepalanya menunduk untuk melihat Jun Wu Xie yang berwajah batu, sepenuhnya mengabaikan rintihan pria itu.     

Kaki pria itu tiba-tiba lumpuh dan ia jatuh terduduk di tanah. Merasa kuku tajam kematian yang dingin menyentuhnya, ia berusaha mengangkat kepalanya, menatap Ye Sha yang berdiri tegak di sebelah Jun Wu Yao, dan kemudian mengalihkan pandangannya pada Jun Wu Yao yang luar biasa kuat. Tiba-tiba ia ingat kekuatan spiritual hitam yang dilihatnya barusan dan kenyataan yang mengerikan membuatnya tersadar. Matanya melotot dan dari tenggorokannya, bisikan yang terputus-putus terdengar.     

"Kau …. Kegelapan …."     

Kata-kata itu baru saja keluar ketika saat itu, Jun Wu Yao yang masih menatap Jun Wu Xie mengangkat tangannya tiba-tiba dan sebuah bayangan hitam melesat melalui leher pria itu, memotong kata-kata yang diucapkan pria itu.     

"Kau terlalu berisik." Senyum Jun Wu Yao diiringi dengan ekspresi tidak sabar ketika itu. Pria itu terkejut dan ketakutan ketika ia jatuh, tergeletak tak bersuara di dalam genangan darahnya sendiri, sementara napas terakhirnya berhembus dari mulutnya.     

Dalam sekejap, tiga ahli dari Dunia Tengah, di bawah tangan Jun Wu Yao, telah disapu bersih. Kelihatannya sangat mudah baginya hingga membingungkan bagi mereka yang melihatnya.     

Ia hanya mengangkat tangannya tiga kali, dan ia sudah membunuh tiga ahli roh ungu yang begitu hebat!?     

Akademi Angin Semilir menjadi lautan yang sunyi. Setiap murid dan guru begitu terpana dengan pria tampan yang memiliki kekuatan tak tertandingi hingga mereka tidak berani bernapas keras-keras!     

[Ia terlalu kuat!]     

[Sangat hebat!]     

[Roh ungu yang sangat dihormati di seluruh dunia hanya bagaikan domba yang dikirim ke tempat pemotongan hewan di hadapan pria ini. Dari mana pria itu berasal!?]     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.