Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Badai Menerjang (4)



Badai Menerjang (4)

0  Hujan berwarna merah tua yang turun membawa aroma sengit dan menyesakkan. Jun Wu Xie menatap tubuh yang berserakan di mana-mana, anehnya matanya begitu tenang.    

  "Maaf aku membangunkanmu, Wu Xie." Jun Wu Yao tersenyum meminta maaf, dan melihat pakaiannya yang penuh percikan darah. "Aku benar-benar berharap kau tidak perlu melihatku seperti ini."    

  Jun Wu Xie memicingkan matanya. Setelah mendengar pertarungan dari halaman depan, matanya menyala dengan tatapan dingin.     

  [Nona! Ada yang tidak beres] Kucing hitam kecil itu melengkungkan badannya karena gelisah.    

  "Itu adalah Sang Kaisar." Jun Wu Xie berkata dingin. "Jun Wu Yao!"     

  "Hmm?" Jun Wu Yao tersenyum tipis, matanya berapi-api.    

  "Bunuh mereka."    

  "Siap laksanakan." Senyum Jun Wu Yao dan tubuhnya yang ramping berubah menjadi sebuah bayangan, melesat ke arah halaman depan.     

  [Nona, Pamanmu!] Kucing hitam kecil itu berseru.    

  Dengan penuh semangat, Jun Wu Xie melemparkan kucing hitam kecil itu. Tubuhnya memanjang dan membesar menjadi seekor binatang buas berwarna hitam menapak di halaman belakang. Jun Wu Xie naik ke punggung binatang itu, matanya menyala karena marah.    

  "Jalan!"    

  Binatang buas hitam itu berjalan tegap, dengan cepat menuju ke kediaman Jun Qing.    

  Keributan dan riuh rendah mengoyak malam yang tenang di Istana Lin, ketika aroma kematian menyerbak di seluruh istana.    

  Jun Qing duduk di kursi rodanya, matanya mengecil, menatap sekelompok pria berjubah hitam yang menerobos masuk. Sebuah pedang di tangan, butiran merah tua menetes dari ujung pedangnya ke kursi rodanya, butiran darah dari kelima sosok berpakaian hitam yang tergeletak mati, di sekeliling kursi rodanya. Lebih banyak lagi bayangan yang datang menghampirinya.    

  "Aku melihat Yang Mulia masih ahli seperti sebelumnya, tetapi dengan keadaanmu yang sekarang, apakah kau mampu melawan tantangan ini?" Pria berjubah hitam itu mengejek, menatap Jun Qing di atas kursi rodanya.    

  Mereka tahu pasti kemampuan luar biasa dan kekuatan yang dimiliki oleh Keluarga Jun, jika Jun Qing masih berada dalam kondisi puncaknya, ia mungkin dapat mengalahkan mereka semua, tetapi Jun Qing yang dahulu begitu dahsyat menjadi lumpuh, dengan keterampilan pedang yang hebat, meskipun tanpa kebebasan menggerakkan kakinya.    

  Jun Qing menatap pria berpakaian hitam di sekelilingnya, ekspresinya sedingin besi, menyipitkan matanya, memberikan pandangan mengancam.    

  Pria berpakaian hitam ini, memilih saat yang tepat untuk datang ke sini, jelas telah merencanakan hal ini sejak lama. Dengan sebagian besar keluar kota, beberapa penjaga yang tersisa, pasti kewalahan menghadapi musuh.    

  "Zat yang begitu kecil, berani bersikap lancang di Istana Lin, kau menilai dirimu terlalu tinggi." Jun Qing berkata dingin.    

  Ia tak takut walaupun dikepung musuh. Ia lebih khawatir terhadap Jun Xian dan Jun Wu Xie!    

  Jun Xian terpaksa meninggalkan kota, dan pria berpakaian hitam ini langsung menyerbu ke dalam Istana Lin. Seluruh tipu muslihat ini direncanakan untuk menyerang Istana Lin! Ia khawatir apakah Jun Xian selamat, dan apakah keponakannya Jun Wu Xie dalam keadaan aman.    

  Jun Wu Xie tidak memiliki roh kontraktual dan tak dapat mengembangkan energi spiritualnya. Ia tak akan memiliki kesempatan bertahan jika pria berpakaian hitam ini menemukannya.    

  "Yang Mulia terdengar begitu tinggi dan berkuasa, hanya ada beberapa penjaga di sini, dan tak ada kesempatan menghindar. Penjaga yang tersisa sibuk di medan perang di gerbang depan, dan aku takut Nona Muda di kediaman anda mungkin sudah kehilangan kepalanya. Malam ini akan menjadi keruntuhan Istana Lin, serahkan dirimu dan aku akan memberikan kematian tanpa rasa sakit padamu." Pria berjubah hitam itu berkata dengan angkuh.     

  Sinar terang tiba-tiba muncul, dan mata pria berpakaian hitam itu membelalak ketakutan sebelum dirinya pingsan.    

  Walaupun dikelilingi oleh pria berpakaian hitam, Jun Qing tidak menyerah, jubah birunya melambai-lambai diterpa angin, wajahnya yang menarik berubah menjadi jahat, sembari menggenggam pedangnya, dan menatap tajam para musuh.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.