Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Cinta (1)



Cinta (1)

  Mo Qian Yuan benar-benar efisien. Tepat setelah pestanya, keesokan paginya menggunakan kalimat 'Wu Xie dan aku benar-benar cocok' sebagai alasan, ia mengundang Jun Wu Xie ke istana.    

  Reaksi terbesar datang dari Jun Xian dan Jun Qing. Mereka tak mengerti mengapa Mo Qian Yuan tiba-tiba mengundang Jun Wu Xie, yang lebih mengejutkan lagi adalah Jun Wu Xie telah menyatakan minatnya untuk menerima undangan itu. Mereka hanya dapat membiarkannya pergi sesuai keinginannya.    

  Ketika itu tengah hari Jun Wu Xie duduk di ruang kerja Mo Qian Yuan, dengan satu tangannya memegang pergelangan tangan Qian Yuan mengukur denyutnya.    

  "Kakekmu benar-benar membiarkanmu datang ke sini?" Mo Qian Yuan bertanya dengan nada tak percaya ketika ia menopang dagunya dengan tangannya yang lain melihat Jun Wu Xie yang sedang konsentrasi mendengarkan denyut nadinya.    

  Belakangan ini Keluarga Kerajaan tidak terlalu baik terhadap Istana Lin, dengan ketegangan yang memuncak di antara mereka, ia terkejut Jun Xian mengizinkan Jun Wu Xie datang sendirian.    

  Jun Wu Xie tidak menatapnya seraya terus melanjutkan diagnosanya, "Dengan seorang pangeran yang dianggap tak bisa apa-apa, apa yang perlu ditakutkan."    

  "…." Mulut Mo Qian Yuan berkedut, mulut gadis kecil ini benar-benar beracun. Mo Qian Yuan memandang kucing hitam 'kecil' yang meringkuk di kaki Nonanya seraya dirinya mengingat semua yang terjadi malam itu. Ia tak sadar menelan ludah karena ia masih bergidik ketakutan dengan gumpalan bulu hitam itu dan jantungnya pun berdetak lebih cepat.    

  "Setelah kupikir, jika aku memiliki dukungan yang cukup kuat dan memiliki sedikit kekuasaan, Lin Wang pasti akan menghentikanmu untuk terus-terus berhubungan denganku supaya tidak menimbulkan kecurigaan. Tetapi statusku saat ini adalah Putra Mahkota yang akan kehilangan mahkotanya, tak ada orang pandai yang ingin berhubungan denganku." Ia terkekeh.    

  Istana Lin mengendalikan setengah kekuatan militer negeri ini dan jika mereka membentuk ikatan kuat dengan sang Putra Mahkota, sekilas, ini adalah sebuah persekutuan yang kuat.    

  Namun jika dipikirkan lebih dalam, itu adalah sebuah kapal karam dengan dua macan tidak sehat di atasnya.    

  "Dapatkah kau menebak … apa alasan yang kukatakan padanya untuk membuatnya mengizinkan kunjunganmu?" Mo Qian Yuan menatapnya dengan sepasang mata bersinar. Di dalam hatinya, ia tak mau memanggil orang itu Paduka Ayahanda.    

  Jun Wu Xie mengabaikannya seraya melanjutkan apa yang sedang dilakukannya.    

  Mo Qian Yuan melanjutkan dengan bersemangat, "Aku mengatakan padanya aku jatuh cinta padamu."    

  Jun Wu Xie akhirnya mengangkat kepalanya, namun matanya tidak terlihat terkejut sedikit pun. Ia hanya menatap sang pangeran dengan sepasang matanya yang jernih.    

  "Jadi, kau siap membiarkan dia berpikir bahwa kau telah tertarik pada seseorang yang telah dibuang oleh Mo Xuan Fei?"    

  "…." Ketika Wu Xie mengatakan hal ini, ia sepenuhnya kalah dan kehilangan alasan untuk membantahnya. Mo Qian Yuan tertawa getir dan tercengang melihat gadis itu.    

  "Apakah kau selalu berbicara seperti itu? Apakah kau selalu berbicara dengan kejam bahkan pada dirimu sendiri?" Mengapa ia begitu keras pada dirinya sendiri? Menggunakan istilah seperti "dibuang" dengan santai pada dirinya sendiri. Mo Qian Yuan merasa bahwa adiknya begitu bodoh dan kesalahan terbesarnya adalah meninggalkan Jun Wu Xie.     

  Jun Wu Xie yang dulu mungkin tak begitu hebat tetapi Jun Wu Xie yang duduk di hadapannya saat ini adalah wanita yang paling menarik yang pernah ditemuinya. Yah, lebih tepatnya … gadis muda.    

  Seorang gadis yang berani membuat seorang pangeran menyerah dan bahkan memaksanya untuk merebut tahta, keberanian macam apa yang dimilikinya?    

  "Aku hanya mengatakan keadaan yang sebenarnya." Ia menjawab.    

  Mo Qian Yuan menahan tawanya, menggelengkan kepalanya heran. Ia benar-benar tak dapat mengerti gadis ini.     

  "Sepanjang perayaan ulang tahunku setelah aku berbicara padamu, yang ingin kulakukan hanyalah membencinya. Siapa yang tahu ini adalah cara yang sempurna sekarang?" Ia tertawa kegirangan sambil memikirkan ekspresi Kaisar ketika ia mengatakan padanya bahwa ia menyukai Jun Wu Xie. Tatapan matanya tak ternilai.    

  "Dua orang yang ingin disingkirkannya kini berpasangan, ia harusnya senang, bukan? Sekarang ia dapat membunuh dua ekor burung dengan sebuah batu, bukankah itu lebih mudah?" Ia mentertawakan hal yang sangat ironi itu


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.