Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Cinta (3)



Cinta (3)

0  Mo Qian Yuan hampir mengelilingi seluruh paviliun tempat tinggalnya ketika ia mencari-cari namun ia tetap tak dapat menemukan sesuatu yang mencurigakan. Setelah pencarian yang begitu serius, ia dapat merasakan tekanan dari racun bunga gandum malam telah merasuk ke dalam tubuhnya dan mengikis kesehatan dan staminanya. Tubuhnya yang begitu sehat dan kuat kini hanyalah masa lalu.     

  Ketika ia duduk untuk beristirahat, seluruh keningnya dipenuhi oleh lapisan keringat tipis.    

  "Apakah kau yakin benda mematikan itu ada di tempat tinggalku?" Ia bertanya dengan penuh keraguan.    

  Jun Wu Xie dengan santai menyesap tehnya ketika ia akhirnya meletakkan cangkirnya dan menjawab, "Untuk meracuni seseorang dengan bunga gandum malam, zat itu harus memasuki tubuh secara oral."    

  Wajah Mo Qian Yuan berubah menjadi pucat kelabu dan mulutnya berkedut. Gadis ini! Ia mengaku ia memang tak bertanya dan berasumsi itu adalah sesuatu di dekatnya. Tetapi, mengapa ia tak memberitahukannya lebih awal dan baru mengatakannya setelah ia heboh mencari-cari?    

  "Aku lapar." Jun Wu Xie tak bergeming melihat wajah Mo Qian Yuan yang hitam seperti arang.    

  Mo Qian Yuan menggertakkan giginya sambil mengingatkan dirinya sendiri bahwa mereka melakukan ini bersama-sama. Ia hanya dapat membara diam-diam dan kemudian memerintahkan para pelayan untuk menyiapkan makan siang dikirimkan ke ruang kerjanya.    

  "Itu … apa yang ingin ia makan?" Mo Qian Yuan melihat ke gumpalan bulu hitam yang saat ini meringkuk di pangkuan gadis itu, mengibas-ngibaskan ekornya sembari melihat ke arah sang pangeran. Matanya pun berkedut.    

  Ini ….    

  Setelah kejadian kemarin malam, kucing hitam ini telah meninggalkan sebuah jejak bayangan di hatinya. Ia masih tak dapat menemukan asal kucing hitam ini.    

  Jika ini adalah sebuah roh kontraktual, tunggu … itu tak mungkin, pertalian Jun Wu Xie dengan roh kontraktual telah diketahui di seluruh negeri. Gadis ini tak mempunyai roh kontraktual selama upacara kebangkitan.    

  "Mau makan?" Jun Wu Xie menatap kucing hitam itu di pangkuannya.    

  "Miauw." Kucing hitam kecil itu berkedip sambil menyapukan ekornya di tangan Nonanya, mengibaskannya lembut naik turun di tangannya.    

  [Ikan! Aku mau makan ikan!]    

  "Ikan." Jawab Wu Xie.    

  Mulut Mo Qian Yuan bergerak lagi. Melihat percakapan aneh antara kucing ini dan sang gadis menyegarkan kembali pandangannya tentang dunia ini.    

  Segera setelahnya, para pelayan datang ke ruang kerja dan memenuhi meja dengan deretan panjang makanan yang penuh warna. Di pinggir meja ada delapan buah ikan mandarin yang berkualitas tinggi. Tanpa perlu ditawarkan, kucing itu segera melompat ke atas meja dan menyibukkan dirinya sendiri yang bahagia melihat ikan lezat itu.     

  Jun Wu Xie duduk untuk makan dengan tenang, di sisi lain Mo Qian Yuan tak berselera karena dirinya gagal mencari sumber dari racun itu. Ia hanya menuangkan segelas anggur untuk dirinya sambil menopang dagu dengan tangannya dan mengamati Jun Wu Xie yang perlahan mencicipi makanan yang dihidangkan untuknya.    

  Walaupun Jun Wu Xie cukup mungil, sikapnya yang kasar begitu terkenal sehingga orang-orang secara tak sadar menghindarinya dan takut padanya.     

  Tetapi gadis di hadapannya ini hanyalah seorang gadis muda yang menikmati santapannya.    

  Jika ia tak dilahirkan di Istana Lin, ia akan memiliki hidup yang sangat tenang dan mudah.    

  Jun Wu Xie perlahan mencicipi setiap hidangan, jumlah makanan yang disantapnya sebenarnya mirip dengan jumlah yang disantap kucingnya.    

  Mo Qian Yuan merasa semakin tertarik pada wanita 'tirani' ini seperti bagaimana seluruh isi kota memanggilnya. Walaupun ini baru ketiga kalinya ia berjumpa dengan gadis ini, perasaan yang ditimbulkan oleh gadis ini setiap kali begitu berbeda.    

  Pertama kali juga di perayaan ulang tahunnya, ia mengingat dengan jelas senyumannya yang cerah dan bersinar-sinar serta sepasang mata yang berkilauan mengikuti adiknya kemana pun ia pergi. Gadis ini jelas-jelas begitu terpikat olehnya, ia adalah seorang gadis muda yang sedang jatuh cinta.    

  Pertemuan kedua adalah perayaan ulang tahun kemarin, namun kali ini reputasinya telah naik derajat, namun dalam konteks buruk, namanya berada di ujung lidah semua orang selama beberapa saat. Ia duduk diam di sudut. Terlalu diam sehingga kehadirannya hampir terlupakan. Terlepas adegan mesra Mo Xuan Fei dan Bai Yun Xian. Ia tak bergeming dan duduk di sana seolah-olah dirinya berada di dunia lain.    

  Ketika ia bertemu lagi dengannya di kebun, ia terkejut bahwa gadis kecil ini sebenarnya memiliki kepribadian yang kuat.    

  Ketiga kalinya adalah hari ini, ia merasa bahwa ia telah melihat sisi lain dari diri gadis ini. Ia memperhatikan diam-diam dari pinggir - sepanjang waktu dirinya bertindak konyol mencari-cari racun itu. Gadis ini juga mempunyai sifat jahil di dalam dirinya.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.