Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Diikuti (1)



Diikuti (1)

0  "Oh, tidak. Tamat riwayatku. Aku mengacau lagi. Ketika aku kembali, orang-orang tadi akan terus membicarakan perkara gila ini." Pemuda lusuh itu menundukkan kepalanya dengan kecewa sambil berjalan kembali ke kedainya.    

  Peruntungan Jun Wu Xie tidak begitu bagus, setelah menjelajahi seluruh tempat di Kota Hantu, ia masih tak dapat menemukan teknik kultivasi untuk dirinya.    

  Sepanjang perjalanan ini, ia tak mendapatkan apa pun. Semua yang didapatkannya adalah beberapa buku bercocok tanam dan ia bahkan kehilangan tiga botol ramuan.    

  Ketika itu larut malam dan tak seorang pun terlihat.    

  Di sebuah jalan kosong di Ibu Kota Kekaisaran, Jun Wu Xie dan Kucing hitam kecil sedang berjalan pulang, keheningan malam dengan cahaya bulan menyinari mereka, menampakkan bayangan mereka yang memanjang - hanya suara langkah kakinya yang terdengar. Ia berjalan pulang dengan pikiran penuh.    

  Sambil meneruskan berjalan, angin dingin bertiup kencang di jalanan gelap itu. Ketika mereka belok di ujung jalan, dengan tirai kegelapan menyelimuti jalanan itu, sebuah tangan yang terulur menggapainya dan menariknya ke dalam kegelapan.    

  "Miauw!" Kucing itu bersuara nyaring.    

  Jun Wu Xie ditarik ke dalam sebuah pelukan hangat ketika pria di belakangnya memeluknya, dengan lembut meletakkan jarinya di bibir Wu Xie dan napas hangat di samping telinganya. Sebuah suara yang dalam dan misterius menyuruhnya diam.    

  "Shhh." Bayangan hitam itu kini melangkah maju mendekati Bola bulu hitam.    

  Kucing hitam itu tegang.    

  "Pergi di malam yang begitu gelap sendirian bukanlah sebuah pilihan yang baik." Suara itu berkata dalam nada mengejek seraya bernapas di lehernya yang ramping. Ia sedikit gemetar.    

  "Jun Wu Yao, lepaskan aku!" Tanpa berbalik, Jun Wu Xie langsung tahu siapa itu.    

  Suara yang nakal ini tertanam di dalam benaknya.    

  "Diam, sangat dingin di malam hari. Lihat, tubuhmu sangat dingin, sini, biarkan aku menghangatkanmu." Di bawah cadar kegelapan, Jun Wu Yao tersenyum senang ketika ia begitu dekat dengan Wu Xie dan memeluknya lebih erat. Ia menyukai perasaan ini, begitu kecil dan mungil dan tubuhnya sangat halus.    

  "Aku tidak kedinginan." Ia membalasnya.    

  "Oh? Aku kedinginan, kalau begitu kau yang menghangatkanku." Wu Yao terkekeh ketika ia sedikit membungkuk dan menyandarkan dirinya, dagunya diletakkan di pundak Wu Xie.    

  "Kau benar-benar tidak menyadari keadaan di sekelilingmu. Kau harus lebih waspada, kau telah diikuti oleh orang lain sepanjang malam dan tidak menyadarinya." Matanya yang berwarna ungu gelap mengecil. Tubuh Wu Xie yang kecil dengan aroma tipis herbal membuatnya tak dapat melepaskan pelukannya. Gadis itu begitu pas di dalam tangannya.    

  "Kupikir kau tak dapat dianggap sebagai manusia?" Ia menjawab tenang, tak pernah terpikir sekali pun olehnya bahwa pria ini adalah seseorang yang normal.    

  "Aku tidak membicarakan diriku …." Jun Wu Yao mengangkat tangannya ketika menggunakan kedua jarinya untuk mendorong dagu gadis ini dan memutar kepalanya ke arah jalanan.    

  Di sebuah jalanan sepi tiba-tiba muncul sosok bertubuh tinggi dengan gelisah mencari sesuatu.    

  Sinar rembulan menerangi wajahnya dan figur wajahnya sedikit terlihat.    

  "Long Qi." Jun Wu Xie langsung mengenali lelaki itu.    

  "Istana Lin memiliki begitu banyak penjaga, namun kau menyelinap keluar di kegelapan malam, membuat seluruh istana berada dalam keadaan kacau balau. Begitu kau melangkah keluar dari Istana Lin, kabar sudah terdengar sampai ke telinga Jun Xian." Jun Wu Yao memeluknya lebih dekat ketika berbicara dengan nada suara yang jahil namun menyejukkan.    

  "Long Qi benar-benar tahu bagaimana menunjukkan rasa terima kasihnya, melindungimu secara pribadi dalam kegelapan." Jun Wu Yao mengejek dan ketika itu kilatan ancaman melintas di mata ungunya yang dalam.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.