Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Mengundang Masalah (1)



Mengundang Masalah (1)

0Tetapi posisi Jun Wu Xie di Akademi Angin Semilir sangat spesial. Ia adalah murid terbaik dan kesayangan Gu Li Sheng, maka, statusnya bersinar lebih terang daripada orang lain. Terlebih lagi, ia selalu mengurung diri di hutan bambu kecil dan tidak berinteraksi dengan murid lain, maka itu dianggap tidak akan menjadi masalah besar.     

Oleh sebab itu Fan Qi setuju dengan pengaturan ini.     

Ia tidak tahu, keputusan yang ia buat hari ini, dalam waktu dekat akan, menjadi kunci untuk menyelamatkan seluruh Akademi Angin Semilir.     

Apa yang bahkan lebih tak terduga, adalah Akademi Angin Semilir yang baru saja mendapatkan kedamaiannya kembali, dalam waktu dekat akan, melihat dirinya terjebak di dalam malapetaka yang mematikan yang mengancam keberadaan mereka ….     

….     

Di kantor wakil kepala sekolah Akademi Angin Semilir, wajah Ning Rui pucat dan kelabu seraya duduk di belakang mejanya. Di depan mejanya, ada usungan yang ternoda dengan darah. Sehelai kain putih membungkus usungan itu, menutupi tubuh manusia di bawahnya. Darah telah membuat kain putih itu berwarna merah, dan warna darah itu melukai mata Ning Rui.     

Sejak kemarin malam hingga saat ini, Ning Rui belum bergerak dari belakang mejanya, matanya tak pernah berpaling dari usungan bermandikan darah itu.     

Ning Xin sudah meninggal. Satu-satunya putri yang ia miliki telah meninggal.     

Tepat di hadapan matanya, dicambuk hingga meninggal. Ketika ia meninggal, tubuhnya terbelah menjadi dua dan ia bahkan tidak meninggal dengan tubuh yang utuh.     

Setelah Prajurit Rui Lin pergi, Ning Rui sendiri yang mengangkat mayat Ning Xin, dan memerintahkan orang untuk membawanya ke ruang kantornya. Sejak saat itu, ia mengunci diri di dalam ruangannya, sendirian bersama mayat Ning Xin, menolak untuk makan dan minum, keseluruhan dirinya seperti jatuh ke dalam spiral yang berputar tanpa henti bersama dengan pikirannya.     

Ia ingin menyelamatkan Ning Xin waktu itu, tetapi ia tak sanggup melakukan apa pun.     

Ia dibuat melihat peristiwa itu tak berdaya, sementara Ning Xin meninggal di depan matanya.     

"Jun Wu Xie, Prajurit Rui Lin …. Yin Yan …. Fan Qi …. Aku tidak akan menyerah begitu saja. Harinya akan datang, aku akan membuat kalian semua membayar, nyawa putriku!" Ning Rui telah menahan begitu lama, sebelum ia mengutarakan kata-kata itu, dalam kemarahan dan kebencian, yang berembus keluar dari sela-sela giginya yang terkatup rapat.     

Hatinya dipenuhi murka, dan ia berharap ia dapat membalaskan dendam Ning Xin sekarang juga.     

Tetapi ia tidak bisa.     

Ning Rui mengambil napas panjang, dan mendadak berdiri. Dari rak buku di belakangnya, ia mengambil sebuah kotak kayu kecil yang berdesain khusus.     

Ia membuka kotak kayu itu, dan tersimpan di dalamnya, peta usang yang terbuat dari kulit manusia. Mata Ning Rui berkilat dingin dan ia melepaskan penutup kayu kotak itu. Ia menyelipkan kotak kayu itu ke dalam tubuhnya dan menjulurkan tangannya untuk mengambil sebuah buku di rak. Buku itu hancur ketika ditarik keluar dan sebuah celah terlihat di tengah-tengah rak buku itu.     

Dengan suara klik, barisan rak buku itu perlahan terbelah, sehingga tampak lorong gelap di balik rak buku itu.     

Ning Rui menepukkan tangannya ke kantung tempat menyimpan kotak kayu itu dan matanya menjadi semakin gelap. Ia menyalakan bara api dan berjalan memasuki lorong gelap pekat itu.     

Tak tahu berapa lama ia berjalan di dalam kegelapan, Ning Rui hanya dapat merasakan kemarahan dan kebencian di hatinya, melupakan waktu yang berlalu dan keletihannya. Ketika jalan yang terasa panjang dan tak berujung itu akhirnya menunjukkan berkas cahaya di ujung, ia melangkah keluar dari terowongan itu.     

Tidak ada yang tahu, bahwa tepat di dalam kantor wakil Kepala Sekolah, ada lorong tersembunyi yang langsung menuju ke hutan. Di salah satu ujung lorong itu, adalah kantor wakil kepala sekolah, sementara ujung yang lain, menuju ke sebuah pondok kecil, jauh di kedalaman hutan.     

"Bukankah itu Ning Rui? Apa yang membuatmu datang ke sini hari ini?" Seorang pemuda yang berpenampilan menarik duduk sambil tersenyum di pagar di luar pondok kayu itu. Senyuman di wajahnya begitu berkilau, tetapi mata di wajahnya menyebarkan sensasi dingin di tulang punggung seseorang.     

"Tuan Gu Ying." Setelah melihat pemuda itu, Ning Rui langsung bersikap hormat, wajahnya serius sambil membungkuk memberi salam.     

Gu Ying muda menopang dagunya dengan tangannya, dan menatap Ning Rui yang berwaspada, dan ujung mulutnya berkerut seraya bertanya,     

"Mengapa kau di sini hari ini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.