Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Batu Hitam Misterius (2)



Batu Hitam Misterius (2)

0Itu adalah sebuah tempat yang diselimuti misteri, dan dikatakan penuh dengan Binatang Roh Kelas Pelindung yang berkeliaran di dalamnya. Sebuah tempat yang langsung membunuh minat seseorang yang mungkin ingin berpetualang menjelajah area di bawah Tebing Kaki Surga.     

Tebing Kaki Surga tak diragukan lagi menyebabkan banyak imajinasi berpetualang, tetapi ….     

Itu tidak berarti orang-orang membiarkan diri mereka dibohongi dengan mudah oleh sebuah benda yang dihubungkan dengan reputasi Tebing Kaki Surga yang menakutkan.     

Orang-orang di rumah lelang itu tidak begitu memercayai perkataan juru lelang itu.     

Hanya sebongkah batu pecah, walaupun berasal dari atas Tebing Kaki Surga, orang-orang merasa mereka tak akan dapat memanfaatkan batu yang bahkan tak ada seorang pun yang berhasil memotongnya.     

Orang-orang sering yang sering mengunjungi Rumah Lelang Chan Lin tahu bagaimana melihat tempat dengan cerdas. Mereka tahu semua yang diperjualbelikan di rumah lelang itu membuat para penawar membayar harga yang lebih mahal dari pasar. Tetapi kali ini, Rumah Lelang Chan Lin secara spontan menyatakan bahwa batu itu bisa dimenangkan dengan harga awal. Cara pelelangan ini benar-benar tak pernah didengar dalam sejarah Rumah Lelang Chan Lin dan dapat dikatakan sebuah keajaiban.     

Hanya ada dua alasan mengapa rumah lelang melakukan hal ini. Pertama, batu itu hanya sebuah batu biasa dan tak ada harganya. Rumah lelang mungkin hanya mencoba mengarang cerita di balik asal muasal batu itu dan ingin menyingkirkan batu itu dengan cepat. Kedua, itu seperti yang dikatakan juru lelang, batu itu sangat keras dan orang biasa tak bisa memecahnya dan maka itu mereka tidak yakin dengan nilai batu itu yang sebenarnya.     

Jika orang-orang di Rumah Lelang Chan Lin bahkan tidak bisa memecah batu itu, siapa pun yang membeli batu itu akan dapat menggunakannya sebagai tatakan kaki di rumah!     

Tak ada yang cukup bodoh untuk melakukan itu.     

Suasana yang memanas di rumah lelang segera mendingin dan berubah menjadi hening. Tak ada seorang pun yang tertarik dengan batu yang dipajang di panggung. Mata mereka tidak lagi fokus pada panggung di depan, jelas mereka memprotes, ingin rumah lelang segera menyingkirkan barang itu dari panggung, sehingga mereka dapat terus melanjutkan pada barang selanjutnya.     

Setelah harga dasar batu itu diumumkan, ruangan itu menjadi semakin sunyi.     

Tiga ratus ribu tael.     

Untuk sesuatu yang berasal dari atas Tebing Kaki Surga, harga itu tidak masuk akal.     

Tetapi masalahnya, itu hanya sebuah batu.     

Harga itu saja akan cukup untuk memenangkan batu roh kelas atas, dan tak ada yang bersedia mengeluarkan uang sejumlah itu untuk membeli pecahan batu yang tak dapat mereka gunakan.     

Pelelang itu berdiri di atas panggung, keringat dingin membasahi punggungnya. Ini adalah pertama kalinya Rumah Lelang Chan Lin menghadapi situasi semacam ini. Jika bukan karena identitas unik pelanggannya, sang pemilik sudah cepat-cepat menyingkirkan batu itu dari panggung.     

Di balik panggung, di belakang pelelangan yang sedang dilakukan, dua orang pria paruh baya membelalak lebar dan terpaku menatap situasi yang terjadi di depan.     

Salah satu pria itu, yang berpakaian mewah melenguh dan menepuk pundak pria yang berdiri di sampingnya sambil berkata, "Aku sudah melakukan semua untuk membantumu. Kau bisa lihat sendiri. Tak ada yang akan membeli batu itu." Pria berpakaian mewah itu adalah pemilik Rumah Lelang Chan Lin dan berdiri di sebelahnya, adalah pemilik batu hitam pekat itu.     

Wajah pria itu tertutup dengan perban dan bekas darah merembes keluar dari perban yang tebal. Matanya terbelalak memandang, dan berwarna merah. Kepalan tinjunya semakin erat dan darah menetes keluar dari tumpukan perban yang menyelimuti telapak tangannya karena tenaga yang begitu kuat.     

"Tunggu sebentar …. Sebentar saja …." Suara pria itu serak seperti berbicara di tengah api yang menyala. Bibirnya yang kering dan pecah-pecah berwarna sedikit keunguan dan matanya tidak gentar melihat lelang yang berlangsung di panggung. Matanya penuh harapan dan di dalam harapan itu, ada ketakutan dan kesedihan yang tak berujung.     

"Aku mungkin tidak bisa memberi tiga ratus ribu tael seperti yang kau minta, tetapi aku bisa memberi seratus ribu tael terlebih dahulu. Jika barang itu tak terjual, kau bisa menggunakan uang itu terlebih dahulu. Kau kan tahu … aku bukan pemilik sesungguhnya rumah lelang ini dan itu adalah tawaran terbaik yang dapat kuberikan padamu." Pemilik rumah lelang itu tahu seberapa buruk luka-luka yang dialami pria itu dan pria berpakaian mewah itu bersimpati padanya dan berusaha menghibur kawannya.     

Tetapi pria itu menggelengkan kepalanya.     

"Tidak bisa …. Tidak bisa kurang dari tiga ratus ribu tael … tidak akan cukup … tidak akan cukup …."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.